Lokasi ini terletak di kelurahan Timbang Deli. Adapun lokasi ini tepatnya berada di kelurahan Timbang Deli, jalan Panglima Denai.
Gambar 5. site
2.4.2. LUAS LAHAN
Luas lahan 1,8 Ha
2.4.3. PERATURAN KLBKDB
Sperti yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah bahwa jalan arteri sekunder memiliki peraturan:
GSB :14 m
KDB :55-70
2.4.4. LUAS DAN TINGGI BANGUNAN
KLB dapat melebihi 100 jika lebih dari satu lantai. Tinggi bangunan tidak lebuh dari tiga lantai.
2.4.5. PEMILIK
Pemilik proyek adalah badan swasta perorangan.
2.4.6. SUMBER DANA
Sumber dana adalah berasal dari swasta ataupun perorangan.
2.4.7. KELENGKAPAN FASILITAS DAN SISTEM PENGELOLAAN
Beberapa bentuk Fasilitas Medan Casket Company ini antara lain: •
Zona Rumah duka Zona rumah duka ini berupa sebuah zona utama dimana merupakan sentral kegiatan perusahaan ini.
Gedung Gedung atau bangunan disewakan kepada pemakai yang telah registrasi .Apabila dalam waktu yang
hamper bersamaan ada lebih dari satu orang yang hendak registrasi makan prioritas utama adalah orang yang memesan pertama kali.
Tingkat keterlibatan
Universitas Sumatera Utara
Tingkat keterlibatan dan tanggung jawab dari pengelola tergantung dari kesepakatan pada waktu registrasi , sebagai standard pengelola harus mengelola gedung , rias jenazah, akomodasi keluarga
dan makanan sedangkan hal lain tergantung kesepakatan. Sewa
Sewa dari gedung dihitung perhari pakai sedangkan makanan dihitung perpaket atau porsi. Hal lain yang disewa terpisah adalah:
Shooting video Photo documenter
Music Peti jenazah
bunga •
Zona Perusahaan Peti Di zona ini fungsi yang ada cukup kompleks mulai dari pabrikasi, kantor, informasi, desain bahkan
showroomnyapun terdapat di zona ini .Zona ini tidak kalah penting dengan zona rumah duka. •
Zona servis dan keamanan Zona ini terdiri dari fungsi – fungsi penunjang perusahaan antara lain dapur besar, garasi ,
penginapan pemilik maupun sewa,dll
2.5. PROGRAM KEGIATAN
Skematik kegiatan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kegiatan bagi perusahaan peti jenazah dan kegiatan bagi rumah duka.
Program kegiatan perusahaan peti jenazah Skematik kegiatan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kegiatan bagi perusahaan peti
jenazah dan kegiatan bagi rumah duka. •
Zona perusahaan peti Ruang utama :
Zona penjemuran menggunakan sinar matahari langsung Zona pembuatan memotong , mencetak, mengetam, mengukur
Zona pengukiran mengukir biasa, mengukir timbul
tukang-2 Zona finishing mencat, mengaini, menghias, mendempul
tukang-3 Kantor administrasipembuatan akte kematian membayar, bertanya = pegawai
Kantor desain mendesain = desainer Kantor pimpinan rapat = pimpinan
Showroom Ruang peti kualitas A
Ruang peti kualitas B
Program kegiatan rumah duka Divisi persemayaman
• Ruang makan = keluarga , pelayat
Ruang makan keluarga 1.
Ruang makan hasuhutan 2.
Ruang makan boru tukang-1
Universitas Sumatera Utara
3. Ruang makan dongan tubu
4. Ruang akan pengurus gereja
5. Ruang makan universal
• Ruang manortor persemayaman kata pengantar = keluarga , pelayat , jenazah
1. Ruang persemayamanmangulosi jabu
2. Ruang persemayaman maralaman
3. Ruang tortor
Zona servis keamanan •
Transport = supir Garasi
• Ruang Musik = musisi
Ruang peralatan Ruang main music
Ruang cek sound speaker Ruang istirahat
• Ruang rias jenazah = perias dokter bedah
Ruang membersihkan jenazah Ruang memformalin
Ruang mengautopsi Ruang merias
Ruang peralatan •
Ruang bunga = perangkai bunga Ruang merangkai
Ruang peralatan •
Ruang keamanan = security pemilik Pos keamanan rumah tinggal rumah jaga
• Ruang mekanikal elektrikal = teknisi
Ruang genset Ruang pompa
Ruang kontrol •
Salon Divisi dapur
• Ruang katering tetap = tukang catering -1
Gudang bahan Dapur
Ruang makanan KM WC
Universitas Sumatera Utara
Divisi penginapan Ruang utama :
• Ruang tidur
• KMWC
• Ruang kumpul
• Ruang makan
Terdapat banyak variasi-variasi pemikiran tentang hubungan antara kebudayaan tradisional dengan agama Kristen yang datang dari pihak gereja seperti tertulis oleh Verkuyl 1960 : 36, antara lain :
1. Sikap antagonis sikap menetang atau sikap negatif terhadap kebudayaan yang ada.
2. Sikap akomodatif dan kapitulatif skap menyesuaikan diri terhadap kebudayaan yang ada. 3. Sikap dominasi sikap menguasai dari pihak gereja terhadap kebudayaan.
