Ruang Lingkup Persamaan Beda Definisi 1 Persamaan Beda

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

M odel matematik telah banyak digunakan pada bidang fisika dan biologi, terutama dalam masalah dinamik. Pemodelan fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan nyata secara matematis dapat mempermudah para peneliti untuk menjelajahi efek dari perubahan–perubahan berbagai parameter yang berpengaruh dengan lebih mudah, cepat dan murah dibandingkan bila hany a bereksperimen, selain tidak murah dan memakan waktu yang cukup lama, kadang hasil yang didapat kan tidak fisibel. Sebagian besar model matematik yang menggambarkan fenomena–fenomena alam dinyatakan dalam model kontinu. Namun, sebagian besar dari fenomena tersebut hanya berubah pada waktu–waktu tertentu dan tidak setiap saat, sehingga penggambaran secara kontinu terasa kurang tepat. Oleh karena itu diperlukan sebuah model diskret untuk mengimplementasikan fenomena–fenomena alam yang hanya berubah pada waktu–waktu tertentu, seperti proses kelahiran atau kematian, penyebaran atau penyembuhan penyakit, dan sebagainya. Meskipun begitu, terdapat beberapa model matematik yang telah menggambarkan fenomena alam secara diskret. Namun, untuk memperoleh model diskret dari sebuah model matematik yang menggambarkan fenomena alam secara kontinu dilakukan dengan mentransformasi model kontinu menjadi model diskret. Bagaimanapun juga, pembentuka n sec ara eksplisit pada model matematik dibuat dengan analisis yang detail secara matematis melalui proses-proses yang lebih mudah dimengerti. M odel kontinu telah banyak digunakan dalam pemodelan, namun dalam kehidupan nyata sebagian kasus lebih berupa sistem diskret, sehingga akan lebih tepat bila menggunakan model diskret untuk menggambarkan sebagian fenomena–fenomena alam dalam kehidupan nyata. Dalam tulisan ini diperlihat kan cara memperoleh proses transformasi untuk mendapatkan model diskret yang memadai bagi sebuah sistem kontinu .

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mempelajari proses transformasi sebuah model kontinu dinamik menjadi sebuah model diskret.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan karya ilmiah ini mencakup: 1 melakukan proses transformasi fungsi kontinu menjadi fungsi diskret pada fungsi eksponensial dan fungsi logistik; 2 merekonstruksi jurnal Modelling AIDS Epidemic and Treatment with Difference Equations oleh Tamizhmani et al, 2004. II LANDASAN TEORI

