perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan memiliki debt ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhannya rendah.
Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Margaretha 2013 yang menghasilkan hubungan pertumbuhan perusahaan negatif dan signifikan
terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian yang mendukung lainnya oleh Hardiningsih dan Oktaviani 2012 yang menemukan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Dengan demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi akan menggunakan hutang yang
rendah. Hal terebut mengartikan bahwa perusahaan mampu memenuhi kegiatan operasionalnya dengan dana internal yang dimiliki.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah:
H
2
Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI
2.10.3. Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Kebijakan Hutang
Deviden merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Baik waktu maupun besarnya dividen yang dibagikan ditentukan melalui Rapat
Umum Pemegang Saham RUPS Yulianto, 2010. Kebijakan deviden diartikan sebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earning yang
dihasilkan kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untuk kegiatan reinvestasi dalam perusahaan Rosdini, 2009.
Sesuai dengan pecking order theory yang menyebutkan bahwa manajer pertama kali memilih menggunakan laba ditahan, hutang, dan penerbitan saham
sebagai pilihan terakhir. Perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar, maka untuk membiayai investasinya diperlukan tambahan dana yang dapat
diperoleh melalui hutang. Jika dengan membagikan deviden kepada pemegang saham yang mengakibatkan laba ditahan berkurang, maka untuk mendapatkan
dana operasional perusahaan dapat menetapkan keputusan pendanaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan hutang.
Teori pendukung lain dalam kebijakan deviden ini adalah teori agensi karena terjadi hubungan kontrak yang dapat menimbulkan konflik. Konflik
tersebut yaitu pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang karena dengan penggunaan hutang hak pemegang saham
tidak berkurang. Namun, manajer lebih menyukai menginvestasikan laba ditahan daripada membagikan kepada pemegang saham, dikarenakan manajer
menginginkan keuntungan dari investasi tersebut. Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaan
hutang suatu perusahaan. Hal ini dapat diperkuat dengan Pecking Order Theory yang menjelaskan urut-urutan perusahaan dalam mengambil keputusan
pendanaan. Dimana untuk pertama kalinya perusahaan akan memanfaatkan pedanaan dari laba ditahan, apabila laba ditahan tidak mencukupi maka barulah
akan digunakan pendanaan dengan hutang. Dengan demikian jika perusahaan meningkatkan pembayaran dividennya maka dana yang tersedia untuk pendanaan
perusahaan dalam bentuk laba ditahan akan semakin kecil. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, manajer lebih cenderung untuk
menggunakan hutang lebih banyak Indahningrum dan Handayani, 2009. Melalui
teori tersebut dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yulianto 2010 menemukan bahwa kebijakan deviden berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kebijakan hutang. Hasil yang lain yang mendukung adalah penelitian oleh Keni dan dewi 2012 bahwa kebijakan deviden berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan hutang. Dengan demikian, perusahaan yang membagikan devidennya kepada pemegang saham, akan mempunyai laba di tahan yang sedikit. Sehingga
manajemen dapat menggunakan hutang untuk kelangsungan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan untuk
penelitian ini adalah: H
3
Kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI
2.10.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang