yang tersedia adalah gen penyandi hormon pertumbuhan growth hormone, GH Nugroho et al. 2008 dan vasa Alimuddin et al. 2009. Pada penelitian ini kedua
gen tersebut dikembangkan sebagai marka molekuler pendeteksi sel gonad donor dalam individu resipien.
1.2. Perumusan masalah
Pertumbuhan dan waktu matang gonad yang lambat diduga menjadi suatu masalah dalam ketersedian benih ikan gurame yang tidak dapat mencukupi untuk
mendukung pencapaian target produksi nasional. Hingga saat ini, penelitian yang telah dilakukan dalam upaya peningkatan produksi ikan gurame terbatas pada
komposisi pakan yang memberi pertumbuhan tinggi. Rekayasa produksi benih ikan gurame melalui aplikasi metode teknologi surrogate broodstock atau
teknologi induk “semang” diduga dapat mendukung pengembangan budidaya ikan gurame untuk mencapai target produksi nasional di masa datang.
Aplikasi teknologi induk “semang” dilakukan dengan mentransplantasikan sel germinal ikan donor ikan gurame ke rongga perut larva resipien. Ikan yang
dapat matang gonad lebih cepat daripada ikan gurame menjadi salah satu pertimbangan pemilihan ikan resipien. Pada penelitian Takeuchi et al. 2004,
aplikasi teknologi induk “semang” ikan rainbow trout berhasil dilakukan pada ikan salmon masu. Sel donor yang digunakan berasal dari ikan rainbow trout
transgenik yang membawa gen berpendar GFP Green Fluorescent Protein. Pendaran GFP bergatung pada aktivitas promoter yang digunakan. GFP yang
dikendalikan oleh aktivitas gen vasa, hanya dapat mencapai puncak pendaran pada sel germinal ikan rainbow trout tahap meiosis Yano et al. 2008, pendaran
sangat kuat pada tahap spermatogonia A dan melemah pada tahap spermatogonia B. Berbeda dengan vasa, pendaran GFP y
ang dikendalikan oleh promoter β-aktin dapat mencapai puncak pendaran sampai pada tahap spermatozoa ikan nila
Zaparta 2009. Pendaran GFP dengan kedua promoter tersebut, vasa dan GFP dapat dilihat di bawah mikroskop fluoresen. Kerersediaan mikroskop fluoresen
masih sangat terbatas di Indonesia. Selain itu, metode efektif untuk membuat dan ketersediaan ikan gurame transgenik dengan sel germinal mengekspresikan gen
GFP juga menjadi penghambat dalam penyediaan sel donor yang berpendar.
Pada penelitian ini digunakan sel donor alami yang berasal dari ikan gurame bukan transgenik, dan menggunakan marka molekuler sebagai primer
spesifik untuk membedakan sel germinal ikan gurame dan ikan nila sebagai calon resipien. Marka molekuler dianalisis menggunakan metode PCR dengan primer
spesifik ikan donor. Pengembangan marka molekuler didukung oleh ketersediaan mesin PCR yang tersebar luas di Indonesia. Hingga saat ini, gen ikan gurame
yang sudah diketahui sekuennya adalah gen GH dan vasa. Oleh karena itu, kedua gen tersebut digunakan sebagai marka pembeda antara donor ikan gurame dan
resipien ikan nila. PCR dengan primer spesifik yang didisain berdasarkan marka GH dan vasa hanya akan menghasilkan produk amplifikasi pada ikan donor.
1.3. Tujuan dan manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi cara alternatif pendeteksi sel gonad donor dalam individu semang pada proses transplantasi.
Pengembangan marka molekuler ini sangat bermanfaat untuk mendukung aplikasi teknologi transplantasi sel germinal donor pada individu semang dalam rangka
merekayasa produksi benih ikan-ikan budidaya di Indonesia, khususnya yang membutuhkan waktu relatif lama untuk mencapai matang gonad pertama kali.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan biologi ikan gurame
Ikan gurame Osphronemus gouramy Gambar 1 merupakan salah satu ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi di Indonesia khususnya di daerah
Jawa Barat. Taksonomi ikan gurame adalah sebagai berikut: Kelas
: Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo :
Labyrinthici Sub Ordo :
Anabantoidae Famili
: Anabantidae
Genus :
Osphronemus Species
: Osphronemus gouramy Lacepede
Gambar 1. Ikan gurame Panjang dan bobot tubuh ikan gurame konsumsi sangat bergantung
terhadap lamanya waktu pembesaran. Pemanenan hasil pembesaran ikan gurame minimal mencapai umur dua tahun. Ikan gurame yang berumur dua tahun
memiliki panjang dan bobot tubuh yaitu 25 cm dan 0,3 kgekor, umur tiga tahun memiliki panjang dan bobot tubuh yaitu 35 cm dan 0,7 kgekor, empat tahun
mencapai panjang dan bobot tubuh yaitu 40 cm dan 1,5 kgekor. Pertumbuhan yang lambat ini merupakan salah satu masalah besar dalam usaha pembesaran
gurame, di samping pencapaian matang gonad pertama kali yang relatif lama, yakni sekitar 3-4 tahun.