bab4 2015

(1)

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

Pelayanan kesehatan dasar merupakan hal yang paling pokok dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan dasar harus dilakukan secara cepat dan tepat serta menyeluruh untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan yang ada. Berikut ini diuraikan beberapa indikator yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar.

Kesehatan Ibu dan anak merupakan salah satu isu penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan menjadi focusing program pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat. Indikator untuk menilai kinerja program ini adalah dengan melihat K1 (kontak pertama ibu hamil pada trimester I dengan petugas kesehatan), K4 (kontak ke 4 ibu hamil yang dilakukan pada trimester ke 3 dengan petugas kesehatan), Linakes (persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan), KN (kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 0 – 28 hari), Kunjungan Bayi (kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 29 hari s.d 1 tahun), Kunjungan Balita dan lain sebagainya. Kesehatan ibu dan anak pada tahun 2015 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan disebabkan adanya penyeragaman pemahaman tentang definisi operasional kunjungan balita itu sendiri. Penurunan disini bisa disebabkan oleh beberapa hal salah satunya pencatatan oleh petugas yang belum optimal, namun pada Tahun 2014 semua indicator mengalami peningkatan. Berikut gambaran cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak khusus untuk pelayanan ibu hamil.

BAB IV


(2)

Grafik 9. Capaian Cakupan Program KIA (ibu) Tahun 2012 s.d 2015 di Kab.Lombok Barat

Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2015

Grafik 10. Capaian Cakupan Program KIA (anak) Tahun 2012 s.d 2015 di Kab.Lombok Barat


(3)

Cakupan K1 dan K4 adalah indikator kunci pelayanan kesehatan ibu hamil. Kunjungan ini sangat penting untuk memantau kesehatan ibu hamil dan pertumbuhan janin. Pengertian K1 kehamilan adalah Cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama kali pada masa kehamilan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Standar pelayanan K1 yang tepat adalah pemeriksaan ibu hamil pada usia kehamilan trimester pertama dengan menerapkan prinsip 10 T standar pemeriksaan ANC. Namun pada pelaksanaannya cakupan K1 masih menggunakan konsep PWS, dimana semua ibu hamil terdata, mempunyai buku KIA (atau KMS ibu hamil) dan dilakukan pemeriksaan sesuai standar untuk pertama kalinya tanpa melihat usia kehamilan, kemudian dicatat ini yang disebut dengan istilah K1 akses. Cakupan K1 akses Tahun 2015 di Kabupaten Lombok Barat sudah mencapai target yaitu sebesar 98,61 %.

Dalam masa kehamilannya seorang ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan sebanyak minimal 4 kali. Indikator kunjungan pemeriksaan kesehatan ibu hamil adalah cakupan K1 dan K4. Biasanya pada kunjungan pertama cakupannya cukup tinggi, kemudian drop out akan terjadi pada kunjungan berikutnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain keterlambatan penjaringan ibu hamil pada trimester pertama (TM 1), terjadinya kasus abortus dan persalinan belum cukup bulan/ prematur. Ibu hamil yang K1 nya terjaring setelah TM 1 disebabkan oleh beberapa hal antara lain kondisi masalah wilayah serta transportasi di daerah. Untuk meningkatan akses pelayanan ANC dan mengurangi Droup Out telah dilakukan berbagai upaya terobosan dalam bentuk program-progam yang melibatkan lintas program dan lintas sektoral, diantaranya penjaringan ibu hamil baru bekerjasama dengan kader dan petugas P3NTR di desa dilakukan dengan cara pemeriksaan tes kehamilan pada PUS pengantin baru. Selain itu pendataan PUS bekerjasama dengan PLKB dilakukan secara periodik untuk memantau kasus-kasus Do peserta KB yang berencana untuk hamil. Sehingga dari data yang diperoleh pada Tahun 2015 ini, cakupan K4 sebesar 93,92 % sudah melebihi target yang ditentukan sebesar 90%.


(4)

Sementara cakupan K-4 mencapai 93,40% dari taget 90% pada Tahun 2015 sehingga kedua cakupan tersebut dikatakan telah mencapai target secara nasional, kabupaten maupun propinsi.

Untuk jumlah ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dokter specialis) tahun ini meningkat dari tahun 2014 (90,42 %.) menjadi 94,43%, sedikit lebih tinggi dibanding K4. Ini disebabkan adanya perbaikan data pencatatan pada Bulan September, dimana ada data yang belum dilaporkan oleh puskesmas termasuk luar wilayah dan swasta, sehingga divalidasi pada Bulan September.

Kelas ibu dan kelompok peduli kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengertian dan pemahaman ibu hamil serta keluarganya terhadap kehamilan, persalinan dan pengetahuan kesehatan lainnya,sehingga diharapkan ibu hamil tersebut akan bersalin itu fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.

