Identifikasi Tumbuhan yang Belum Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan

a. Identifikasi Tumbuhan yang Belum Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan

Kehidupan manusia sebagian besar bergantung pada tumbuhan karena itu sejak dahulu kala manusia telah melakukan pengenalan tumbuhan dan semakin banyak yang ia kenal semakin dirasakan pula perlunya untuk mengadakan penggolongan atau klasifikasinya. Masalah identifikasi ini bukan suatu yang baru, yang relatif baru adalah kesepakatan intemasional menuju ke keseragaman dalam pemberian nama, yang secara eksplisit kemudian disebut sebagai nama ilmiah. Untuk klasifikasinya pun diharapkan, agar dapat disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu dengan menerapkan sistem filogenetik.

Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen (bahan) yang nil, baik spesimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan, biasanya dengan cara dikeringkan atau dalam bejana yang berisi cairan pengawet, misalnya alkohol atau formalin. Oleh pelaku identifikasi, spesimen yang belum dikenal itu melalui studi yang seksama kemudian dibuatkan candra atau deskripsinya di samping gambar-gambar terinci mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diagnostiknya, yang atas dasar hasil studinya kemudian ditetapkan spesimen itu merupakan anggota populasi jenis apa, dan berturut-turut ke atas dimasukkan kategori yang mana (marga, suku, bangsa, dan kelas serta divisinya). Penentuan nama jenis dan tingkat-tingkat takson ke atas berturut-turut tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti dimuat dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) . Nama takson baru itu selanjutnya harus dipublikasikan melalui cara-cara yang diatur pula oleh KITT. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan oleh dan ke dunia ilmiah itu memerlukan bekal yang lazimnya hanya dimiliki oleh mereka yang berpendidikan ilmu hayat, khususnya taksonomi tumbuhan. Oleh karena itu pekerjaan identifikasi yang pertama kali itu hanya dilakukan oleh ahli-ahli yang bekerja dalam Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen (bahan) yang nil, baik spesimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan, biasanya dengan cara dikeringkan atau dalam bejana yang berisi cairan pengawet, misalnya alkohol atau formalin. Oleh pelaku identifikasi, spesimen yang belum dikenal itu melalui studi yang seksama kemudian dibuatkan candra atau deskripsinya di samping gambar-gambar terinci mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diagnostiknya, yang atas dasar hasil studinya kemudian ditetapkan spesimen itu merupakan anggota populasi jenis apa, dan berturut-turut ke atas dimasukkan kategori yang mana (marga, suku, bangsa, dan kelas serta divisinya). Penentuan nama jenis dan tingkat-tingkat takson ke atas berturut-turut tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti dimuat dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) . Nama takson baru itu selanjutnya harus dipublikasikan melalui cara-cara yang diatur pula oleh KITT. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan oleh dan ke dunia ilmiah itu memerlukan bekal yang lazimnya hanya dimiliki oleh mereka yang berpendidikan ilmu hayat, khususnya taksonomi tumbuhan. Oleh karena itu pekerjaan identifikasi yang pertama kali itu hanya dilakukan oleh ahli-ahli yang bekerja dalam

Suatu hal yang perlu disadari ialah, bahwa kegiatan ini berjalan terus. Setiap ekspedisi ke wilayah tertentu baik yang belum dikenal atau bahkan yang telah dikenal pun, biasanya ada saja di antara spesimen-spesimen yang dikumpulkan itu yang ternyata merupakan anggota populasi yang tergolong dalam jenis yang belum pernah dikenal sebelumnya. Hal ini memang tak perlu mengherankan kita bila teori evolusi merupakan suatu konsep yang tak lagi diragukan kebenarannya karena selama evolusi masih berlangsung, selama itu akan selalu dihasilkan jenis-jenis yang baru.