4. Sikap dualistic sikap serba dua atau sikap memisahkan iman dengan kebudayaan dan 5. Gagasan tetang pengudusan kebudayaan atau motif pertobatan kebudayaan.
Hingga saat ini keseluruhan sikap diatas masih sering terjadi dalam kegiatan-kegiatan tradisional. Deskripsi kegiatan
Secara umum ada beberapa aktivitas yang dilakukan dalam upacara kematian tradisional batak Toba Upacara batak Toba berdasarkan cara kematian:
I. Mate di bortian bayi yang mati di dalam kandungan .Apabila jani bayi itu
telah sempurna peristiwa ini termasuk kriteria mate satongkin kematian yang menimbulkan aibOLeh karena itu mayat harus tetap dijaga .Apabila janin belum
sempurna , penguburan dan tempat penguburan harus dirahasiakan karena peristiwa ini merupakan aib cacat bagi keluarga.Dewasa ini kepercayaan seperti ini
telah berlangsung hilang di tanah batak. Upacara kematiannya :tidak memiliki adat dan langsung dikuburkan.
II. Mate dapur-dapuran . Bayi yang mati sebelum selesai robo-roboan atau
melek-melekkan dalam batas waktu tujuh hari tujuh malam .Apabila bayi itu hanya sempat hidup sesaat, artinya beberapa menit sete lah meninggal peristiwa itu
termasuk kriteria mate satongkin. Upacara kematiannya: diulosi orang tua dan diacarai gereja.
keluarga
Universitas Sumatera Utara
III. Mate matipul atau mate mangkar , merupakan istilah bagi wanita atau laki-
laki yang mati muda .Batas muda ini ditandai dengan belum berumah tangga. Upacara kematiannya : diulosi tulang dan diacarai gereja .
IV. Mabalu jonjong , dikatakan kepada pemuda atau gadis yang masih hidup akan
tetapi tunangannya calon istri suaminya meninggal .Dalam hal ini upacara adat bertunangan telah selesai tinggal menunggu akad nikah .
Upacara kematiannya : diulosi tulang dan diacarai gereja . V.
Matompas tataring merupakan istilah duda yang istrinya meninggal .dalm hal ini anak-anak yang ditinggalkan masih sap-sap mardun 9 masih kecil-kecil dan belum
ada yang kawin dan berumah tangga . Upacara kematiannya : memakai adat yang sederhan tanpa gondang namun
terdapat acara gereja. VI.
Maponggol ulu , merupakan istilah bagi janda yang suaminya mati dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil
Upacara kematiannya : memakai adat yang sederhan tanpa gondang namun terdapat acara gereja.
VII. Mate maningkot ,merupakan istilah bagi orang yang mati bunuh diri .Hal ini
termasuk kriteria mate satongkin dan merupakan aib bagi keluarga yang ditinggalkan.
Upacara kematiannya : tidak memiliki adat dan langsung dikuburkan. VIII.
Mate disoro porhas atau mate ditampar tali, merupakan istilah bagi seorang ibu yang mati sewaktu melahirkan .Biasanya bayi juga turut mati .Peristiwa ini
merupakan kematian yang paling pantang menurut adat.rohnya menjadi roh jahat yang sering mengganggu .Oleh karena itu waktu penguburan mayat tidak
diperkenankan melewati pintu depan rumah , harus melalui pintu belakang.Malahan ada ya ng membuka dinding rumah untuk dilewati .Peti matinya pun dibuat dari
pohon enau tanpa penutup.Peristiwa ini juga termasuk kriteria mate satongkin .Dewasa ini kepercayaan seperti in telah hilang di tanah Batak.
Universitas Sumatera Utara
Upacara kematian :tidak memiliki adat hanya acara gereja IX.
Sari matua , merupakan istilah bagi orang tua yang mati uzur , yaitu ada yang telah beranak , bercucu , bercicit dan berbuyut , tetapi dianggap ada cacat
celanya.Umpamanya, ada dari keturunannya yang mati mendahuluinya, masih ada dari anaknya yang punu tidak berketurunan, dan sebagainya.Dalam adat kematian
,mayat wajib diberangkatkan dengan adat nagok. Upacara kematiannya: memiliki adat yang lengkap hanya perbedaannya posisi
tangan mayat yan masih terlipat serta jenis music yang digunakan X.
Saur matua , merupakan kematian yang ideal menurut adat kematian , yang dicita-citakan oleh setiap anggota masyarakat batak Toba , yaitu berusia
lanjut,beranak , bercucu, bercicit, dan berbuyut.Semua keturunannya gabe banyak dan maduma hidup sejahtera , tidak ada cacat celanya Anggur P. Tambunan, Tim
Peneliti FKSS IKIP Medan , Bahasa tutur Parhataan dalam Upacara Adat Batak Toba, Maduma 02, hlm. 39-40
Upacara kematiannya : sama dengan mauli bulung XI.
Mauli bulung , lebih sempurna lagi karena telah memiliki cicit dan buyut dan tidak ada cela.
Upacara kematiannya : •
Ratapan tangis
Gambar 6. Ratapan tangis Sumber:survey
Universitas Sumatera Utara
Pertanda sudah tiba waktunya untuk berpisah dan juga untuk mengungkapkan perasaan sedih yang tersimpan di hati sehingga apabila sudah keluar ada kepuasan
tersendiri.Sebelumnya para keluarga akan menyambut kedatangan jenazah dari rumah sakit dan setelah tiba mereka akan menangisinya.