Kedua kegiatan tersebut merupakan wadah yang efektif digunakan untuk memberikan peningkatan pengetahuan baik bagi ibu hamil, suami dan juga orang tua. Diketahui bahwa pengambil keputusan di tingkat keluarga di masyarakat Kabupaten Lombok Barat adalah orang tua si ibu hamil atau mertua, sehingga perlu dilakukan pula pendekatan kepada keduanya. Kegiatan kemitraan dengan dukun yang telah dirintis sebelumnya juga memberikan andil yang cukup besar dalam mengurangi persalinan di dukun.

Kasus-kasus komplikasi Maternal yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas masih cukup tinggi di wilayah Kabupaten Lombok Barat. Kasus perdarahan pada kehamilan muda yang mengancam keguguran masih mendominasi penyebab tingginya kasus komplikasi maternal. Penjaringan kasus komplikasi pada ibu hamil sudah sangat maksimal dilakukan dengan melibatkan peran multisektor, KIE tentang tanda bahaya pada ibu hamil kepada masyarakat terus dioptimalkan, sehingga kasus-kasus komplikasi maternal cepat ditemukan dan dirujuk ke tenaga kesehatan. Pada tahun 2015 cakupan komplikasi maternal sudah mencapai 121% melebihi target yang ditetapkan sebesar 80%. Penanganan


(5)

yang adekuat harus dilakukan mengingat kondisi ibu hamil yang beresiko tinggi ini berpotensi menyumbang kasus kematian maternal. Selain itu, upaya-upaya preventif seperti kelas ibu, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada semua sasaran ibu hamil dan keluarganya.

Persentase Peserta KB Baru di Kabupaten Lombok Barat jika dilihat dari Pasangan Usia Subur yang di perkirakan yaitu 146.904 pada tahun 2015 ini, baru mencapai 12%. Meskipun demikian capaian berdasarkan target sasaran KB Baru mencapai 100%. Sedangkan cakupan peserta KB aktif menurun dari tahun kemarin 76,7% saat ini 75% (2015). Jika dilihat dari wilayah puskesmas, paling tinggi cakupan KB aktif adalah Puskesmas Kediri (88%) padahal jika dibandingkan dengan jumlah PUS (pasangan Usia Subur ) paling tinggi terdapat di Puskesmas Jembatan Kembar sebanyak 13.498. Sedangkan yang paling rendah adalah Puskesmas Pelangan (59,91%). Kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah KB Suntik (67,8%) dan cakupan penggunaan alkon terendah yang terlaporkan adalah MOP (0,02%).

Upaya Penyuluhan Kesehatan yang dilakukan pada Tahun 2015 khususnya untuk penyuluhan kelompok jauh meningkat dibandingkan Tahun 2014, karena data yang dikumpulkan berdasarkan data penyuluhan yang dilakukan oleh semua petugas, bukan hanya dilakukan oleh petugas promkes, dan pendanaan juga lebih banyak dari BOK. Pengertian Penyuluhan Kesehatan adalah kegiatan intervensi sosial melalui proses belajar bersama yang partispatif dengan melibatkan penggunaan komunikasi informasi pada perseorangan atau kelompok untuk membantu masyarakat sadar, mengerti, dan bisa melakukan perubahan perilaku dalam bidang kesehatan. Karena itu, klasifikasi penyuluhan kelompok seperti kelas ibu dan kelas gizi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, termasuk dalam data penyuluhan ini. Pada Juknis Profil revisi tahun 2014 tidak lagi dicantumkan mengenai data penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan, meskipun demikian bukan berarti data tentang penyuluhan tidak tercatat, kegiatan penyuluhan terus dilakukan pencatatan oleh petugas puskesmas maupun kabupaten melalui laporan penyuluhan.


(6)

Sementara itu, terdapat program lansia yang dilakukan pencatatan secara kohort dan dalam 1 tahun dilaporkan 20,60% lansia telah mendapat pelayanan secara rutin baik di karang lansia maupun di puskesmas.

Kegiatan penjaringan kesehatan siswa SD/MI merupakan indikator SPM yang bertujuan menjaring siswa SD/MI yang mengalami gangguan kesehatan antara lain status gizi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, tenggorokan, anemia, kebugaran dan lain sebagainya. Untuk siswa yang perlu rujukan ke puskesmas akan diberikan kartu rujukan tersendiri agar mendapat perawatan. Kasus yang paling sering ditemukan adalah status gizi yang tidak normal yaitu kurus sekali dan kurus.

Kegiatan penjaringan kesehatan tahun 2015 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 100% menjadi 97,4% tahun ini dari 12.509 siswa kelas I yang ada. Kendala yang ditemui pada saat penjaringan tersebut adalah adanya siswa yang tidak masuk sekolah pada hari pelaksanan penjaringan, dapat ditangani dengan sweeping atau mengulangi kegiatan pada waktu lain.

Sejak 1 Januari 2014 pemerintah telah meluncurkan program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Program ini dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi social yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindung dalam system asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Perlindungan ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah.

Kepesertaan program JKN pada tahap awal mencakup sekitar 86,4 juta jiwa, yang meliputi kepesertaan dari Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari peserta Jamkesmas, peserta Askes PNS, peserta TNI, POLRI, dan peserta JPK Jamsostek. Dengan dilaksanakannya program Jaminan Kesehatan Nasional, maka program Jamkesmas tidak lagi dikelola Dinas, sehingga data jumlah kunjungan peserta Jamkesmas tidak lagi dilaporkan ke Dinas Kesehatan, karena pelaporan Puskesmas semua telah melalui mekanisme P-Care yang dikelola BPJS kesehatan.


(7)

Cakupan Program Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2015 telah mencapai 64,25% dari target 100% atau universal health coverage pada tahun 2019 yang terdiri dari peserta PBI Pusat 53,19%, peserta Askes, PNS, TNI/POLRI dan peserta Jamsostek, 5,36%, PBI APBD I, 2,48%, APBD II 0,88% dan peserta BPJS Kesehatan secara mandiri 1,37%.

Untuk meningkatkan cakupan kepesertaan JKN menuju universal health coverage telah dilaksanakan sosialisasi tingkat camat, kepala desa, kepala dusun, tokoh agama dan tokoh masyarakat, kader kesehatan dan kelompok Lembaga Swadaya Masyarakat yang tersebar disemua kecamatan di Kabupaten Lombok Barat. Agar peserta Jaminan Kesehatan Nasional dapat memperoleh manfaat pelayanan kesehatan maka telah dilaksanakan peningkatan kompetensi petugas, peningkatan sarana dan prasarana kesehatan serta melakukan monitoring dan pembinaan secara berkala agar pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional dapat dilaksanakan dengan baik sesuai pedoman pelaksanaan, serta dapat dirasakan manfaatnya oleh peserta Jaminan Kesehatan Nasional sehingga universal health coveragedapat tercapai pada 1 Januari 2019.

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang

Sistem rujukan di Kabupaten Lombok Barat sebetulnya cukup berjalan dengan baik, meskipun masih adanya keluhan terhadap rujukan balik yang belum terlaksana optimal. Sistem ini telah dilakukan pembinaan dan koordinasi antara Puskesmas dan Jaringannya, Puskesmas dengan Rumah Sakit Daerah, Rumah Sakit Propinsi bahkan sampai ke Rumah Sakit di luar daerah, yang terkait dengan rujukan Jamkesmas. Bahkan pembagian rayon dalam rujukan juga telah disepakati, hal ini terkait dengan letak Rumah Sakit Umum Daerah Lombok Barat yang terletak di ibu kota Kabupaten, sehingga untuk kecamatan yang berada dekat dengan Rumah Sakit Propinsi, diberikan kebijakan untuk dapat merujuk langsung ke RS Propinsi. Sementara itu, untuk kebijakan gawat darurat, semua sarana pelayan kesehatan di 17 puskesmas di wilayah Kabupaten Lombok Barat


(8)

sudah memenuhi kriteria pelayanan gawat darurat level 1 yaitu melakukan jaga 24 jam dengan kualifikasi perawat yang telah dilatih BTCLS.

Desa Siaga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat baik masalah kesehatan, ataupun bencana. Dalam desa siaga, juga diupayakan salah satunya ambulan desa, yang merupakan salah satu bentuk penunjang dalam sistem rujukan.

Selain itu, akses ketersediaan darah juga merupakan hal yang diperlukan untuk ibu hamil dan neonatus. Kesiapan pendonor baik yang ada di desa siaga ataupun relawan yang ada diluar desa siaga sangat diperlukan dalam system ini. Upaya ini sebenarnya sangat mendukung penurunan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan. Namun, banyak juga faktor yang menghambat ketersediaan darah ini, misalnya tidak adanya tempat dilakukannya pengambilan darah di desa, kurang terkoordinirnya pendonor pada saat terjadinya kasus, atau pada saat akan dilakukan pengambilan darah, para pendonor tidak berani untuk diambil darahnya. Untuk mengatasi hal ini, sosialisasi tentang pentingnya donor darah dan pembentukan kelompok pendonor darah yang ada di desa, agar upaya penyediaan darah berhasil.

Berdasarkan data dalam tabel lampiran profil ini, jumlah kunjungan Rawat Inap di puskesmas perawatan tercatat tahun 2014 adalah 5.152, sementara tahun 2013 adalah 5.656 dari data tersebut, dapat dilihat cakupan rawat inap mengalami penurunan. Penurunan cakupan rawat inap ini lebih disebabkan karena semakin banyaknya pilihan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan swasta, karena peningkatan jumlah klinik pratama di Lombok Barat. Sedangkan Rumah Sakit Tripat tahun 2014 mencatat sebanyak 9.183 kunjungan meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebanyak 8.987, sehingga cakupan kunjungan menjadi 2,2 % jika dibandingkan dengan jumlah penduduk.

Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laboratorium Kesehatan telah mencapai 100%. Dan sejak pertengahan tahun 2009, telah dibentuk pula UPTD Laboratorium Kabupaten yang melayani pemeriksaan sample air dan terus dikembangkan pelayanannya hingga saat ini.


