Model kontinu wabah penyakit

khusus yang tidak terjadi pada fungsi logistik kontinu. Secara umum perkembangan x n pada fungsi logistik diskret dapat dikelompokkan dalam beberapa kasus berdasarkan batas r, sebagai berikut: 1. r = 0, perkembangan x n akan selalu berada pada x untuk s et iap n. Lihat Gambar 2 pada r = 0. 2. 0 r 1.2, perkembangan x n akan terus meningkat hingga mendekati K, lihat Gambar 2 pada r = 0.7. 3. 1.2 = r 2.1, perkembangan x n akan berosilasi dan konvergen mendekati nilai K seiring berjalannya waktu n , lihat Gambar 2 pada r = 1.8 dan r = 2. 4. 2.1 = r 2.4, perkembangan x n akan berubah berpola periodik. x n berada disekitar K pada n genap dan x n berada disekitar 0 pada n ganjil dan terus berkembang dengan pola yang sama. Lihat G ambar 2 pada r = 2.3. 5. 2.4 = r = 2.6, perkembangan x n akan berubah berpola periodik pada nilai x n tertentu saat n tertentu yang disebut dengan pola periodik stabil periode 2. Lihat G ambar 2 pada r = 2.5. 6. 2.6 r = 2.85, perkembangan x n akan berubah berpola periodik pada nilai x n tertentu saat n tertentu yang disebut dengan pola periodik stabil periode 4. Lihat G ambar 2 pada r = 2.74. 7. 2.85 r = 3, perkembangan x n akan berubah berpola acak yang disebut dengan chaos. Kasus ini merupakan kasus unik pada fungsi logistik diskret. Lihat Gambar 2 pada r = 3. 8. r 3, perkembangan x n akan berkembang terus menurun dan divergen menuju -8 . Lihat G ambar 2 pada r = 3.5. Dapat disimpulakan bahwa, fungsi logistik diskret memiliki semua kasus dalam fungsi logistik kontinu, namun terdapat beberapa kasus pada fungsi logistik diskret yang tidak terdapat pada fungsi logistik kontinu. 3.3 Diskretisasi Sistem Persamaan Diferensial

3.3.1 Model kontinu wabah penyakit

AIDS : Model SIA Titik pangkal model in i adalah model SIR, yang diperkenalkan pa da t ahun 1927 oleh Kermack dan McKendrick Weisstein EW dan Weissten T , 2004 . Pada model tersebut, populasi N dikelompokkan menjadi 3 bagi an, yaitu populasi individu rentan terserang infeksi S, populasi individu terinfeksi dan dapat menginfeksi individu lain I, dan pop ulasi individu yang telah pulih dari infeksi atau meninggal R. Namun, berdasarkan model di atas, yang digunakan pada model kali ini adalah model SIA yang juga membagi populasi N menjadi 3 bagian, yaitu: Pertama, populasi individu sehat tapi rentan terserang infeksi, S. Kedua, populasi indiv idu positif terinfeksi HIV, masih berinteraksi dengan individu populasi pertama dan dapat menginfeksi individu populasi tersebut, I. Ketiga, populasi individu terinfeksi HIV namun tidak dapat menginfeksi individu lainnya termasuk individu yang telah meninggal A, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Peningkatan jumlah individu dalam populasi terinfeksi I dan meninggal A bergantung pada kuantitas interaksi populasi terinfeksi dengan individu populasi rentan, sehingga dibutuhkan pembatas antara populasi yang satu dengan yang lainnya. Untuk mendapatkan pembatas populasi yang lebih baik, dipengaruhi beberapa asumsi yang tepat, guna membangun model yang lebih baik dan seseder hana mungkin. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah: 1. Jumlah awal populasi individu rentan adalah tetap dan akan terus menurun dengan bertambahnya waktu. 2. Efek kematian alami ketiga populasi tersebut dapat diabaikan. Hubungan ketiga populasi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : , , .. 3.1 dS dI dA SI SI I I A dt dt dt m m l = - = - = - dengan: m= tingkat kematian individu penderita AIDS l = tingkat kesembuh an individu penderita AIDS ยต S I A Gambar 3 Model penyebaran AIDS. ? interaksi dengan l m disebabkan karena evolusi terhadap kematian lebih cepat daripada daya tahan leukosit seropositivity dalam menghadapi virus HIV. Tamizhmani et al, 2004 Model kontinu yang diberikan pada persamaan 3.1 dapat dinyatakan juga sebagai berikut : S I I m + = - ......3.2 S I A A l + + = - ......3.3 lihat Lampiran 4

3.3.2 Diskretisasi Model Kontinu