• Memandikan membersihkan
• Meriasmengenakan pakaian dan diselimuti ulos
Setelah mayat selesai dirias maka mayat dibaringkan di ruang tengah rumah duka yang kakinya mengarah ke jabu bona.
• Di saat yang bersamaan pihak laki-laki baik dari ketururnan orang tua yang
meninggal maupun sanak saudara berkumpul di rumah duka dan membicarakan bagaimana upacara yang akan dilaksanakan ke pada orang tua yang sudah saur matua
itu.Dari musyawarah itu keluarga akan memperoleh hasil-hasil dari setiap hal yang dibicarakan .Hasil –hasil ini akan dicatat oleh para suhut untuk kemudian dipersiapkan
ke musyawarah umum.Dan di sini pulalah penentuan hari untuk musyawarah umum mangarapot.Dan mulailah dihubungi pihak family dan mengundang pihak hula-hula ,
boru, raja adat parsuhutan supaya hadir dalam musyawarah umum mangarapot. •
Rapat keluarga marappot Rapat mangarapot martonggo raja maria raja adalah menyatukan hati para raja,
yaitu raja huta, raja dongan sahuta, raja dongan sabutuha, raja boru, raja hula-hula, anak muda huta, berkumpullah mereka semua di suatu saat untuk memberitahukan dan
mempertanyakan keinginan hati terhadap suhut yang mengadakan acara.Sebelum rapat biasanya dilakukan jamuan dengan memotong ternak, peserta rapat adalah seluruh
komponen dalihan natolu dan juga utusan dari masyarakat sekitar .Dalam rapat ini akan diputuskan nantinya beberapa hal antara lain
a. Lamanya upacaralamanya jenazah dirumah
b. Menentukan ternak apa yang menjadi boan dipotong untuk disuguhkan
c. Apakah acara nantinya dengan gondang atau tidak
d. Pembagian dagingjambar
Hal –hal yang dilakukan oleh rumah duka setelah ini adalah : Mengundang
Pihak family Hula-hula
Boru Dongan sabutuhateman semarga, teman sahuta, teman satu kampung
Sanak saudar yang ada di perantauan. Menyediakan peti
Menyediakan catering Menyediakan pakaian adat berupa ulos sandang dan topi adat
Menyediakan pemusik
• Membuat sanggul maratua
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Snggul maratua Sumber;survey
Sanggul maratua adalah perlambang status dari yang telah meninggal,seumpama sebuah mahkota segar yang terdiri dari:
a. Ampang 24 solup , menandakan yang meninggal sudah tuapanjang umur
b. Parmesan 12 solup , menandakan bahwa yang meninggal lengkap punya anak
boru c.
Gantang , menandakan sudah punya cicit
d. Hariara
, menandakan punya anak dan bercucu e.
Beringin , menandakan berputri dan bercucu
f. Gambiri
, menandakan semangat dari nenek moyang g.
Pira telur ayam , menandakan kemapanan ekonomi h.
Sugi natolu , menandakan lengkap mempunyai dalihan natolu
Upacara di jabu di dalam rumah
Pada saat upacara akan dimulai mayat di baringkan di jabu bona yang berhadapan dengan kamar orang tuanya yang meninggal.Suami atau istri yang ditinggalkan duduk di
sebelah kanan tepat di samping muka yang meninggal. Kemudian diikuti oleh anak laki-
Universitas Sumatera Utara
laki mulai dari anak yang paling besar sampai anak yang paling kecil.Anak perempuan dari orang tua yang meninggal , duduk di sebelah kiri peti mati .Sedangkan cucu dan
cicitnya ada yang duduk di belakang atau di depan orang tuanya masing-masing.Dan semua unsur dari dalihan na tolu sudah hadir di rumah duka dengan mengenakan ulos.
Gambar 7. Posisi keturunan orang meninggal Sumber;www.google.com
Upacara di jabu ini biasanya di buka pada pagi hari jam 10.00 oleh pengurus gereja.Kemudian masing-masing unsur dalihan na tolu mengadakan acara penyampaian
kata-kata penghiburan ke pada suhut. Ketika acara penyampaian kata-kata penghiburan oleh-unsur-unsur dalihan na tolu sedang berlangsung , di antara keturunan orang tua
yang meninggal masih ada yang menangis.Pada saat yang bersamaan , datanglah pargonsi pemusik .Tempat untuk pemusik telah disediakan sebelumnya yaitu bagian
atas rumah bonggar .Kemudian pargonsi disambut oleh suhut . Setelah acara makan bersama para pargonsipun mengambil tempat mereka yang ada di
atas rumah dan mempersiapkan instrument-instrumen mereka masing- masing.Umumnya merka semua duduk menghadap yang meninggal.Kegiatan
margondang di dalam rumah biasanya dilakukan di malam hari , sedangkan pada siang harinya dipergunakan pargonsi untuk beristirahat.Dan pada malam harinya ,
pargonsipun sudah bersiap-siap untuk memainkan gondang sabangunan .Kemudian pargonsi memainkan gondang lae-lae gondang elek-elek , yaitu gondang yang
memberitahukan dan mengundang masyarakat sekitarnya supaya hadir di rumah duka untuk turut menari bersama-sama.
