310035361 Buku Ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi

LAPORAN PENULISAN BUKU AJAR SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI OLEH:

DR. JUHRIAH, M.Si DR. HJ. SRI SUHADIYAH, M.Agr DR. ELIS TAMBARU, M.Si DR. A. MASNIAWATI, M.Si, S.Si

Dibiayai oleh Dana BOPTN Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No: 1042/UN4.12/PP.13/2014 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN SEPTEMBER 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk, inayah dan hidayahNya sehingga penulisan buku ajar Sistematika Tumbuhan Tinggi ini dapat diselesaikan.

Buku ajar ini disusun sebagai bahan acuan dalam mata kuliah Sistematika Tumbuhan Tinggi, merupakan rangkuman berbagai sumber pustaka. Tumbuhan yang termasuk Divisio Spermatophyta sangat beragam, dalam buku ajar ini hanya menjelaskan beberapa contoh tumbuhan yang mewakili beberapa kelas anggota Divisio Spermatophyta yang ada di alam maupun yang telah punah. Buku ajar ini juga dilengkapi dengan berbagai sistem klasifikasi, sumber data untuk Sistematika dan juga hal yang berkaitan dengan penamaan (tatanama) tumbuhan

Mudah-mudahan buku ajar ini dapat membantu mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran dan bermanfaat untuk pengembangan bidang ilmu Sistematika Tumbuhan TInggi.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan buku ajar ini, untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan buku ajar ini di masa datang. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada DIKTI yang mendanai penulisan buku ajar ini melalui Dana BOPTN Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No: 1042/UN4.12/PP.13/2014. Semoga buku ajar ini bermanfaat dan menjadi salah satu sarana pembelajaran Sistematika Tumbuhan Tinggi.

Makasssar, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman sampul i Halaman Pengesahan

ii Surat Pernyataan

iii Kata Pengantar

iv Daftar Isi

v BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Profil Lulusan Program Studi

I.2. Kompetensi lulusan

I.3. Analisis Kebutuhan Pembelajaran 3

4 BAB II. RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI

I.4. Garis Besar rencana Pembelajaran (GBRP)

8 DAN SISTEM KLASIFIKASI

II.1. Pendahuluan

II.2. Pengertian Dan Ruang Lingkup Sistematika Tumbuhan Tinggi

II.3. Fase Perkembangan Sistematika Tumbuhan

II.4. Relevansi Dengan Lapangan dan Hubungannya Dengan ilmu lain.

II.5. Sistem Klasifikasi Tumbuhan

20 BAB III. SUMBER INFORMASI BAGI SISTEMATIKA TUMBUHAN

II.6. Tugas Untuk Mahassiwa

III.1. Pendahuluan

III. 2. Sumber Data Sistematika Tumbuhan

III.3. Informasi Struktur

III.4. Informasi Kimia

III.5. Informasi Kromosom

34 III.7.Tugas Untuk Mahassiwa

III.6. informasi Sistem Penangkaran

36 BAB IV. IDENTIFIKASI DAN TATA NAMA TUMBUHAN

IV.1. Pendahuluan

IV.2. Pengertian dan cara Identifikasi Tumbuhan

IV.3. Tatanama Tumbuhan

IV.4. Tugas Untuk Mahasiswa

BAB V. DIVISIO SPERMATOPHYTASUB DIVISIO GYMNOSPERMAE

V.1. Pendahuluan

V.2. Diviso Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)

55 V.4.Tugas Untuk Mahassiwa

V.3. Sub Dividio Gymnospermae (Tumbuhan Berbiji terbuka)

70 BAB VI. SUB DIVISIO ANGIOSPERMAE CLASSIS DICOTYLEDONEAE SUB CLASSIS MONOCLAMIDAE (APETALAE)

VI.1. Pendahuluan

VI.2. Anak Divisi (Sub Divisio) Angiospermae

71 VI.4.Tugas Untuk Mahassiwa

VI.3. Anak Kelas (Sub Classis)Monoclamidae (Apetalae)

100 BAB VII. SUB CLASSIS DIALYPETALAE

VII.1. Pendahuluan 101

VII.2. Sub Classis Dialypetalae 101 VII.3.Tugas Untuk Mahassiwa

139 BAB VIII. SUB CLASSIS SYMPETALAE

VIII.1. Pendahuluan 140

VIII.2. SUB CLASSIS SYMPETALAE 140 VIII.3.Tugas Untuk Mahassiwa

156 BAB IX. CLASSIS MONOCOTYLEDONEAE

IX.1. Pendahuluan 157

IX .2. Kelas (Classis) Monocotyledoneae 157 IX.3.Tugas Untuk Mahassiwa

184 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Profil Lulusan Program Studi: Membina dan menghasilkan lulusan yang cerdas, terampil, berwawasan luas, dan berbudaya sehingga bisa bersaing dan mampu menghadapi persaingan secara global.

