seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial dan
budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Puskur Balitbang Kemdiknas, 2010: 7-9
c. Tahap-tahap Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dapat diklasifikasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1 Adab 5-6 tahun
Pada fase ini, hingga berusia 5-6 tahun anak dididik budi pekerti, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter sebagai berikut:
a jujur, tidak berbohong,
b mengenal mana yang benar dan mana yang salah,
c mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, dan
d mengenal mana yang diperintah yang dibolehkan dan mana yang
dilarang yang tidak boleh dilakukan. Pendidikan kejujuran merupakan nilai karakter yang harus
ditanamkan pada anak sedini mungkin karena nilai kejujuran merupakan nilai kunci dalam kehidupan. Pada fase ini juga harus dididik mengenai
karakter yang baik dan buruk. 2
Tanggung jawab diri 7-8 tahun Pada usia ini anak juga mulai dididik untuk tertib, bertanggung
jawab dan disiplin. Hal-hal yang terkait dengan kebutuhan sendiri sudah harus mulai dilaksanakan pada usia ini. Misalnya, perintah agar anak usia
7 tahun mulai menjalankan shalat menunjukkan bahwa anak mulai dididik untuk bertanggung jawab, terutama dididik bertanggung jawab pada diri
sendiri. Anak mulai diminta untuk membina dirinya sendiri, anak mulai dididik untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban dirinya sendiri.
3 Caring-Peduli 9-10 tahun
Setelah anak dididik tentang tanggung jawab diri, maka selanjutnya anak dididik untuk mulai peduli pada orang lain, terutama
teman-teman sebaya yang setiap hari ia bergaul bersama. Menghargai orang lain, menghormati hak-hak orang lain, bekerja sama diantara teman-
temannya, membantu dan menolong orang lain, dan lain-lain merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa ini.
Di sisi lain, sebagai dampak dari kegiatan bekerja sama dan kebersamaan ini juga berdampak pada sebuah pendidikan akan pentingnya
tanggung jawab pada orang lain, sehingga nilai-nilai kepemimpinan mulai tumbuh pada usia ini. Oleh karena itu, pada usia ini tampaknya tepat jika
anak dilibatkan dengan nilai-nilai kepedulian dan tanggung jawab pada orang lain, yaitu mengenai aspek kepemimpinan.
4 Kemandirian 11-12 tahun
Berbagai pengalaman yang telah dilalui pada usia-usia sebelumnya makin mematangkan karakter anak sehingga akan membawa
anak kepada kemandirian. Kemandirian ini ditandai dengan kesiapan dalam menerima resiko sebagai konsekuensi tidak mentaati aturan.
Pada fase kemandirian ini berarti anak telah mampu menerapkan terhadap hal-hal yang menjadi perintah atau yang diperintahkan dan hal-
hal yang menjadi larangan atau yang dilarang, serta sekaligus memahami konsekuensi resiko jika melanggar aturan, diharapkan anak telah mampu
mengenal mana yang benar dan mana yang salah seklaigus membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
5 Bermasyarakat 13 tahun
Tahap ini merupakan tahap di mana anak dipandang telah siap memasuki kondisi kehidupan di masyarakat. Anak diharapkan telah siap
bergaul di masyarakat dengan berbekal pengalaman yang dilalui sebelumnya. Setidak-tidaknya ada dua nilai penting yang harus dimiliki
anak walaupun masih bersifat awal atau belum sempurna, yaitu: a
integritas, dan b
kemampuan beradaptasi Jika tahap-tahap pendidikan karakter ini dapat dilakukan dengan
baik maka pada tingkat usia berikutnya tinggal menyempurnakan dan mengembangkannya.
6 Lingkungan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berkaitan dengan Rangkaian Sosialisasi Perkembangan Developmental Socialization Continuum. Konsep ini
mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan usia, lingkungan yang dominan, dan kecenderungan perilaku interaksinya dengan lingkungan.
Wolfgang dan
Glickman, dalam
Hidayatullah 2010:
37 mengemukakan model intervensi Model yang berpusat pada Moral Moral
Centeredness and Intervention Models sebagai berikut: a
Model Interventionist. Model ini menekankan pada kapasitas rasional anak yang mungkin sangat efektif untuk anak-anak kecil periode pra-
rasional yang memiliki kemampuan bahasa dan kognitif terbatas. Sifat egonya sangat menonjol dan sangat senang dipuji.
b Model Interactionalist. Model ini menekankan pada kerja sama dengan
teman sebaya dan negosiasi yang mungkin secara ideal sesuai untuk anak- anak pada masa kanak-kanak menengah sekitar 7-8 tahun. Pada masa ini
interaksi antar teman sebaya sangat efektif. c
Model Non-Interventionist.Pada tahap ini pemikiran anak sampai pada tingkat rasional dan mandiri. Anak telah siap berinteraksi dengan
masyarakat Hidayatullah, 2010: 32-37.
d. Kedudukan dan Pentingnya Karakter