Gondang ini juga dijadikan sebagai pengumuman kepada masyarakat bahwa ada orang tua yang meninggal saur matua.Dan pada saat gondang itu berbunyi , pihak suhut juga
bersiap-siap mengenakan ulos dan topi adat karena sebentar lagi kegiatan margondang saur matua akan dimulai.Kemudian diaturlah posisi masing-masing unsure dalihan na
tolu.Pihak shut berdiri di sebelah kanan yang meninggal , boru di sebelah kiri yang meninggal dan hula-hula berdiri di depan yang meninggal .Jika masih ada suami dan istri
yang meninggal bersama dengan suhut tapi posisinya paling depan.
Universitas Sumatera Utara
I. Kemudian kegiatan margondangpun dibuka oleh pengurus gereja pangulani
huria . Semua unsure dalihan na tolu berdiri di tempatnya masing-masing .Pengurus gereja berkata pada pargonsi agar dimainkan gondang mula-
mula.Gondang ini dimainkan utuk menggambarkan bahwa segala yang ada di dunia ini ada mulanya, baik itu manusia , kekayaan dan kehormatan.
II. Gondang ke dua yaitu gondang yang indah dan baik tanpa ada menyebutkan
nama gondangnya .Setelah gondang berbunyi , maka semua menari. III.
Gondang liat-liat, para pengurus gereja menari mengelilingi mayat memberkati semua suhut dengan meletakkan tangan yang memegang ulos ke
atas kepala suhut dan suhut membalasnya dengan meletakkan tangannya di wajah pengurus gereja.tapi dewasa ini sudah jarang ditemukan hl yang
demikian.Biasanya pihak greja hanya akan mensakramen almarhum almarhumah saja tanpa memberikan gondang.
IV. Gondang simba-simba maksudnya agar kita patut menghormati gereja . Dan
pihak suhut menari mendatangi pihak gereja satu persatu dan minta berkat dari mereka dengan meletakkan ulos ke bahu masing-masing pengurus gereja
.Sedangkan pengurus gerja menaruh tangan mereka ke atas kepala suhut. V.
Gondang yang terakhir , hasuhutan meminta gondang hasahatan dan sitio-tio agar semua mendapat damai sejahtera bahagia dan penuh rezeki dan setelah
selesai ditarikan mereka semuanya mengucapkan horas sebanyak tiga kali. Kemudian masing-masing unsur dalihan na tolu meminta gondang ke pada pargonsi , mereka juga
sering memberikan uang kepada pargonsi tetapi yang memberikan biasanya pihak parboru walaupun uang tersebut adalah dari pihak hula-hula atau dongan sabutuha.Maksud dari pemberian
uang itu adalah sebagai penghormatan kepada pargonsi untuk memberi semangat kepada pargonsi dalam memainkan gondang sabangunan.
Jika upacara ini berlangsung beberapa malam , maka kegiatan-kegiatan pada malam-malam hari tersebut diisi dengan manortor semua unsur dalihan na tolu.Keesokan harinya apabila peti mayat
yang sudah dipesan sebelumnya sudah selesai, maka peti mayat dibawa masuk ke dalam rumah dan mayat dipersiapkan untuk masuk kedalam peti.
Gambar 8. Memasukkan peti
Universitas Sumatera Utara
Sumber;survey Ketika itu hadirlah dongan sabutuha, hula-hula dan boru.Yang mengangkat mayat ke dalam peti
biasanya adalah pihak hasuhutan yang dibantu dengan dongan sabutuha.Tapi di beberapa daerah Batak Toba yang memasukkan mayat ke dalam peti adalah dongan sabutuha saja.
Gambar 9. Mompo Sumber:survey
Kemudian dengan hati-hati sekali mayat dimasukkan ke dalam peti dan di selimuti dengan ulos sibolang. Posisi peti diletakkan sama dengan posisi mayat sebelumnya.Maka aktivitas selanjutnya
adalah pemberian ulos tujung , ulos sampe tua dan ulos panggabei. Yang pertama kali memberikan ulos adalah hula-hula yaitu ulos tujung sejenis ulos sibolang kepada
yang ditinggalkan janda atau duda disertai isak tangis baik dari pihak suhut maupun hula-hula sendiri.Pemberian ulos bermakna sebagai pengakuan resmi dari kedudukan seorang yang telah
ditinggalkan oleh teman sehidup semati, sekaligus pernyataan turut berduka cita yang sedalam- dalamnya dari pihak hula-hula . Dan ulos itu hanya diletakkan di atas bahu dan tidak di atas kepala
.Ulos itu disebut ulos sampe atau ulos tali-tali.Dan pada waktu pemberian ulos sampe-sampe itu semua anak keturunan yang meninggal berdiri di sebelah kanan dan golongan boru di sebelah kiri
peti mati.
