1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah pengangguran merupakan masalah yang menjadi tantangan besar bagi pemerintahan dan masyarakat Indonesia. Hal tersebut berdampak pada
masalah-masalah lain seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial. Memasuki pasar bebas dan persaingan global yang kian ketat, menuntut masyarakat khususnya
yang berada pada usia produktif untuk memiliki kualitas individu yang aktif dan kreatif agar mampu bersaing secara kompetitif untuk mengurangi angka
pengangguran yang ada. Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu solusi yang cukup
berperan dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di Indonesia, khususnya yaitu masalah ketenagakerjaan yang hingga kini masih menjadi tugas kita
bersama. Pendidikan yang baik akan menciptakan sumber daya manusia yang dapat bersaing secara kompetitif. Namun dengan jumlah penduduk yang sangat
tinggi, tentunya akan menimbulkan persaingan yang sangat ketat bagi dunia kerja karena jumlah lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja,
sehingga mengakibatkan banyaknya orang terdidik yang menggangur. Tingginya tingkat persaingan dalam dunia kerja menuntut masyarakat Indonesia untuk
memiliki sejumlah kemampuan dan keterapilan yang tinggi agar mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 mengenai
tingkat pengangguran berdasarkan tingkat pendidikannya.
Tabel 1.1
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2012-2014
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2012 2013
2014 Agustus
Februari Agustus
Februari Agustus
TidakBelum Pernah Sekolah
85.374 112.435
81.432 134.040
74.898 BelumTidak Tamat
SD 512.041
523.400 489.152
610.574 389.550
SD 1.452.047
1.421.873 1.347.555 1.374.822 1.229.652
SLTP 1.714.776
1.821.429 1.689.643 1.693.203 1.566.838
SLTA Umum 1.867.755
1.874.799 1.925.660 1.893.509 1.962.786
SLTA Kejuruan 1.067.009
864.649 1.258.201
847.365 1.332.521
Diploma I,II,IIIAkademi
200.028 197.270
185.103 195.258
193.517 Universitas
445.836 425.042
434.185 398.298
495.143 Jumlah
7.344.866 7.240.897 7.410.931 7.147.069 7.244.905
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Data di atas dapat dilihat jumlah angka pengangguran terbuka menurut
pendidikan tertinggi. Data tersebut menunjukkan bahwa hingga Agustus 2014 menunjukkan dari sebanyak 7.244.905 orang pengangguran, lulusan universitas
atau tingkat sarjana menyumbang angka pengangguran sebesar 495.143 atau sekitar 6,83 persen, sementara lulusan diploma IIIIII atau setingkat akademi
menyumbang angka 193.517 orang atau sekitar 2,67 persen. Berdasarkan data tersebut secara jelas memberikan gambaran yang ironis, di mana semakin tinggi
pendidikan seseorang, bukan berarti jaminan untuk memperoleh pekerjaan akan semakin mudah.
Angka lulusan perguruan tinggi yang setiap tahun bertambah jumlahnya, namun lapangan pekerjaan yang tersedia semakin sempit. Pihak instansi dan
swasta tidak dapat diharapkan sepenuhnya, karena jumlah permintaan dan yang ditawarkan dari tenaga kerja sudah tidak berimbang dengan jumlah angka lulusan
serta daftar antrian para pencari kerja. Meningkatnya jumlah pengangguran tersebut disebabkan karena mulai sempitnya lapangan pekerjaan, sehingga
menyebabkan semakin banyaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur karena tingkat persaingan dalam melamar pekerjaan semakin tinggi.
Alma 2011:4 menjelaskan bahwa suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki
wirausahawan sekurang-kurangnya 2 persen dari jumlah penduduknya. Jadi, jika negara kita berpenduduk 200 juta jiwa, maka wirausahawannya harus lebih dari 4
juta pengusaha. Sedangkan Sutomo dalam Indratno, 2012 menjelaskan upaya untuk mengurangi angka pengangguran salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
perlu dikembangkannya semangat entrepreneurship sedini mungkin, karena suatu bangsa akan maju apabila jumlah entrepreneur-nya paling sedikit 2 persen dari
jumlah penduduk. Namun keadaan yang ada menggambarkan bahwa minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Terbukti dari realita di lapangan
yang menunjukkan bahwa jumlah wirausaha di Indonesia tidak lebih dari 1 persen, sehingga dapat diketahui bahwa masih terdapat minat yang kecil pada
masyarakat Indonesia untuk memilih pekerjaan sebagai wirausaha. Sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memilih pekerjaan yang aman dengan risiko yang
kecil seperti menjadi pegawai perkantoran, karyawan atau pun buruh pabrik. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Layanan Konseling
dan Bursa Kerja Pusbang LKBK Unnes pada tahun 2012 dengan subjek yaitu mahasiswa S1 yang lulus pada tahun 2011 sebanyak 1198 responden, diperoleh
data bahwa 36.6 alumni Unnes masih menjadi pengangguran.
Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan meningkatkan aktivitas kewirausahaan, Direktorat Pendidikan Tinggi Dikti telah mengembangkan
berbagai kebijakan dan program untuk mendukung terciptanya lulusan perguruan tinggi yang lebih siap bekerja dan menciptakan lapangan kerja. Beberapa program
yang telah diluncurkan antara lain: Program Kreativitas Mahasiswa PKM, Cooperative Education Coop, Kuliah Kewirausahaan MKU, Kuliah Kerja
Usaha KKU, dan Karya Alternatif Mahasiswa KAM Panduan PMW Unnes, 2014.
Universitas Negeri Semarang sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Jawa Tengah telah membekali para mahasiswa untuk menjadi
wirausaha melalui mata kuliah Kewirausahaan pada beberapa program studi yang ada. Mahasiswa dibekali dengan teori-teori terkait ilmu kewirausahaan dan
praktik kewirausahaan dengan menciptakan produk serta strategi pemasarannya. Dengan aktivitas tersebut, diharapkan para mahasiswa dapat memiliki semangat
jiwa kewirausahaan agar dapat meminimalisir jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Selain dari aktivitas perkuliahan kewirausahaan, Universitas Negeri
Semarang juga telah memberikan fasilitas permodalan mahasiswa yang ingin merintis usaha atau membutuhkan modal melalui Program Mahasiswa Wirausaha
PMW. Program Mahasiswa Wirausaha PMW adalah program prioritas Dikti yang pelaksanaannya didelegasikan kepada perguruan tinggi yang dimaksudkan
untuk menjembatani mahasiswa memasuki dunia bisnis riil melalui fasilitas “start up business
”. Salah satu tujuan program tersebut yaitu untuk memberikan kemudahan
bagi para
mahasiswa untuk
mengembangkan semangat
entrepreneursip yang dimiliki. Selain Program Mahasiswa Wirausaha PMW, Universitas Negeri Semarang juga memfasilitasi mahasiswa untuk menggali
kreativitasnya di bidang kewirausahaan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang
Kewirausahaan PKM-K.
PKM-K bertujuan
untuk menumbuhkembangkan semangat jiwa wirausaha bagi mahasiswa, serta sebagai
wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan kreativitas terhadap bidang wirausaha melalui hibah dari Direktorat Pendidikan Tinggi Dikti, jika usulannya lolos
Pedoman PMW Unnes, 2014. Berdasarkan teori ekspektasi harapan yang dikembangkan oleh Lewin
dan dilanjutkan oleh teori motivasi Vroom. Teori tersebut mendasarkan pemikirannya pada dua asumsi, yaitu 1 Manusia biasanya meletakkan nilai
kepada sesuatu yang diharapkan dari hasil karyanya, oleh karena itu ia mempunyai urutan kesenangan preference diantara sekian banyak hasil yang ia
harapkan. Artinya ada sesuatu yang dia harapkan, 2 Selain mempertimbangkan hasil yang dicapai, juga mempertimbangkan keyakinan orang tersebut bahwa yang
dikerjakannya itu akan memberikan sumbangan terhadap tercapainya tujuan yang diharapkan Alma, 2011:93. Merujuk pada teori tersebut, pada dasarnya
mahasiswa perlu merealisasikan ide ataupun konsep bisnis yang dimilikinya melalui program wirausaha yang sudah difasilitasi oleh pihak universitas.
Program Mahasiswa Wirausaha dan Program Kreativitas Mahasiswa- Kewirausahaan dapat menjadi alternatif yang dipilih mahasiswa untuk
merealisasikan ide atau konsep wirausaha yang dimilikinya dalam bentuk aktivitas wirausaha.
