Profil Kesehatan Tahun 2015 Bab IV-35
A. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan kesehatan dasar merupakan hal yang paling pokok dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemberian
pelayanan kesehatan dasar harus dilakukan secara cepat dan tepat serta menyeluruh untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan yang
ada. Berikut ini diuraikan beberapa indikator yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar.
Kesehatan Ibu dan anak merupakan salah satu isu penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan menjadi focusing program
pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat. Indikator untuk menilai kinerja program ini adalah dengan melihat K1 kontak pertama ibu
hamil pada trimester I dengan petugas kesehatan, K4 kontak ke 4 ibu hamil yang dilakukan pada trimester ke 3 dengan petugas kesehatan,
Linakes persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan, KN kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 0 – 28 hari, Kunjungan Bayi
kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 29 hari s.d 1 tahun, Kunjungan Balita dan lain sebagainya. Kesehatan ibu dan anak pada tahun
2015
menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan disebabkan adanya penyeragaman pemahaman tentang definisi operasional
kunjungan balita itu sendiri. Penurunan disini bisa disebabkan oleh beberapa hal salah satunya pencatatan oleh petugas yang belum optimal,
namun pada Tahun 2014 semua indicator mengalami peningkatan. Berikut gambaran cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak khusus untuk
pelayanan ibu hamil.
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
Profil Kesehatan Tahun 2015 Bab IV-36
Grafik 9. Capaian Cakupan Program KIA ibu Tahun 2012 s.d 2015 di Kab.Lombok Barat
Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2015
Grafik 10. Capaian Cakupan Program KIA anak Tahun 2012 s.d 2015 di Kab.Lombok Barat
Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2015
Profil Kesehatan Tahun 2015 Bab IV-37
Cakupan K1 dan K4 adalah indikator kunci pelayanan kesehatan ibu hamil. Kunjungan ini sangat penting untuk memantau kesehatan ibu hamil
dan pertumbuhan janin. Pengertian K1 kehamilan adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama
kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Standar pelayanan K1 yang tepat adalah pemeriksaan ibu hamil pada usia
kehamilan trimester pertama dengan menerapkan prinsip 10 T standar pemeriksaan ANC. Namun pada pelaksanaannya cakupan K1 masih
menggunakan konsep PWS, dimana semua ibu hamil terdata, mempunyai buku KIA atau KMS ibu hamil dan dilakukan pemeriksaan sesuai standar
untuk pertama kalinya tanpa melihat usia kehamilan, kemudian dicatat ini yang disebut dengan istilah K1 akses. Cakupan K1 akses Tahun 2015 di
Kabupaten Lombok Barat sudah mencapai target yaitu sebesar 98,61 .
Dalam masa kehamilannya seorang ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan sebanyak minimal 4 kali. Indikator
kunjungan pemeriksaan kesehatan ibu hamil adalah cakupan K1 dan K4. Biasanya pada kunjungan pertama cakupannya cukup tinggi, kemudian
drop out akan terjadi pada kunjungan berikutnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain keterlambatan penjaringan ibu hamil pada
trimester pertama TM 1, terjadinya kasus abortus dan persalinan belum cukup bulan prematur. Ibu hamil yang K1 nya terjaring setelah TM 1
disebabkan oleh beberapa hal antara lain kondisi masalah wilayah serta transportasi di daerah. Untuk meningkatan akses pelayanan ANC dan
mengurangi Droup Out telah dilakukan berbagai upaya terobosan dalam bentuk program-progam yang melibatkan lintas program dan lintas sektoral,
diantaranya penjaringan ibu hamil baru bekerjasama dengan kader dan petugas P3NTR di desa dilakukan dengan cara pemeriksaan tes kehamilan
pada PUS pengantin baru. Selain itu pendataan PUS bekerjasama dengan PLKB dilakukan secara periodik untuk memantau kasus-kasus Do peserta
KB yang berencana untuk hamil. Sehingga dari data yang diperoleh pada Tahun 2015 ini, cakupan K4 sebesar 93,92 sudah melebihi target yang
ditentukan sebesar 90.