(9)

C. Pemberantasan penyakit menular

Penurunan penyakit berpotensi wabah merupakan salah satu program yang menjadi fokus di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Untuk kasus Demam Berdarah terjadi peningkatan kasus dari 48 kasus Tahun 2014 menjadi 142 kasus Tahun 2015 ini dengan 1 kasus meninggal dunia.

Upaya pencegahan penyebaran penyakit berpotensi wabah juga terus dilakukan misalnya dengan komunikasi dan edukasi (KIE), surveilans penyakit. Penanganan kasus sesuai dengan protap juga menjadi hal penting, karena dapat menghambat penyebaran penyakit.

Upaya pencegahan penyakit juga dilakukan melalui peningkatan cakupan imunisasi dimana persentase desa yang mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) meningkat dari 98,36% di Tahun 2014 menjadi 100% pada Tahun 2015. Peningkatan hasil juga diikuti oleh cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) pada bayi dari 94,4% tahun 2014 menjadi 103,3% tahun 2015.

D. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Upaya pengendalian PTM dilakukan melalui deteksi dini faktor resiko yang dilakukan melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posbindu). Faktor resiko tersebut antara lain : hipertensi, obesitas, kurang aktifitas, perilaku merokok dan minuman beralkohol, dll. Di Kabupaten Lombok Barat, Posbindu sudah terbentuk sebanyak 110 pos pada tahun 2015 yang tersebar di seluruh puskesmas.

Pengendalian PTM juga didukung oleh adanya Perda KTR (Kawasan Tanpa Rokok) no.4 tahun 2013 yang mengatur tidak boleh merokok pada tempat-tempat tertentu seperti: fasilitas pelayanan kesehatan, tempat pendidikan, tempat bermain anak, tempat ibadah, tempat kerja dan tempat lain yang ditentukan (di dalam rumah,ruangan ber AC,dll). Disamping itu, semua puskesmas juga menyediakan layanan deteksi dini kanker mulut rahim secara gratis dengan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan deteksi faktor resiko kanker payudara dengan metode Sadari (Periksa Payudara Sendiri.


(10)

E. Pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar

Persentase Rumah Sehat Tahun 2015 menjadi 71,62% dari Tahun 2014 70,85%. Perubahan ini disebabkan karena masyarakat mulai sadar akan pentingnya rumah sehat termasuk perilaku hidup bersih dan sehatnya meningkat.

Akses air bersih meningkat menjadi 85,17% pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014 (84%). Peningkatan ini karena adanya pembangunan Sarana Air Bersih yang dilaksanakan dilakukan oleh masyarakat dan didukung oleh bantuan Pemerintah Pusat (PAM-STBM) ini berkaitan dengan sarana air bersih di 3 (tiga) desa di Kabupaten Lombok Barat serta pembangunan sarana air bersih oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lombok Barat.

Untuk Sarana Sanitasi (Jamban) meningkat dari 75% di Tahun 2014 meningkat menjadi 78,84% pada Tahun 2015. Peningkatan ini disertai juga dengan peningkatan jumlah Desa ODF di Kabupaten Lombok Barat dari 65 Desa. Meskipun demikian di Lombok Barat belum ada satu pun desa yang melaksanakan STBM secara menyeluruh.

Grafik.11. Capaian Desa ODF di Kab. Lobar tahun 2010 s.d 2015


(11)

Tahun 2015 dilakukan survey Rumah Tangga Sehat dengan capaian 59% dari total responden yang dipantau. Namun, karena hal ini merupakan data survey cepat dimana responden yang dipantau juga berbeda dari tahun ke tahun, maka hal yang wajar jika terjadi peningkatan. Survey ini bertujuan memperoleh data perubahan perilaku RT terhadap pembinaan dan penyebaran informasi yang telah dilaksanakan. Upaya penyuluhan melalui media cetak yang terus gencar dilakukan oleh petugas selain metode penyuluhan lainnya (film, kelompok, keliling dsb) yang juga memberikan andil pada peningkatan pengetahuan sampai perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Upaya peningkatan RT sehat dilakukan dengan pembinaan rumah tangga sehat melalui pemberdayaan kader kesehatan dan pendamping desa.

Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) adalah Posyandu, t erus menerus mengalami peningkatandimana tahun 2014, Lombok Barat memiliki 850 posyandu dan tahun 2015 ini meningkat menjadi 868 unit posyandu. Apabila dibandingkan dengan jumlah dusun 841 maka semua dusun memiliki posyandu. Sedangkan jika dibandingkan dengan balita, rasionya mencapai 1,31 per 100 Balita. Dalam posyandu inilah pelayanan kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan gizi balita dan juga ibu hamil dilakukan, selain itu upaya penyuluhan juga dilakukan. Kriteria sebuah posyandu dikatakan strata purnama dan mandiri adalah posyandu paling tidak mempunyai 4-5 kader aktif dan mempunyai dana sehat bagi posyandu mandiri. Dalam petunjuk teknis,dikatakan Posyandu Aktif adalah penjumlahan dari dua strata yaitu purnama dan mandiri yang saat ini mencapai 77,65%.

Sedangkan UKBM lainnya seperti POSKESDES, dimana salah satu syaratnya harus memiliki kader yang telah dilatih desa siaga, mencapai 117 poskesdes, jika dibandingkan untuk setiap desa memiliki poskesdes, maka, kekurangannya sebanyak 5 poskesdes. Sedangkan untuk desa siaga aktif Tahun 2013 mencapai 73 desa (59,84%) menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 122 desa (100%), ini disebabkan karena perbedaan standar, tahun sebelumnya menggunakan pedoman desa siaga


(12)

Tahun 2006, sedangkan untuk Tahun 2013 menggunakan pedoman tahun 2010, dimana ada 8 indikator yang menjadi persyaratannya.

F. Perbaikan gizi masyarakat

Untuk kasus kekurangan vitamin A pada Tahun 2015 tidak ditemukan, kemungkinan hal ini dipengaruhi dari hasil cakupan distribusi vitamin A pada tahun sebelumnya yang cukup tinggi. Saat ini, distribusi vitamin A, dilakukan secara langsung di teteskan kepada sasaran di posyandu, sehingga kemungkinan untuk tidak tertelan cukup kecil. Tahun 2015 ini, cakupan distribusi Vitamin A pada anak balita adalah 98,63%. Sedangkan untuk bayi (6 – 11 bulan) adalah 99,69%.

Pada Tahun 2014 ini gizi buruk mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sebagaimana telah dibahas pada bab III. Penanganan untuk kasus gizi ini memerlukan upaya yang melibatkan lintas sektor dan program karena pada dasarnya permasalahan gizi maupun permasalahan kesehatan lainnya tidak dapat diselesaikan oleh orang kesehatan saja melainkan secara bersama-sama dengan lintas sektor maupun lintas program.

Pemberian tablet Fe pada Ibu Hamil juga merupakan salah satu protap pelayanan ibu hamil yang diberikan bidan dalam kunjungan 1 sampai 4. Pencatatan dilakukan adalah ibu hamil menerima tablet Fe-nya, terlepas dari apakah tablet tersebut di minum atau tidak. Untuk cakupan Fe3 Tahun 2015 sebesar 94,30% meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan capaian pelayanan imunisasi pada ibu hamil TT2 plus mencapai 71,91 % jauh meningkat dari tahun lalu (41,5%) kendala tahun lalu adalah karena vaksin yang tidak tersedia.

Cakupan Asi Eksklusif 0 (AE0) sama dengan cakupan Asi Eksklusif 6 (AE6) dan dicatat lulus AE6. Sedangkan jika ada satu kali saja diberikan makanan pendamping, maka tidak lagi masuk dalam pencatatan cakupan Asi Eksklusif selanjutnya. Untuk cakupan Asi Eksklusif Tahun 2015 mencapai 94,92 % meningkat dari Tahun 2014 yaitu 93,06%. Peningkatan ini menandakan upaya yang dilakukan telah menunjukkan hasil positif


(13)

diantaranya upaya kampanye ASI Eksklusif, penyuluhan rutin di posyandu tentang pentingnya AE, dan adanya kelas ibu hamil, yang memberikan pengetahuan pentingnya ASI dan juga kebijakan dari pemerintah pusat tentang larang promosi susu formula dibawah usia 6 bulan.

G. Pelayanan kesehatan dalam situasi bencana

Penanganan bencana yang terjadi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan baik pada saat kejadian maupun pasca kejadian. Diperlukan kesiapsiagaan dalam setiap penanganannya. Di Kabupaten Lombok Barat sarana kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat adalah 100%, karena kebijakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2013, bahwa semua puskesmas menjadi siaga bencana, dan semua tenaga serta alat sudah disiapkan untuk kondisi gawat darurat tersebut. Hal ini untuk mendukung kondisi daerah di wilayah Kabupaten Lombok Barat yang cukup rawan bencana dan bencana disini bukan hanya bencana alam namun juga bencana kesehatan.

Sementara itu, untuk tahun 2015, ada kejadian luar biasa yang dapat dikategorikan berdasarkan kejadian penyakit di Lombok Barat yaitu suspect mers. Penanganan pada saat kejadian dan pasca kejadian musibah ini melibatkan pihak kesehatan paling tidak tenaga puskesmas. Oleh sebab itu, diperlukan pula koordinasi yang baik antara Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Puskesmas,dan Dinas Kesehatan Provinsi.

H. Pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan

Berdasarkan penggunaan obat di puskesmas, dapat diketahui 10 item yang paling banyak digunakan yaitu parasetamol tablet 500 mg yaitu 3.579.688 mengalami peningkatan sebanyak 205,3% dibandingkan Tahun 2014 (1.743.842). Hal ini dikarenakan adanya kekosongan obat penghilang rasa sakit dalam hal ini adalah asam mefenamat, sehingga ada terapi alternatif untuk penghilang rasa sakit dalam hal ini adalah parasetamol. Sehingga terjadi peningkatan parasetamol sampai 205,3%. Berikut tabel 10 penggunaan obat terbanyak tahun 2015;


(14)

Tabel.2. 10 Pemakaian Obat terbanyak Tahun 2015

NO NAMA OBAT JUMLAH

1 Paracetamol 3.579.688

2 Amoxilin 500 mg 3.090.688 3 Tablet Tambah Darah Komb 2.185.607 4 Vitamin B. Complex Tablet 2.157.729 5 CTM 4 mg Tablet 1.492.008 6 Ambroxol 100 mg 1.234.682 7 Antasida DOEN Tablet 1.116.795 8 Ibuprofen 400 mg 1.047.750 9 Asam Mefenamat 500 mgTablet 798.729 10 Captopril 25 mg Tablet 502.921 Sumber : UPTD IFK Kab.Lombok Barat

Tabel. 2.11 10 Penyakit Terbanyak NO. KODE

PENYAKIT (ICD X)

NAMA PENYAKIT JUMLAH

1. J17 ISPA 75.115

2. J74 PENYAKIT KULIT INFEKSI 27.365

3. J92 GASTRITIS 27.053

4 J79 PENY. PADA SISTEM OTOT DAN JAR.

26.900

5. J18 PENY.LAIN PD SAL.

PERNAFASAN ATAS

20.626 6. J10 PENYAKIT DARAH TINGGI

PRIMER

18.996

7. A09 DIARE (TERMASUK

TERSANGKA KOLERA)

18.505

8. J75 PENY. KULIT ALERGI 13.477

9. J109 DEMAM KARENA SEBAB LAIN 13.286


(15)

Dari tabel di atas menunjukan ada korelasi antara 10 macam penyakit terbanyak dimana Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( 75.115 ), Penyakit Kulit Infeksi (27.365 ), Gasteritis (27.053 ) Penyakit Pada System Pada Otot Dan Jaringan Pengikat ( 26.900 ) Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas ( 20.606 ), Penyakit Darah Tinggi Primer ( 18.996 ), Diare (Termasuk Tersangka Kolera) ( 18.505 ). Penyakit Kulit Alergi ( 13.477 ), Demam karena sebab lain ( 13. 286 ), dan Asma ( 11.903).

Dari 10 pemakaian obat terbanyak se-Kabupaten Lombok Barat terlihat korelasi dengan 10 penyakit terbanyak. Seperti pada pemakaian paracetamol dalam jumlah besar, hal ini dikarenakan paracetamol di gunakan untuk terapi, ISPA Non Pneumoni, Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas, Diare Yang Disertai Deman, Penyakit Pada System Otot Dan Jaringan Pengikat, serta Demam Karena Sebab Lain. Demikian juga pada pamakaian Amoxilin 500 mg tablet, Amoxilin yang digunakan untuk terapi penyakit kulit infeksi, dan penyakit lain pada saluran pernafasan atas. Dari sisi ketersedian obat sesuai ketentuan pada tahun 2015 sebesar 98,7% hal ini disebabkan :

 Sudah semakin membaiknya sistem pada E- Catalog

 Jumlah anggaran yang tersedia meningkat yakni sebesar Rp. 7,8 M (dana kapitasi)

Pengadaan obat telah dilaksanakan dai awal tahun, sehingga ketersediaan obat bisa terpenuhi.

Berikut ini kami juga sampaikan gambaran cakupan Standar Pelayanan Minimal untuk Kabupaten Lombok Barat sesuai dengan KepMen 741/2008 kondisi tahun 2013 s.d 2015.

Indikator 2013 2014 2015 Target

1 Cakupan Kunjungan Ibu

Hamil K4. 84.21 90.21 94.49 95

2 Cakupan Ibu hamil dengan


(16)

Indikator 2013 2014 2015 Target

3 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

85.57 90.42 94.63 90 4 Cakupan pelayanan Ibu

Nifas 82.20 89.01 93.27 90

5 Cakupan neonatal dengan

komplikasi yang ditangani 49.87 100.00 103.06 80 6 Cakupan kunjungan bayi. 88.24 90.12 99.53 90 7 Cakupan Desa/Kelurahan

Universal Child

Immunization (UCI). 95.08 98.36 100 100 8 Cakupan pelayanan anak

balita. 55.00 77.30 83.44 90

9 Cakupan pemberian

makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin.

0 3.18 10.11 100

10 Cakupan Balita gizi buruk

mendapat perawatan 100.00 100.00 100.00 100 11 Cakupan penjaringan

kesehatan siswa SD dan

setingkat 90.07 91.48 96.44 100

12 Cakupan peserta KB Aktif 75.00 75.95 75.02 70 13 Cakupan Penemuan dan

penanganan penderita penyakit

A. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000

penduduk < 15 tahun 3.141 3.141 0.52 100 B. Penemuan Penderita

Pneumonia Balita 108.25 85.74 87.29 100 C. Penemuan Pasien Baru

TB BTA Positif 41.20 41.63 39.91 100 D. Penderita DBD yang

Ditangani 100 100 100 100


(17)

Indikator 2013 2014 2015 Target

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar

masyarakat miskin 85.25 57.62 88.73 100 15 Cakupan pelayanan

kesehatan rujukan pasien

masyarakat miskin. 3.30 2.97 3.76 100 16 Cakupan pelayanan gawat

darurat level 1 yg harus diberikan sarana

kesehatan (RS) di Kab/Kota.