Gambar 10.mangulosi Sumber:survey
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Angka tulang Sumber:survey
Setelah ulos tujung diberikan , kemudian tulang dari yang meninggal memberikan ulos saput sejenis ulos ragi hotang atau ragi hidup , yang diletakkan pada mayat dengaa digerbangkan diherbangkan
di ats badannya . Dan bona tulang atau bona ni ari memberikan ulos saput tetapi tidak langsung diletakkan di atas badan yang meninggal tetapi digerbangkan di atas mayat peti saja.Maksud dari
pemberian ulos ini adalah menunjukkan hubungan yang baik dan akrab antara tulang dengan bere kemenakkan.
Setelah hula-hula selesai memberikan ulos-ulos tersebut kepada suhut , maka sekarang giliran pihak suhut memberikan ulos atau yang lainnya sebagai pengganti dari ulos kepada semua pihak boru
.Pengganti dari ulos ini dapat berupa sejumlah uang. Kemudian aktivitas selanjutnya setelah pemberian ulos atau uang kepada boru adalah kegiatan
margondang , dimulai dari pihak suhut , dongan sabutuha , boru boru dan ale-ale .Semuanya menari diiringi gondang sabangunan dan mereka sesuka hati meminta jenis gondang yang akan ditarikan .
sesudah semua rombongan selesai menari , maaka semua hadirin diundang untuk makan bersama .Sehari sebelumnya peti mayat di bawa ke halaman rumah orang tua yang saur matua tersebut,
diadakanlah adat panguoi yang biasanya dilakukan pada sore hari. Adat ini menunjukkan aktivitas memberi makan sepiring nasi beserta lauknya kepada orang tua
yang saur matua dan kepada semua sanak family . Setelah pembagian harta warisan selesai dilaksanakan , lalu semua unsure dalihan na tolu kembali menari.Mulai dari pihak suhut , hasuhutan
yang menari kemudian dongan sabutuha , boru , hula-hula dan ale-ale. Acara ini berlangsung sampai selesai pagi hari.
Upacara di jabu menuju maralaman Keesokan harinya semua suhut sudah bersiap siap lengkap dengan pakaian adatnya untuk
mengadakan upacara di jabu menuju maralaman. Setelah semuanya hadir di rumah duka, maka upacara ini dimulai, tepatnya pada waktu matahari akan naik sekitar pukul 10.00 Wib. Anak laki-laki
berdiri di sebelah kanan peti mayat, anak perempuan pihak boru berdiri di sebelah kiri, hula-hula bersama pengurus gereja berdiri di depan peti mayat dan dongan sabutuha berdiri di belakang boru.
Kemudian acara dipimpin oleh pengurus gereja mengenakan pakaian resmi jubah.
Setelah acara gereja selesai maka pengurus gereja menyuruh pihak boru untuk mengangkat peti mayat ke halaman rumah sambil diiringi dengan nyanyian gereja yang dinyanyikan oleh
hadirin. Lalu peti mayat ditutup tetapi belum dipaku dan diangkat secara hati-hati dan perlahan-lahan oleh pihak boru dibantu oleh hasuhuton juga dongan sabutuha ke halaman.
Universitas Sumatera Utara
peti mayat tersebut masih tetap ditutup dengan ulos sibolang. Lalu peti mayat itu diletakkan di halaman rumah sebelah kanan dan di depannya diletakkan palang salib kristen yang
bertuliskan nama orangtua yang meninggal. Sesampainya di halaman, peti mayat ditutup dan diletakkan di atas kayu sebagai penyanggahnya. Semua unsur dalihan Na Tolu yang ada di
dalam rumah kemudian berkumpul di halaman rumah untuk mengikuti acara selanjutnya.
Gambar 12.upacara maralaman sumber:survey
Upacara Maralaman di halaman rumah
Upacara maralaman adalah upacara terakhir sebelum penguburan mayat yang saur matua. Di dalam adat Batak Toba, kalau seseorang yang saur matua meninggal maka harus diberangkatkan dari
antaran bidang halaman ke kuburan disebut Partuatna. Maka dalam upacara maralaman akan dilaksanakan adat partuatna. Pada upacara ini posisi dari semua unsur dalihan Na Tolu berbeda
dengan posisi mereka ketika mengikuti upacara di dalam rumah. pihak suhut berbaris mulai dari kanan ke kiri yang paling besar ke yang bungsu, dan di belakang mereka berdiri parumaen
menantu perempuan dari yang meninggal posisi dari suhut berdiri tepat di hadapan rumah duka. Anak perempuan dari yang meninggal beserta dengan pihak boru lainnya berdiri membelakangi
rumah duka kemudian hula-hula berdiri di samping kanan rumah duka.
Semuanya mengenakan ulos yang disandang di atas bahu. Ke semua posisi ini mengelilingi kayu borotan yang ada di tengahtengah halaman rumah. Sedangkan peti mayat diletakkan di
sebelah kanan rumah duka dan agak jauh dari tiang kayu borotan Posisi pemain gondang sabangunan pun sudah berbeda dengan posisi mereka ketika di dalam rumah. Pada upacara
ini, posisi mereka sudah menghadap ke halaman rumah sebelumnya di bonggar rumah, tetapi
Universitas Sumatera Utara
pada upacara maralaman mereka berada di bilik bonggar sebelah kanan. Kemudian pargonsi pun bersiap-siap dengan instrumennya masing-masing.
Setelah semua unsur Dalihan Na Tolu dan pargonsi berada pada tempatnya, lalu pengurus gereja membuka kembali upacara di halaman ini dengan bernyanyi lebih dahulu, lalu
pembacaan firman Tuhan, bernyanyi lagi, kata sambutan dan penghiburan dari pengurus gereja, koor dari ibu-ibu gereja dan terakhir doa penutup. Kemudian rombongan dari
pengurus gereja mengawali kegiatan margondang. Pertama sekali mereka meminta kepada pargonsi supaya memainkan sitolu Gondang tanpa menyebut nama gondangnya , yaitu
gondang yang dipersembahkan kepada Debata Tuhan agar kiranya Yang Maha Kuasa berkenan memberkati upacara ini dari awal hingga akhirnya dan memberkati semua suhut
agar beroleh hidup yang sejahtera di masa mendatang. Lalu pargonsi memainkan sitolu Gondang itu secara berturut-turut tanpa ada yang menari.
Setelah sitolu Gondang itu selesai dimainkan, pengurus gereja kemudian meminta kepada pargonsi yaitu gondang liat-liat. Maksud dari gondang ini adalah agar semua keturunan dari
yang meninggal saur matua ini selamat-selamat dan sejahtera. Pada jenis gondang ini, rombongan gereja menari mengelilingi borotan yang diikatkan kepadanya seekor kuda
sebanyak tiga kali, yang disambut oleh pihak boru dengan gerakan mundur. Gerak tari pada gondang ini ialah kedua tangan ditutup dan digerakkan menurut irama gondang. Setelah
mengelilingi borotan, maka pihak pengurus gereja memberkati semua boru dan suhut. Kemudian pengurus gereja meminta gondang Marolop-olopan. Maksud dari gondang ini agar
pengurus gereja dengan pihak suhut saling bekerja sama. pada waktu menari pengurus gereja mendatangi suhut dan unsur Dalihan Natolu lainnya satu persatu dan memberkati mereka
dengan meletakkan ulos di atas bahu atau saling memegang wajah, sedang suhut dan unsur Dalihan Na Tolu lainnya memegang wajah pengurus gereja. Setelah gondang ini selesai,
maka pengurus gereja menutup kegiatan margondang mereka dengan meminta kepada pargonsi gondang Hasahatan tu sitiotio. Semua unsur : Dalihan Na Tolu menari di tempat dan
kemudian mengucapkan ‘horas’ sebanyak 3 kali. Kegiatan margondang selanjutnya diisi oleh pihak hasuhutan yang meminta gondang
Mangaliat kepada pargonsi. Semua suhut berbaris menari mengelilingi kuda sebanyak 3 kali, yang disambut oleh pihak boru dengan gerakan mundur. Gerakan tangan sama seperti gerak
yang dilakukan oleh pengurus gereja pada waktu mereka menari gondang Mangaliat. Setelah
Universitas Sumatera Utara
gondang ini selesai maka suhut mendatangi pihak boru dan memberkati mereka dengan memegang kepala boru atau meletakkan ulos di atas bahu boru.Sedangkan boru memegang
wajah suhut. Setelah hasuhutan selesai menari pada gondang Mangaliat, maka menarilah dongan sabutuha
juga dengan gondang Mangaliat, dengan memberikan ‘beras si pir ni tondi’ kepada suhut. Kemudian mangaliatlah mengelilingi borotan pihak boru sambil memberikan beras atau
uang. Lagi giliran pihak hula-hula untuk mangaliat. Pihak hula-hula selain memberikan beras atau liang, mereka juga memberikan ulos kepada semua keturunan orangtua yang meninggal
baik anak laki-laki dan anak perempuan. Ulos yang diberikan hula-hula kepada suhut itu merupakan ulos holong.
Biasanya setelah keturunan yang meninggal ini menerima ulos yang diberikan hulahula, lalu mereka mengelilingi sekali lagi borotan. Kemudian pihak ale-ale yang mangaliat, juga
memberikan beras atau uang. Dan kegiatan gondang ini diakhiri dengan pihak parhobas dan naposobulung yang menari. Pada akhir dari setiap kelompok yang menari selalu dimintakan
gondang Hasahatan atau sitio-tio dan mengucapkan ‘horas’ sebanyak 3 kali.
Gmbar 13.mangulosi Sumber:survey
Pada saat setiap kelompok Dalihan Na Tolu menari, ada juga yang mengadakan pembagian jambar, dengan memberikan sepotong daging yang diletakkan dalam sebuah piring dan
diberikan kepada siapa yang berkepentingan. Sementara diadakan pembagian jambar, kegiatan margondang terus berlanjut. Setelah semuanya selesai menari, maka acara
diserahkan kepada pengurus gereja, karena merekalah yang akan menurup upacara ini. Lalu
Universitas Sumatera Utara
semua unsur Dalihan Na Tolu mengelilingi peti mayat yang tertutup. Di mulai acara gereja dengan bernyanyi, berdoa, penyampaian firman Tuhan, bernyanyi, kata sambutan dari
pengurus gereja, bernyanyi dan doa penutup. Kemudian peti mayat dipakukan dan siap untuk dibawa ke tempat penguburannya yang terakhir yang telah dipersiapkan sebelumnya peti
mayat diangkat oleh hasuhutan dibantu dengan boru dan dong an sahuta, sambil diiringi nyanyian gereja yang dinyanyikan oleh hadirin sampai ke tempat pemakamannya. Acara
pemakaman diserahkan sepenuhnya kepada pengurus gereja. Setelah selesai acara pemakaman, kembalilah semua yang turut mengantar ke rumah duka.
