Wolfgang dan
Glickman, dalam
Hidayatullah 2010:
37 mengemukakan model intervensi Model yang berpusat pada Moral Moral
Centeredness and Intervention Models sebagai berikut: a
Model Interventionist. Model ini menekankan pada kapasitas rasional anak yang mungkin sangat efektif untuk anak-anak kecil periode pra-
rasional yang memiliki kemampuan bahasa dan kognitif terbatas. Sifat egonya sangat menonjol dan sangat senang dipuji.
b Model Interactionalist. Model ini menekankan pada kerja sama dengan
teman sebaya dan negosiasi yang mungkin secara ideal sesuai untuk anak- anak pada masa kanak-kanak menengah sekitar 7-8 tahun. Pada masa ini
interaksi antar teman sebaya sangat efektif. c
Model Non-Interventionist.Pada tahap ini pemikiran anak sampai pada tingkat rasional dan mandiri. Anak telah siap berinteraksi dengan
masyarakat Hidayatullah, 2010: 32-37.
d. Kedudukan dan Pentingnya Karakter
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Sisdiknas Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Hidayatullah, 2010: 17.
Slamet Imam Santoso, dalam Hidayatullah 2010: 18 mengemukakan bahwa tujuan tiap pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang
kukuh-kuat dalam jiwa pelajar, supaya mereka kelak dapat bertahan dalam masyarakat. Selain itu, pendidikan juga bertugas mengembangkan potensi
individu semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas
kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri. Dengan demikian, pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan.
Dalam kehidupan manusia kejujuran adalah merupakan sesuatu yang sangat penting dalam membentuk karakter manusia. Mengingat pentingnya
karakter dalam membangun sumber daya manusia SDM yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan
bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua
aspek kehidupan termasuk di lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan atau pendidikan karakter di integrasikan ke seluruh aspek kehidupan sekolah
Hidayatullah, 2010: 3. Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat
yang strategis untuk membentuk karakter siswa. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik dalam segala ucapan, siikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat Hidayatullah, 2010: 23.
e. Strategi Pembentukan Karakter