100 100 100 100

17 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan

epidemiologi <24 jam 0 0 100 100


(1)

Tahun 2006, sedangkan untuk Tahun 2013 menggunakan pedoman tahun 2010, dimana ada 8 indikator yang menjadi persyaratannya.

F. Perbaikan gizi masyarakat

Untuk kasus kekurangan vitamin A pada Tahun 2015 tidak ditemukan, kemungkinan hal ini dipengaruhi dari hasil cakupan distribusi vitamin A pada tahun sebelumnya yang cukup tinggi. Saat ini, distribusi vitamin A, dilakukan secara langsung di teteskan kepada sasaran di posyandu, sehingga kemungkinan untuk tidak tertelan cukup kecil. Tahun 2015 ini, cakupan distribusi Vitamin A pada anak balita adalah 98,63%. Sedangkan untuk bayi (6 – 11 bulan) adalah 99,69%.

Pada Tahun 2014 ini gizi buruk mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sebagaimana telah dibahas pada bab III. Penanganan untuk kasus gizi ini memerlukan upaya yang melibatkan lintas sektor dan program karena pada dasarnya permasalahan gizi maupun permasalahan kesehatan lainnya tidak dapat diselesaikan oleh orang kesehatan saja melainkan secara bersama-sama dengan lintas sektor maupun lintas program.

Pemberian tablet Fe pada Ibu Hamil juga merupakan salah satu protap pelayanan ibu hamil yang diberikan bidan dalam kunjungan 1 sampai 4. Pencatatan dilakukan adalah ibu hamil menerima tablet Fe-nya, terlepas dari apakah tablet tersebut di minum atau tidak. Untuk cakupan Fe3 Tahun 2015 sebesar 94,30% meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan capaian pelayanan imunisasi pada ibu hamil TT2 plus mencapai 71,91 % jauh meningkat dari tahun lalu (41,5%) kendala tahun lalu adalah karena vaksin yang tidak tersedia.

Cakupan Asi Eksklusif 0 (AE0) sama dengan cakupan Asi Eksklusif 6 (AE6) dan dicatat lulus AE6. Sedangkan jika ada satu kali saja diberikan makanan pendamping, maka tidak lagi masuk dalam pencatatan cakupan Asi Eksklusif selanjutnya. Untuk cakupan Asi Eksklusif Tahun 2015 mencapai 94,92 % meningkat dari Tahun 2014 yaitu 93,06%. Peningkatan ini menandakan upaya yang dilakukan telah menunjukkan hasil positif


(2)

diantaranya upaya kampanye ASI Eksklusif, penyuluhan rutin di posyandu tentang pentingnya AE, dan adanya kelas ibu hamil, yang memberikan pengetahuan pentingnya ASI dan juga kebijakan dari pemerintah pusat tentang larang promosi susu formula dibawah usia 6 bulan.

G. Pelayanan kesehatan dalam situasi bencana

Penanganan bencana yang terjadi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan baik pada saat kejadian maupun pasca kejadian. Diperlukan kesiapsiagaan dalam setiap penanganannya. Di Kabupaten Lombok Barat sarana kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat adalah 100%, karena kebijakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2013, bahwa semua puskesmas menjadi siaga bencana, dan semua tenaga serta alat sudah disiapkan untuk kondisi gawat darurat tersebut. Hal ini untuk mendukung kondisi daerah di wilayah Kabupaten Lombok Barat yang cukup rawan bencana dan bencana disini bukan hanya bencana alam namun juga bencana kesehatan.

Sementara itu, untuk tahun 2015, ada kejadian luar biasa yang dapat dikategorikan berdasarkan kejadian penyakit di Lombok Barat yaitu suspect mers. Penanganan pada saat kejadian dan pasca kejadian musibah ini melibatkan pihak kesehatan paling tidak tenaga puskesmas. Oleh sebab itu, diperlukan pula koordinasi yang baik antara Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Puskesmas,dan Dinas Kesehatan Provinsi.

H. Pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan

Berdasarkan penggunaan obat di puskesmas, dapat diketahui 10 item yang paling banyak digunakan yaitu parasetamol tablet 500 mg yaitu 3.579.688 mengalami peningkatan sebanyak 205,3% dibandingkan Tahun 2014 (1.743.842). Hal ini dikarenakan adanya kekosongan obat penghilang rasa sakit dalam hal ini adalah asam mefenamat, sehingga ada terapi alternatif untuk penghilang rasa sakit dalam hal ini adalah parasetamol. Sehingga terjadi peningkatan parasetamol sampai 205,3%. Berikut tabel 10 penggunaan obat terbanyak tahun 2015;


(3)

Tabel.2. 10 Pemakaian Obat terbanyak Tahun 2015

NO NAMA OBAT JUMLAH

1 Paracetamol 3.579.688

2 Amoxilin 500 mg 3.090.688

3 Tablet Tambah Darah Komb 2.185.607

4 Vitamin B. Complex Tablet 2.157.729

5 CTM 4 mg Tablet 1.492.008

6 Ambroxol 100 mg 1.234.682

7 Antasida DOEN Tablet 1.116.795

8 Ibuprofen 400 mg 1.047.750

9 Asam Mefenamat 500 mgTablet 798.729

10 Captopril 25 mg Tablet 502.921

Sumber : UPTD IFK Kab.Lombok Barat

Tabel. 2.11 10 Penyakit Terbanyak NO. KODE

PENYAKIT (ICD X)

NAMA PENYAKIT JUMLAH

1. J17 ISPA 75.115

2. J74 PENYAKIT KULIT INFEKSI 27.365

3. J92 GASTRITIS 27.053

4 J79 PENY. PADA SISTEM OTOT

DAN JAR.

26.900

5. J18 PENY.LAIN PD SAL.

PERNAFASAN ATAS

20.626

6. J10 PENYAKIT DARAH TINGGI

PRIMER

18.996

7. A09 DIARE (TERMASUK

TERSANGKA KOLERA)

18.505

8. J75 PENY. KULIT ALERGI 13.477

9. J109 DEMAM KARENA SEBAB LAIN 13.286


(4)

Dari tabel di atas menunjukan ada korelasi antara 10 macam penyakit terbanyak dimana Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( 75.115 ), Penyakit Kulit Infeksi (27.365 ), Gasteritis (27.053 ) Penyakit Pada System Pada Otot Dan Jaringan Pengikat ( 26.900 ) Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas ( 20.606 ), Penyakit Darah Tinggi Primer ( 18.996 ), Diare (Termasuk Tersangka Kolera) ( 18.505 ). Penyakit Kulit Alergi ( 13.477 ), Demam karena sebab lain ( 13. 286 ), dan Asma ( 11.903).

Dari 10 pemakaian obat terbanyak se-Kabupaten Lombok Barat terlihat korelasi dengan 10 penyakit terbanyak. Seperti pada pemakaian paracetamol dalam jumlah besar, hal ini dikarenakan paracetamol di gunakan untuk terapi, ISPA Non Pneumoni, Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas, Diare Yang Disertai Deman, Penyakit Pada System Otot Dan Jaringan Pengikat, serta Demam Karena Sebab Lain. Demikian juga pada pamakaian Amoxilin 500 mg tablet, Amoxilin yang digunakan untuk terapi penyakit kulit infeksi, dan penyakit lain pada saluran pernafasan atas. Dari sisi ketersedian obat sesuai ketentuan pada tahun 2015 sebesar 98,7% hal ini disebabkan :

 Sudah semakin membaiknya sistem pada E- Catalog

 Jumlah anggaran yang tersedia meningkat yakni sebesar Rp. 7,8 M (dana kapitasi)

Pengadaan obat telah dilaksanakan dai awal tahun, sehingga ketersediaan obat bisa terpenuhi.

Berikut ini kami juga sampaikan gambaran cakupan Standar Pelayanan Minimal untuk Kabupaten Lombok Barat sesuai dengan KepMen 741/2008 kondisi tahun 2013 s.d 2015.

Indikator 2013 2014 2015 Target

1 Cakupan Kunjungan Ibu

Hamil K4. 84.21 90.21 94.49 95

2 Cakupan Ibu hamil dengan


(5)

Indikator 2013 2014 2015 Target

3 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

85.57 90.42 94.63 90

4 Cakupan pelayanan Ibu

Nifas 82.20 89.01 93.27 90

5 Cakupan neonatal dengan

komplikasi yang ditangani 49.87 100.00 103.06 80

6 Cakupan kunjungan bayi. 88.24 90.12 99.53 90

7 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child

Immunization (UCI). 95.08 98.36 100 100

8 Cakupan pelayanan anak

balita. 55.00 77.30 83.44 90

9 Cakupan pemberian

makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin.

0 3.18 10.11 100

10 Cakupan Balita gizi buruk

mendapat perawatan 100.00 100.00 100.00 100

11 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan

setingkat 90.07 91.48 96.44 100

12 Cakupan peserta KB Aktif 75.00 75.95 75.02 70

13 Cakupan Penemuan dan penanganan penderita penyakit

A. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000

penduduk < 15 tahun 3.141 3.141 0.52 100

B. Penemuan Penderita

Pneumonia Balita 108.25 85.74 87.29 100

C. Penemuan Pasien Baru

TB BTA Positif 41.20 41.63 39.91 100

D. Penderita DBD yang

Ditangani 100 100 100 100


(6)

Indikator 2013 2014 2015 Target

14 Cakupan pelayanan kesehatan dasar

masyarakat miskin 85.25 57.62 88.73 100

15 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien

masyarakat miskin. 3.30 2.97 3.76 100

16 Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yg harus diberikan sarana

kesehatan (RS) di Kab/Kota.

100 100 100 100

17 Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan

epidemiologi <24 jam 0 0 100 100