Acara Sesudah Upacara Kematian.
Sesampainya pihak suhut , hasuhutan, boru, dongan sabutuha, hula-hula di rumah duka, maka acara selanjutnya adalah makan bersama. Pada saat itulah kuda yang diborotkan tadi sudah
dapat dilepaskan dan ternak babi yang khusus untuk makanan pesta atau upacara yang dibagikan kepada semua yang hadir. Pembagian jambar ini dipimpin langsung oleh pengetua
adat. Tetapi terdapat berbagai variasi pada beberapa tempat yang ada pada masyarakat batak toba. Salah satu uraian yang diberikan dalam pembagian jambar ini adalah sebagai berikut:
Gambar 14.parbagian jambar Sumber survey
•
Kepala untuk tulang
•
Telur untuk pangoli
•
Somba-somba untuk bona tulang
•
satu tulang paha belakang untuk bona ni ari
Universitas Sumatera Utara
•
Satu tulang belakang lainnya untuk parbonaan
•
Leher dan sekerat daging untuk boru
Setelah pembagian jambar ini selesai dilaksanakan maka kepada setiap hulahula yang memberikan ulos karena meninggal saur matua orang tua ini, akan diberikan piso yang
disebut “pasahatkhon piso-piso”, yaitu menyerahkan sejumlah uang kepada hula-hula, jumlahnya menurut kedudukan masing-masing dan keadaan.
Bilamana seorang ibu yang meninggal saur matua maka diadakan mangungkap hombung buha hombung, yang dilakukan oleh hula-hula dari ibu yang meninggal, biasanya
dijalankan oleh amana posona anak dari ito atau abang adik yang meninggal. Buha Hombung artinya membuka simpanan dari ibu yang meninggal. Hombung ialah suatu tempat
tersembunyi dalam rumah, dimana seorang ibu biasanya menyimpan harta keluarga ; pusaka, perhiasan, emas dan uang.
Harta kekayaan itu diminta oleh hula-hula sebagai kenang-kenangan, juga sebagai kesempatan terakhir untuk meminta sesuatu dari simpanan “borunya” setelah selesai
mangungkap hombung, maka upacara ditutup oleh pengetua adat. Beberapa hari setelah selesai upacara kematian saur matua, hula-hula datang untuk mangapuli memberikan
penghiburan kepada keluarga dari orang yang meninggal saur matua dengan membawa makanan berupa ikan mas. Yang bekerja menyedikan keperluan acara adalah pihak boru.
Acara mangapuli dimulai dengan bernyanyi, berdoa, kata-kata penghiburan setelah itu dibalas diapu oleh suhut. Setelah acara ini selesai, maka selesailah pelaksanaan upacara kematian
saur matua. Latar belakang dari pelaksanaan upacara kematian saur matua ini adalah karena faktor adat, yang harus dijalankan oleh para keturunan orang tua yang meninggal tersebut.
Pelaksanaan upacara ini juga diwujudkan sebagai penghormatan kepada orang tua yang meninggal, dengan harapan agar orang tua tersebut dapat menghormati kelangsungan hidup
dari para keturunannya yang sejahtera dan damai. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara manusia yang masih hidup dengan para kerabatnya yang sudah meninggal masih ada
hubungan ini juga menentukan hidup manusia itu di dunia dan di akhirat. Sebagai salah satu bentuk aktivitas adat , maka pelaksanaan upacara ini tidak terlepas dari
kehadiran dari unsur-unsur Dalihan Natolu yang memainkan peranan berupa hak dan kewajiban mereka. Maka dalihan natolu inilah yang mengatur peranan tersebut sehingga
Universitas Sumatera Utara
prilaku setiap unsur khususnya dalam kegiatan adat maupun dalam kehidupan sehari-hari tidak menyimpang dari adat yang sudah ada.
Kegiatan makan dilakukan antara jam 12-2 siang di sela-sela acara
Gambar 15.makan Sumber survey
Jenis kegiatan, karakteristik kegiatan,karakteristik ruang Kegiatan yang dilakukan didalam bangunan dapat dibedakan menurut pelaku dalam
kegiatan tersebut antara lain 1.
Keluarga Merupakan keluarga dekat dari orang yang meninggal seperti suami atau istri,
anak,cucu,abang,kakak dan orangtua 2.
Pelayat Pelayat dapat dibedakan atas 2 jenis
- Pelayat adat
Para pelayat yang turut mengikuti dan terlibat dalam acara adat merupakan handaitolan dari orang yang meninggal
- Pelayat umum
Para pelayat yang tidak harus terlibat dengan acara adat, biasa berupa teman kerja, rekan bisnis dsb dari orang yang meninggal
3. Pengelola
Merupakan badan yang terdiri dari beberapa orang yang bertugas untuk membantu kelancaran dari jalannya acara. Antara lain
1. Manager
2. Staff
3. Pengamanan
Universitas Sumatera Utara
4. Akomodasi
5. Retail
6. Transportasi
7. Peralatan
8. Dll
2.6. STUDI BANDING PROYEK SEJENIS Basketville casket company perusahaan peti jenazah
Basketville casket company ini berlokasi di Manchester, Tenn , dengan luas total 430,000 square footage. Perusahaan ini bergerak di bidang perpetijenazahan yang dimulai sejak tahun
1970.Perusahaan ini kini telah memiliki 375 orang pekerja.Perusahaan ini juga telah memiliki ikon tersendiri yaitu:
Adapun literature yang dapat diumbarkan pada kesempatan kali ini berupa showroom dan tempat pembuatannya:
Gambar 16. Showroom Batesville Casket Company Sumber: http:www.industryweek.comsection.aspx?sectionid=15
Salah satu fasilitas yang terdapat dalam perusahaan ini adalah showroom peti.Tempat ini merupakan bagian terpenting dalam usaha ini, di mana para pembeli dapat langsung memilih peti
yang mereka inginkan.
Gambar 17. tempat pembuatan peti di BCC Sumber: http:www.industryweek.comsection.aspx?sectionid=15
Universitas Sumatera Utara
Adapun bahan dasar pembuatan peti jenazah di perusahaan Batesville ini terbuat dari kayu dan cooperkaleng , sehingga mesin yang digunakanpun lebih bervariasi.Pada proyek saya ini hanya
akan membuat peti yang berbahan dasar kayu. George Hall and Son Rumah Duka
Berlokasi di Buccleuch Street, Barrow in Furness, Cumbria Los Angeles , Amerika Serikat. Hal-hal yang ditangani :
Selain penguburan konvensional George hall juga menyediakan crematorium,.GHS juga menangani acara perkawinan.Yang menjadi prioritas utama dari perusahaan ini adalah penguburan
baik konvensional maupun krematorium.Perkawinan sebagai prioritas ke dua, untuk acara pernikahan perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan lain yang bekerja khusus di bidang
pernikahan.Kapasitas untuk ketiga fungsi di atas adalah ratusan orang saja.Sistem pelayanannya dikemas dengan paket.Targetnya masyarakat menengah ke atas dan tidak terdapat layanan sosial.
Oregon Funeral Directors Association rumah duka
Oregon Funeral director association terletak di sebelah barat laut kota Portland, Amerika Serikat tepatnya di Suite road 105.Selain sebagai badan usaha yang menyediakan fasilitas untuk
penguburan, Oregon juga melatih tenaga ahli yang berhubungan dengan penguburan dan menyediakan fasilitas kuburannya.
Sistem pengelolaan Oregon Funeral director menyediakan layanan one stop , cukup dengan registrasi saja
kemudian segala sesuatunya mereka yang mengatur seperti: •
Menghubungi undangan •
Mengatur transportasi •
Menyediakan tenaga konseling •
Menyediakan pendeta •
Mengatur acara penguburan •
Merias mayat •
Menyediakan bungan •
Menyediakan peti mati Selain hal tersebut Oregon juga berhubungan dengan Dinas Sosial setempat untuk
memberikan layanan sosial kepada masyarakat yang kurang mampu. Sistem pembayaran juga bisa dicicil sehingga masyarakat golongan bawah dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Manajemen
yang mereka lakukan adalah subsidi silang penggunaan bangunan golongan ekonomi atas mensubsidi kalangan ekonomi bawah.
Fasilitas yang disediakan •
Ruang persemayaman untuk empat jenazah •
Ruang duduk kapasitas ratusan orang •
Ruang istirahat •
Musik •
Capel •
Lokasi kuburan •
Diklat untuk pekerja pemakaman
Universitas Sumatera Utara
Ketiga studi banding di atas merupakan contoh proyek di luar negri sementara di kota Medan sendiri belum ada yang mampu menyainginya.Namun untuk di kota Medan sendiri ada
beberapa contoh proyek sejenis di kota medan .Untuk contoh proyek perusahaan peti jenazahnya sendiri antara lain:
1. Jalan AsiaBakaran Batu
2. Kampung Durian
3. Jalan Turi
4. Jalan Ngalengko
5. Padang Bulan
6. Sukaramai
Gambar 18. contoh proyek peti jenazah di Kota Medan Sedangkan untuk rumah dukanya:
1. Jambur Namaken di jalan Jamin Ginting
2. Rumah duka Methodis di jalan Bintang
Gambar 8. Contoh proyek rumah duka di Kota Medan
Kesimpulan : Dari hasil studi banding proyek sejenis di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan sejenis Medan
Casket Company memang adalah perusahaan yang sangat menguntungkan karena sangat dibutuhkan , melihat kondisi perdagangan peti di Kota Medan yang kurang maju dan tidak
tersedianya rumah duka bagi kaum Batak Toba yang beragama Kristen Protestan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ELABORASI TEMA
3.2. PENGERTIAN ARSITEKTUR RELIGIUS •
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Arsitektur adalah 1 seni dan ilmu merancang bangunan serta membuat konstruksi bangunan, jembatan dan sebagainya; 2 metode
dan gaya rancangan suatu bangunan
•
Religius adalah kepercayaan yang dianut seseorang
Jadi, Arsitektur religius adalah seni atau ilmu merancang bangunan , jembatan, dsb yang dibuat berdasarkan kepercayaan yang dianut.
3.1.2. TINJAUAN TEORITIS KONSEPTUAL Filsafat orang batak toba