Profil Kesehatan Tahun 2015 Bab IV-38
Sementara cakupan K-4 mencapai 93,40 dari taget 90 pada Tahun 2015 sehingga kedua cakupan tersebut dikatakan telah mencapai target
secara nasional, kabupaten maupun propinsi.
Untuk jumlah ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan bidan, dokter, dokter specialis tahun ini meningkat dari tahun 2014 90,42
. menjadi 94,43, sedikit lebih tinggi dibanding K4. Ini disebabkan adanya perbaikan data pencatatan pada Bulan September, dimana ada data
yang belum dilaporkan oleh puskesmas termasuk luar wilayah dan swasta, sehingga divalidasi pada Bulan September.
Kelas ibu dan kelompok peduli kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengertian dan pemahaman ibu hamil
serta keluarganya terhadap kehamilan, persalinan dan pengetahuan kesehatan lainnya,sehingga diharapkan ibu hamil tersebut akan bersalin itu
fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.
Kedua kegiatan tersebut merupakan wadah yang efektif digunakan untuk memberikan peningkatan pengetahuan baik bagi ibu hamil, suami
dan juga orang tua. Diketahui bahwa pengambil keputusan di tingkat keluarga di masyarakat Kabupaten Lombok Barat adalah orang tua si ibu
hamil atau mertua, sehingga perlu dilakukan pula pendekatan kepada keduanya. Kegiatan kemitraan dengan dukun yang telah dirintis
sebelumnya juga memberikan andil yang cukup besar dalam mengurangi persalinan di dukun.
Kasus-kasus komplikasi Maternal yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas masih cukup tinggi di wilayah Kabupaten Lombok
Barat. Kasus perdarahan pada kehamilan muda yang mengancam keguguran masih mendominasi penyebab tingginya kasus komplikasi
maternal. Penjaringan kasus komplikasi pada ibu hamil sudah sangat maksimal dilakukan dengan melibatkan peran multisektor, KIE tentang
tanda bahaya pada ibu hamil kepada masyarakat terus dioptimalkan, sehingga kasus-kasus komplikasi maternal cepat ditemukan dan dirujuk ke
tenaga kesehatan. Pada tahun 2015 cakupan komplikasi maternal sudah mencapai 121 melebihi target yang ditetapkan sebesar 80. Penanganan
Profil Kesehatan Tahun 2015 Bab IV-39
yang adekuat harus dilakukan mengingat kondisi ibu hamil yang beresiko tinggi ini berpotensi menyumbang kasus kematian maternal. Selain itu,
upaya-upaya preventif seperti kelas ibu, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada semua sasaran ibu hamil dan keluarganya.
Persentase Peserta KB Baru di Kabupaten Lombok Barat jika dilihat dari Pasangan Usia Subur yang di perkirakan yaitu 146.904 pada tahun
2015 ini, baru mencapai 12. Meskipun demikian capaian berdasarkan target sasaran KB Baru mencapai 100. Sedangkan cakupan peserta KB
aktif menurun dari tahun kemarin 76,7 saat ini 75 2015. Jika dilihat dari wilayah puskesmas, paling tinggi cakupan KB aktif adalah Puskesmas
Kediri 88 padahal jika dibandingkan dengan jumlah PUS pasangan Usia Subur paling tinggi terdapat di Puskesmas Jembatan Kembar
sebanyak 13.498. Sedangkan yang paling rendah adalah Puskesmas Pelangan 59,91. Kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah KB
Suntik 67,8 dan cakupan penggunaan alkon terendah yang terlaporkan adalah MOP 0,02.