Yaumi 2011 menjelaskan bahwa teori aktivitas adalah seperangkat prinsip dasar yang merupakan sistem konsepual umum dan bukan suatu teori yang
bersifat prediktif. Dalam teori aktivitas unit analisisnya adalah kegiatan yang diarahkan pada objek yang memotivasi aktivitas dan memberikan arah yang
spesifik. Kegiatan terdiri atas tindakan berdasarkan tujuan yang harus dilakukan untuk memenuhi objek. Alma 2011:24 menjelaskan bahwa wirausaha adalah
orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa aktivitas wirausaha merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan oleh seseorang maupun beberapa orang yang memiliki berbagai tujuan serta berupaya
untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukannya dengan memanfaatkan peluang yang ada. Aktivitas wirausaha dalam hal ini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan terkait kewirausahaan dan keterampilan kewirausahaan bagi mahasiswa Universitas Negeri Semarang.
Beberapa pencapaian yang diharapkan terkait aktivitas berwirausaha berdasarkan Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha PMW Universitas Negeri
Semarang Tahun 2014 yaitu 1 meningkatnya pengetahuan kewirausahaan, 2
meningkatnya keterampilan berwirausaha, 3 terbentuknya jejaring bisnis, 4 kemampuan mengelola bisnis, 5 adanya perkembangan bisnis, 6 meningkatnya
jangkauan pasar, 7 terkendalinya kelancaran cash flow, 8 meningkatnya jumlah dan kualitas tenaga kerja, 9 meningkatnya jumlah omzet dan aset, 10
meningkatnya jumlah dan variasi inventory. Untuk mencapai beberapa harapan di atas, Universitas Negeri Semarang berupaya memberikan peran sertanya secara
langsung kepada mahasiswanya. Baik berupa kegiatan dalam bentuk formal maupun nonformal dalam suatu wadah yang semata-mata bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dibidang kewirausahaan. Berikut ini merupakan hasil pencapaian dari peran serta Universitas Negeri
Semarang dalam memfasilitasi mahasiswanya terkait aktivitas berwirausaha mahasiswa:
Tabel 1.2 Peran Universitas dalam Aktivitas Berwirausaha
Komponen Sangat
Baik Baik
Cukup Tidak
Tidak Sama
Sekali 1. Pembentukkan Karakter
Wirausaha 15
19.5 33.7
16.8 13.4
2. Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan
15.1 18.1
36.4 17.3
13.2 3. Pendampingan Usaha
10.1 12.7
31 21.4
24.8 Sumber: Pusat Pengembangan LKBK Unnes, 2015
Data di atas dapat dilihat bahwa peran universitas sebagai institusi pendidikan yang memfasilitasi para mahasiswa dalam hal kewirausahaan dinilai
sudah cukup oleh para alumni dengan persentase masing-masing sebesar 33.7, 36.4, dan 31. Universitas sebagai lembaga pendidikan formal telah berupaya
untuk memberikan peran yang maksimal dalam hal memfasilitasi aktivitas berwirausaha kepada para mahasiswa. Pada saat aktif sebagai mahasiswa dan
menajalankan usahanya, diketahui bahwa usaha yang dijalankannya tersebut berasal dari beberapa program yang diadakan oleh lembaga tertentu, yaitu 2.4
berasal dari program PKM-K, 1.1 berasal dari program PMW, 1.1 berasal dari program Co-OP, 6.3 dari Program Wirausaha Muda Mandiri, dan 15 lainnya
berasal dari program lain yang diadakan baik dari kampus maupun lembaga
lainnya. Namun diketahui pula bahwa hanya terdapat 9.3 alumni yang menyatakan bahwa usaha yang dijalankannya saat ini merupakan kelanjutan usaha
dari masa kuliah dulu. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan yang terjadi
di lapangan. Pihak-pihak terkait seperti Direktorat Pendidikan Tinggi Dikti maupun Unnes telah memfasilitasi para mahasiswanya untuk meningkatkan
pengetahuan maupun keterampilannya dibidang kewirausahaan sebagai bekal bagi dirinya maupun usaha yang dijalankannya dengan hasil pencapaian yang
dikategorikan “cukup” seperti disajikan pada tabel di atas, namun dari hasil survei terkait aktivitas berwirausaha tersebut diketahui bahwa hasil tersebut belum
mencapai hasil yang maksimal dengan kecilnya persentase yang dihasilkan atas keberlangsungan dan kelanjutan usaha yang dijalankannya tersebut. Hal tersebut
juga didukung dengan banyaknya temuan di lapangan yang menggambarkan aktivitas berwirausaha mahasiswa yang terhenti setelah berakhirnya kegiatan
monitoring dan evaluasi monev yang dilaksanakan oleh pihak Direktorat Pendidikan Tinggi yang disebabkan oleh lemahnya komitmen mahasiswa dalam
menjalankan program wirausaha yang dijalankannya. Aktivitas berwirausaha tersebut sebagian besar hanya dijalankan sampai dengan kegiatan monitoring dan
evaluasi monev berakhir. Keberhasilan dari suatu aktivitas usaha pada dasarnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Alma 2011:52 menyebutkan bahwa terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha untuk menunjang karir sebagai
wirausahawan tersebut, diantaranya yaitu percaya diri, berorientasi pada tugas dan
hasil, pengambilan risiko, kepemimpinan, keorisinilan, berorientasi ke masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan kepribadian setiap individu sebagai faktor
internal yang menyangkut beberapa sifat di atas. Kepribadian merupakan sifat dasar yang dimiliki seseorang yang
membedakannya dengan orang lain. Sjarkawi 2008:11 menjelaskan kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Wirausahawan yang berhasil pada dasarnya harus memiliki kepribadian unggul, sehingga
memiliki kreativitas tinggi serta keberanian yang besar dalam mengambil risiko. Riyanti 2003:51 menyebutkan bahwa kreativitas seseorang dibentuk oleh sifat,
kepribadian, pelatihan dan pengalaman. Alma 2011:12 juga menyebutkan bahwa hal yang paling mendorong seseorang untuk memasuki karir wirausaha adalah
adanya 1 personal attributes dan 2 personal environment. Selanjutnya Alma 2011:78 menambahkan bahwa dengan kepribadian yang dimiliki seseorang
dapat memikat orang lain untuk simpati padanya, tertarik dengan pembicaraan dan terkesima olehnya. Wirausahawan yang memiliki kepribadian seperti itulah
yang seringkali berhasil dalam menjalankan usahanya. Selain kepribadian yang disampaikan oleh Alma tersebut, Basrowi
2011:20 juga mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Pendidikan merupakan tindakan yang
dilakukan guna meningkatkan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam aktivitas berwirausaha. Staw dalam Riyanti, 2003 menjelaskan bahwa
pendidikan berperan penting karena memberi bekal pengetahuan yang
dibutuhkan, lebih-lebih ketika wirausaha menemui masalah di tengah jalan. Didukung oleh penelitian yang dilakukan Mopangga 2014 menjelaskan untuk
mengatasi permasalahan terkait aktivitas wirausaha yaitu dengan memperbanyak frekuensi praktik kewirausahaan, melaksanakan pembelajaran kontekstual secara
periodik, menyediakan dan melengkapi fasilitas di kampus. Selain dua faktor tersebut, lingkungan keluarga dianggap sebagai faktor
yang seyogyanya dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Pada dasarnya keluarga merupakan tempat pendidikan pertama yang diterima oleh anak. Yusuf
2009:37 mengatakan bahwa perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang
diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Alma 2011:8 juga
menjelaskan bahwa seringkali terlihat bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja sendiri, dan memiliki usaha sendiri cenderung anaknya akan menjadi
pengusaha pula. Orang tua yang berlaku demikian cenderung mendukung serta mendorong keberanian anaknya untuk berdiri sendiri.
Almeida, dkk. 2013 terkait hubungan antara minat kejuruan dan perbedaan individu dalam berwirausaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara beberapa tipe kepribadian yang sebelumnya dikemukakan oleh Holland dengan aktivitas kewirausahaan. Selain itu aktivitas
wirausaha juga dipengaruhi oleh sifat dan kemampuan seorang wirausaha. Hartati 2014 terkait model pembelajaran kewirausahaan dalam
menumbuhkan jiwa wirausaha baru yang dilakukan di Pusat Inkubator Bisnis,
Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran yang efektif dan efisien harus disesuaikan dengan kebutuhan bisnis pengusaha
termasuk instruktur, bahan, teknik dan alat-alat yang digunakan. Ini akan mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran dalam mengembangkan atau
mengembangkan bisnis kewirausahaan. Sehubungan dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti
tertarik untuk
melakukan penelitian
yang berjudul
“PENGARUH KEPRIBADIAN,
PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN,
DAN LINGKUNGAN
KELUARGA TERHADAP
AKTIVITAS BERWIRAUSAHA
MAHASISWA UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
”.
1.2. Perumusan Masalah