2.1 Persamaan Beda Definisi 1 Persamaan Beda

Persamaan beda adalah suatu persamaan yang menghubungkan anggota–anggota yang berbeda dari barisan bilangan { } 1 2 , , ,..., ,... n y y y y yang akan dicari dan ditentukan nilainya. [Farlow, 1994] Definisi 2 O rde Persamaan Beda Orde persamaan beda adalah perbedaan antara indeks tertinggi dengan indeks terendah yang muncul pada persamaan yang diberikan. Misal kan diberikan persamaan seperti di bawah ini: 1 2 , , ,..., k n k n k n k y F k y y y + + - + - = Persamaan di atas adalah sebu ah persamaan beda berorde n jika k y yang muncul dalam fungsi F di sisi kanan adalah y dengan indeks ter endah di sisi kanan dan indeks tertinggi di sisi kanan adalah n – 1. Contoh 1: 1 2 n n y y + = + , persamaan beda orde 1. 2 1 n n n y y y + + = + , persamaan beda orde 2. dengan n = 0, 1, 2, 3, ... [Farlow, 1994] Definisi 3 Persamaan Beda Linear Sebuah persamaan beda dikatakan linear bila persamaan tersebut dapat diuraikan menjadi 1 2 1 2 1 1 ... k n k n k n n n k k k y a k y a k y a k y a k y R + + - + - - - + + + + + = dengan , 1 , 2 , 3 , . . . , i a k i n = dan k R merupakan fungsi terhadap k. Contoh 2: 1 1 2 n n y y + = + 2 2 1 sin 3 n n n n y y y p + + = + + dengan n = 0, 1, 2, 3, ... [Farlow, 1994] Definisi 4 Solusi Persamaan Beda Solusi persamaan beda adalah fungsi yang merupakan barisan bilangan dari variabel bersangkutan, misalkan n x atau n y , yang memenuhi persamaan beda yang diberikan untuk setiap n, dengan n = 0, 1, 2, ... [Farlow, 1994] Definisi 5 Sistem Persamaan Beda Linear SPBL Misalkan sebuah persamaan beda linear orde satu dinyatakan sebagai berikut: 1 .........1 n n n y x y + + = Misalkan terdapat fungsi n g di luar persamaan 1 tetapi sangat mempengaruhi persamaan 1, dengan n g merupakan sebuah persamaan beda linear, misalkan: 1 n n x a x + + = , dengan a adalah konstanta. Hubungan kedua persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: 1 1 , 0 ........2 n n n n n y x y x a x + + + = + = dengan n = 0, 1, 2, .... Persamaan 2 disebut Sistem P ersamaan Beda Linear SPBL. [Farlow, 1994] Definisi 6 Solusi Sistem Persamaan Beda Linear Solusi s istem p ersamaan beda linear adalah fungsi yang merupakan barisan bilangan dari setiap variabel bersangkutan, misalkan n x dan n y , yang memenuhi sistem persamaan beda linear yang diberikan untuk setiap n, dengan n = 0, 1, 2, ... [Farlow, 1994] Definisi 7 Titik Tetap Misal kan diberikan sistem persamaan beda sebagai berikut: 1 2 , ,..., k n k n k n k y f y y y + + - + - = dengan n y merupakan sebuah nilai anggota barisan bilangan dari persamaan di atas, dengan n = 0, 1, 2, ... Titik tetap y diperoleh dari nilai yang memenuhi hubungan berikut: 1 1 ... n n n y y y y + - = = = = [Kaplan, 1995] 2.2 Analisis Kestabilan Titik Tetap pada Orde Tiga atau Lebih pada Persamaan Beda Diberikan sistem persamaan beda sebagai berikut: 1 1 1 2 1 , ,..., , ,..., , ,..., ... n n n n n n n n n n n n n x z f x y z y f x y z f x y z + + + = = = Dapat diperoleh matriks Jacobi sebagai berikut: 1 1 1 2 2 2 n n n f f f x y z f f f x y z f f f x y z J ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ é ù ê ú ê ú ê ú ê ú ê ú ê ú = ê ú ê ú ê ú ê ú ê ú ê ú ê ú ë û L L M M O M L sehingga diperoleh persamaan polinomial nilai eigen l dari persamaan karakterist ik J I l - = , yaitu: 1 1 1 ... n n n n P a a a l l l l - - = + + + + Agar titik tetap stabil, dip enuhi: 1. 1 2 1 1 1 ... n n P a a a a - = + + + + + 2. 1 1 1 1 1 1 1 [ n n n n P a - - - - - = - + 1 1 ... ] n n a a - - + + + [Kaplan, 1995] 2.3 Metode Rekursif untuk Mencari Solusi Persamaan Beda Misalkan diketahui sebuah persamaan beda berorde 1 sebagai berikut: 1 n n k y y + + + = , dengan k merupakan konstanta. Untuk mendapatkan nilai 1 n y + maka harus diketahui nilai dari n y . Misalkan diketahui persamaan beda orde 2 sebagai berikut: 2 1 n n n k y y y + + + + + = Untuk mendapatkan nilai 2 n y + maka harus diketahui nilai dari 1 n y + dan n y . Misalkan diketahui persamaan beda orde 3 sebagai berikut: 3 2 1 n n n n k y y y y + + + + + + + = Untuk mendapatkan nilai 3 n y + maka harus diketahui nilai dari 2 n y + , 1 n y + dan n y . Misalkan diketahui persamaan beda orde m , sebagai berikut: 1 1 ... n m n m n n k y y y y + + - + + + + + + = Untuk mendapatkan nilai n m y + maka harus diketahui nilai dari 1 n m y + - , 2 n m y + - , ..., 1 n y + dan n y . D apat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan nilai dari n y harus diketahui n nilai y sebelumnya, yaitu dari nilai y hingga nilai 1 n y - , dengan n = 1, 2, 3, ... Proses di atas disebut metode rekursif untuk memperoleh solusi persamaan beda. [Farlow, 1994] 2.4 Model Kermack – McKendrick Model Kermack-McKendrick terdiri atas sebuah sistem dari 3 persamaan diferensial biasa taklinear, sebagai berikut: dS SI dt β = − dI SI I dt β γ = − dR I dt γ = dengan t adalah waktu, S t adalah bany aknya orang sehat yang rentan, I t adalah banyaknya orang yang terinfeksi, R t adalah banyaknya orang yang telah sembuh dan berkembang menjadi imun terhadap infeksi, β adalah tingkat infeksi, dan γ adalah tingkat penyembuhan. [Weisstein EW dan Weissten T, 2004] III PEMBAHASAN

3.1 Diskretisasi Fungsi Eksponensial