Pengertian dan Jenis Tindak Pidana
pidana Strafbaar feit beberapa sarjana memberikan pengertian yang berbeda sebaai berikut:
26
a. Pompe
Memberikan pengertian tindak pidana menjadi 2 dua definisi, yaitu: Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang
dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.
Definisi Menurut hukum positif adalah suatu kejadianfelt yang oleh peraturan undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat
dihukum.
27
b. Simons
Tindak Pidana adalah adalah kelakuan Handeling yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan
dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.
28
c. Van Hamel
Tindak Pidana adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan
kesalahan.
29
d. Moeljatno
Perbuatan pidana Tindak pidana – pen. adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa
pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.
30
26
Tri Andrisman. Op.Cit. hlm.80.
27
Bambang Poernomo. Asas-asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1981. hlm.86.
28
Moeljatno. Azas-azas Hukum Piadana. BI na Aksara. Jakarta. 1987. hlm. 56.
29
Moeljatno. Op.Cit. hlm. 56.
e. Vos
Tindak pidana adalah suatu kelakuan manusia diancam pidana oleh peraturan undang-undang, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang dengan
ancaman pidana.
31
f. Wirjono Prodjodikoro
Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.
32
Menurut Andi Hamzah, unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut yatu: a.
Kelakuan dan akibat perbuatan b.
Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan c.
Keadaan tambahan yang memberatkan pidana d.
Unsur melawan hukum yang objektif e.
Unsur melawan hukum yang subyektif.
33
Pada penjelasan diatas, maka tindak pidana adalah suatu perbuatan yang memiliki unsur kesalahan yaitu perbuatan yang dilarang serta dikenakan ancaman pidana,
Hal ini bertujuan untuk memelihara ketertiban hukum dan kesejahteraan masyarakat.
Jenis-jenis Tindak Pidana yaitu: 1.
Kejahatan dan Pelanggaran Berkaitan dengan perbedaan antara kejahatan dengan pelanggaran, maka ada
2 dua pendapat mengenai perbedaan tersebut, yaitu:
30
Ibid, hlm.54.
31
Bambang Poernomo, Op.Cit, hlm. 86.
32
Wirjono P, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986, hlm. 55.
33
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 29.
1.1. Perbedaan secara kualitatif: a. Kejahatan adalah
Rechtsdelict en, artinya perbuatan yang
bertentangan demgan keadilan. Pertentangan ini terlepas perbuatan itu diancam pidana dalam suatu per-UU-an atau tidak. Jadi, perbuatan itu
benar-benar dirasakan masyarakat sebagai bertentangan dengan keadilan.
b. Pelanggaran adalah wetsdelict en, artinya perbuatan yang disadari oleh masyarakat sebagai suatu tindak pidana karena UU menyebutnya
sebagai delik. Delik semacam ini disebut pelanggaran mala quia prohibita
1.2. Perbedaan scara kuantitatif: Perbedaan ini didasarkan pada aspek kriminalogis, yaitu pelanggaran
lebih ringan dibandingkan dengan kejahatan. Pembagian delik dalam KUHP berupa kejahatan diatur dalam Buku II dan Pelanggaran diatur
dalam Buku III terdapat pendapat yang pro dan kontra. Oleh karena itu dalam konsep KUHP pembagian ini tidak dikenal lagi. Konsep KUHP
hanya terdiri dari 2 dua Buku, yaitu: Buku I tentang Ketentuan Umum dan Buku II tentang Tindak Pidana.
2. Delik formil dan delik materiil
Delik formil: delik yang perumusannya dititikberatkan kepada perbuatan yang dilarang UU. Perwujudan delik ini dipandang selesai dengan
dilakukannya perbuatan seperti tercantum dalam rumusan delik, misal: Pasal 156, Pasal 209, dan Pasal 263.
Delik Materiil: delik yang perumusannya dititikberatkan kepada akibat yang tidak dikehendaki dilarang. Delik ini dikatakan selesai bila akibat yang tidak
dikehendaki itu telah terjadi. Bila belum, maka paling banyak hanya ada percobaan, misal: Pasal 187, Pasal 338, dan Pasal 378.
3. Delik Commisiionis, Delik Ommissionis, dan Delik Commissionisper Ommissionis Commissa.
Delik Commisiionis: Delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan, misal: berbuat sesuatu yang dilarang, pencurian, penggelapan, penipuan.
Delik Ommissionis: Delik berupa pelanggaran terhadap perintah, yaitu tidak melakukan sesuatu yang diperintahkandiharuskan, misal: tidak menghadap
sebagai saksi di pengadilan Pasal 522 KUHP, tidak menolong orang yang memerlukan pertolongan Pasal 1531 KUHP
Delik Commissionis per Ommissionis Commissa: Delik yang berupa pelanggaran larangan, tetapi dapat dilakukan dengan cara tidak berbuat,
misal: seorang ibu yang membunuh anaknya dengan tidak menyusuinya Pasal 340 KUHP
4. Delik Dolus Kesengajaan, misal Pasal 147, 197 KUHP dan delik culpa
kealpaan, misal Pasal 195, Pasal 359 KUHP. 5.
Delik tunggal dilakukan satu kali dan delik ganda dilakukan beberapa kali, misalnya Pasal 481 KUHP penadahan.
6. Delik yang berlangsung terus, misalnya perampasan kemerdekaan seseorang
Pasal 333 KUHP, dan delik yang tidak berlangsung terus.
7. Delik Aduan Klacht delicten dan bukan delik aduan Niet klacht delicten.
Delik aduan adalah delik yang penuntutannya hanya dilakukan bila ada pengaduan dari pihak yang terkena, misalnya: Penghinaan Pasal 310 jo.
Pasal 319 KUHP perzinahan, Pasal 284 KUHP pemerasan, Pasal 335 KUHP.
34