16
V. PENUTUP
Bab ini berisi tentang hasil akhir dari pokok permasalahan yang diteliti berupa kesimpulan dan saran dari hasil penelitian terhadap permasalahan yang telah
dibahas.
17
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindak Pidana Pencabulan Anak
Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari strafbaar feit, di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri. Biasanya tindak
pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa Latin yakni kata delictum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut :
“delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-
undang tindak pidana.” Berdasarkan rumusan yang ada maka delik strafbaar feit memuat beberapa unsur
yakni: 1.
Suatu perbuatan manusia , 2.
Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang dan
3. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan.
34
Istilah terjemahan strafbaar feit adalah diperkenalkan oleh pihak pemerintah cq
Departemen Kehakiman. Istilah ini banyak dipergunakan dalam undang-undang tindak pidana khusus, misalnya: Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi,
34
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana ,edisi revisi cet , Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 2012 ,hlm 48
18 Undang-undang tindak Pidana Narkotika dan Undang-undang Tindak Pidana
Ponografi yang mengatur secara khusus Tindak Pidana Ponografi. Tindak pidana menunjukkan pengertian gerakgerik tingkah laku dan gerak-gerik jasmani
seseorang. Hal-hal tersebut terdapat juga seseorang untuk tidak berbuat ,akan tetapi dengan tidak berbuatnya dia , dia telah melakukan tindak pidana .
Simons mengatakan bahwa strafbaarfeit itu adalah kelakuan yang diancam
dengan pidana, bersifat melawan hukum, dan berhubung dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.
35
Sedangkan Van Hamel mengatakan bahwa strafbaarfeit itu adalah kelakuan orang yang dirumuskan
dalam undang-undang, besifat melawan hukum, patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.
36
Keduanya masih memasukkan kesalahan dalam pengertian tindak pidana. Sementara itu Schaffmeister mengatakan bahwa, perbuatan pidana
adalah perbuata manusia yang termasuk dalam ruang lingkup rumusan delik, bersifat melawan hukum, dan dapat dicela.
37
Dalam hal ini sekalpun tidak menggunakan istilah keslahan, namun dapat dicela umumnya telah dipahami
sebagai makna kesalahan. Begitu berpengaruhnya pandangan ahli-ahli hukum Belanda tersebut, sehingga
umumnya diikuti oleh ahli-ahli hukum pidana Indonesia, termasuk generasi sekarang. Komariah E. Sapardjaja mengatakan, tindak pidana adalah suatu
35
S.R.Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta:alumni AHAEM-PTHAEM, 1986,. Hal.205
36
ibid
37
D.Schaffmeister,N.Keijzer dan E.PH.Sutorius, Hukum Pidana, Yogyakarta:Liberty.1995,. hal.27
19 perbuatan manusia yang memenuhi perumusan delik, melawan hukum dan
pembuat bersalah melakukan perbuatan itu.
38
Oleh karena itu, setelah melihat berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
yang disebut dengan tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana barang siapa yang melakukannya, dimana
pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat aktif melakukan sesuatu yang sebenernya dilarang oleh hukum juga perbuatan yang bersifat pasif
tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum.
39
Setelah mengetahui definisi dan pengertian tentang tindak pidana di atas, bahwa
unsur-unsur tindak pidana adalah unsur-unsur yang terdapat didalam pengertian perbuatan yang dipisahkan dengan pertanggungjawaban pidana. Ketika dikatakan
bahwa perbuatan pidana adalah perbuata yang dilarang dan diancam dengan pidana barangsiapa yang melakukannya
40
, maka unsur-unsur tindak pidana tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Unsur Objektif
Unsur yang terdapat diluar si pelaku. Unsur –unsur yang ada hubungannya dengan
keadaan, yaitu dalam keadaan –keadaan di mana tindakan–tindakan si pelaku itu
harus dilakukan: 1
Sifat melanggar hukum 2
Kualitas dari si pelaku 3
Kausalitas
38
Komariah E.Sapardjaja, Ajaran Melawan Hukum Materiil dalam Hukum Pidana Indonesia, Bandung:alumni. 2002 hal 22
39
Teguh Prasetyo , Hukum Pidana ,edisi revisi cet. 3 , Jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 2012 ,hlm.50
40
Mahrus Ali , Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.hlm 100