Upaya Penyuluhan Kesehatan yang dilakukan pada Tahun 2015 khususnya untuk penyuluhan kelompok jauh meningkat dibandingkan
Tahun 2014, karena data yang dikumpulkan berdasarkan data penyuluhan yang dilakukan oleh semua petugas, bukan hanya dilakukan oleh petugas
promkes, dan pendanaan juga lebih banyak dari BOK. Pengertian Penyuluhan Kesehatan adalah kegiatan intervensi sosial melalui proses
belajar bersama yang partispatif dengan melibatkan penggunaan komunikasi informasi pada perseorangan atau kelompok untuk membantu
masyarakat sadar, mengerti, dan bisa melakukan perubahan perilaku dalam bidang kesehatan. Karena itu, klasifikasi penyuluhan kelompok seperti
kelas ibu dan kelas gizi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, termasuk dalam data penyuluhan ini. Pada Juknis Profil revisi tahun 2014 tidak lagi
dicantumkan mengenai data penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan, meskipun demikian bukan berarti data tentang penyuluhan
tidak tercatat, kegiatan penyuluhan terus dilakukan pencatatan oleh petugas puskesmas maupun kabupaten melalui laporan penyuluhan.
Profil Kesehatan Tahun 2015 Bab IV-40
Sementara itu, terdapat program lansia yang dilakukan pencatatan secara kohort dan dalam 1 tahun dilaporkan 20,60 lansia telah mendapat
pelayanan secara rutin baik di karang lansia maupun di puskesmas.
Kegiatan penjaringan kesehatan siswa SDMI merupakan indikator SPM yang bertujuan menjaring siswa SDMI yang mengalami gangguan
kesehatan antara lain status gizi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, tenggorokan, anemia, kebugaran dan lain sebagainya. Untuk
siswa yang perlu rujukan ke puskesmas akan diberikan kartu rujukan tersendiri agar mendapat perawatan. Kasus yang paling sering ditemukan
adalah status gizi yang tidak normal yaitu kurus sekali dan kurus.
Kegiatan penjaringan kesehatan tahun 2015 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 100 menjadi 97,4 tahun ini dari 12.509
siswa kelas I yang ada. Kendala yang ditemui pada saat penjaringan tersebut adalah adanya siswa yang tidak masuk sekolah pada hari
pelaksanan penjaringan, dapat ditangani dengan sweeping atau mengulangi kegiatan pada waktu lain.
Sejak 1 Januari 2014 pemerintah telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Program
ini dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi
social yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindung dalam system asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Perlindungan ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah.
Kepesertaan program JKN pada tahap awal mencakup sekitar 86,4 juta jiwa, yang meliputi kepesertaan dari Penerima Bantuan Iuran PBI dari
peserta Jamkesmas, peserta Askes PNS, peserta TNI, POLRI, dan peserta JPK Jamsostek. Dengan dilaksanakannya program Jaminan Kesehatan
Nasional, maka program Jamkesmas tidak lagi dikelola Dinas, sehingga data jumlah kunjungan peserta Jamkesmas tidak lagi dilaporkan ke Dinas
Kesehatan, karena pelaporan Puskesmas semua telah melalui mekanisme P- Care yang dikelola BPJS kesehatan.
Profil Kesehatan Tahun 2015 Bab IV-41
Cakupan Program Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2015 telah mencapai 64,25 dari target 100 atau universal health coverage pada
tahun 2019 yang terdiri dari peserta PBI Pusat 53,19, peserta Askes, PNS, TNIPOLRI dan peserta Jamsostek, 5,36, PBI APBD I, 2,48, APBD II
0,88 dan peserta BPJS Kesehatan secara mandiri 1,37.
Untuk meningkatkan cakupan kepesertaan JKN menuju universal health coverage telah dilaksanakan sosialisasi tingkat camat, kepala desa,
kepala dusun, tokoh agama dan tokoh masyarakat, kader kesehatan dan kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat yang tersebar disemua kecamatan
di Kabupaten Lombok Barat. Agar peserta Jaminan Kesehatan Nasional dapat memperoleh manfaat pelayanan kesehatan maka telah dilaksanakan
peningkatan kompetensi petugas, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan serta melakukan monitoring dan pembinaan secara berkala agar
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional dapat dilaksanakan dengan baik sesuai pedoman pelaksanaan, serta dapat dirasakan
manfaatnya oleh peserta Jaminan Kesehatan Nasional sehingga universal health coverage dapat tercapai pada 1 Januari 2019.
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang