2.10.2. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan periode sebelumnya
Hardiningsih dan Oktaviani, 2012. Setiap perusahaan pasti akan selalu mengupayakan agar perusahaan terus tumbuh setiap tahunnya. Tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.
Pertumbuhan perusahaan kaitannya dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa penetapan suatu urutan keputusan pendanaan dimana manajer
pertama memilih menggunakan laba ditahan, utang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai
internal financing berwujud laba ditahan. Apabila pendanaan dari luar eksternal financing diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling
aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi seperti obligasi konversi, baru akhirnya
apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan Phitaloka, 2009. Pecking order theory merupakan penetapan suatu urutan keputusan pendanaan
dimana manajer pertama memilih menggunakan laba ditahan, utang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Secara singkat teori ini menyatakan
bahwa perusahaan menyukai internal financing berwujud laba ditahan. Apabila pendanaan dari luar eksternal financing diperlukan, maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi
seperti obligasi konversi, baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan Phitaloka, 2009.
Menurut Kusumajaya 2011 menyatakan dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya
menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaan agar tidak terjadi biaya keagenan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Sebaliknya,
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan
perusahaan tersebut membayar hutang secara teratur. Hal-hal tersebut diatas mengartikan bahwa perusahaan dengan
pertumbuhan yang tinggi lebih menyukai menggunakan dana internal perusahaan dahulu dibandingkan menggunakan hutang. Sedangkan perusahaan yang
pertumbuhannya rendah menggunakan hutang yang lebih untuk mencukupi dana perusahaan.
Suatu perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan laba. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan
pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki Hardiningsih
dan Oktaviani, 2012. Menurut Rodoni dan Ali 2014 menyatakan pertumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan. Jadi
perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan memiliki debt ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhannya rendah.
Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretha 2013 yang menghasilkan hubungan pertumbuhan perusahaan negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian yang mendukung lainnya oleh Hardiningsih dan Oktaviani 2012 yang menemukan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Dengan demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi akan menggunakan hutang yang
rendah. Hal terebut mengartikan bahwa perusahaan mampu memenuhi kegiatan operasionalnya dengan dana internal yang dimiliki.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah:
H
2
Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI
2.10.3. Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Kebijakan Hutang