I.2. Kompetensi lulusan: Kompetensi utama (U):

1. Mampu dalam pemahaman tentang pengetahuan dasar biologi dan ilmu pengetahuan alam.

2. Mampu menerapkan perinsip–perinsip dasar biologi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati yang berkelanjutan serta dalam mempertahankan keragaman hayati flora dan fauna.

3. Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dasar biologi yang dimilikinya secara profesional dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat/industri.

4. Mampu mengoperasikan peralatan laboratorium biologi dan bioteknologi atau yang relevan dan menjadi periset handal sesuai dengan bidang keahliannya

5. Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan dasar biologi yang dimilikinya secara profesional dalam kegiatan produktif serta pelayanan kepada masyarakat, industri dan kesehatan

6. Mampu mendayagunakan potensi biota laut dan sumberdaya alam laut lainnya pada berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat.

Kompetensi Pendukung (P)

1. Mampu bersaing dan unggul sebagai ilmuwan yang profesional, serta bersifat terbuka dan tanggap terhadap kemajuan ipteks secara global.

2. Mampu membuat tulisan karya ilmiah; penguasaan bahasa Inggeris; serta penguasaan software dan hardware komputer.

3. Mampu mendayagunakan potensi mahluk hidup dan sumberdaya alam lainnya pada berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat.

Kompetensi lainnya (L)

1. Mampu mengamalkan nilai moral, bersikap, dan berperilaku dalam berkarya dibidang keahliannya maupun dalam bermasyarakat.

2. Mampu mengembangkan diri dan pemikiran berdasarkan wawasan dan budaya bahari.

I.3. Analisis Kebutuhan Pembelajaran

Mata kuliah Taksonomi Tumbuhan II adalah mata kuliah dengan bobot 3 SKS dengan kode 336H413, merupakan mata kuliah Program Studi Biologi yang termasuk dalam kelompok mata kuliah keahlian dan ketrampilan, disajikan pada semester genap tahun kedua (Semester 4). Mata kuliah ini wajib bagi seluruh mahasiswa jurusan Biologi FMIPA UNHAS. Mahasiswa yang akan mengambil mata kuliah ini disyaratkan telah mengikuti antara lain Struktur & Perkembangan Tumbuhan I (SPT I) dan Sistematika Tumbuhan Rendah

Mata kuliah ini sangat penting diketahui oleh mahasiswa yang akan mengaplikasikan ilmu tersebut pasca kuliah yang akan bergelut dibidang biologi, pertanian, farmasi, pemuliaan tumbuhan ataupun biokimia, sehingga penguasaan terhadap ilmu ini perlu dimiliki oleh seorang mahasiswa. Identifikasi, tatanama dan klasifikasi tumbuhan Spermatophyta merupakan inti (ruang lingkup) mata kuliah ini. Spermatophyta mencakup semua tumbuhan berbiji ataupun berbunga dengan jumlah jenis yang sangat banyak, merupakan tumbuhan sumber kehidupan manusia baik untuk pangan, sandang dan papan, tersebar di segala penjuru dengan berbagai kondisi iklim, hidup baik di darat ataupun di perairan.

Salah satu komponen dalam proses komunikasi dalam pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran adalah sumber dan media informasi. Buku ajar ini disusun dan diharapkan menjadi salah satu sumber informasi, menjadi salah satu sarana pembelajaran dan menjadi acuan bagi dosen maupun mahasiswa peserta mata kuliah Sistematika Tumbuhan Tinggi sehingga menunjang tercapainya tujuan metode pembelajaran Student Center Learning. Diharapkan dengan adanya buku ajar ini dapat membantu menambah wawasan dan penguasaan mahasiswa tentang Sistematika Tumbuhan Tinggi.

GARIS BESAR RENCANA PEMBELAJARAN (GBRP)

MAMA MATAKULIAH

: SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI

NOMOR KODE/SKS

Komptensi utama

: Mampu memahami prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan alam (1)

Mampu memahami struktur, klasifikasi dan dan manfaat ekonomi serta aspek anatomi dan fisiologis pada hewan dan tumbuhan (2) Mampu menerapkan prinsip-prinsip dasar biologi dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian lingkungan serta pendayagunaan sumberdaya hayati secara berkelanjutan (3) Mampu menguasai, mengembangkan dan menerapkan dasar biologi yang dimilikinya secara professional dan kegiatan produktif serta pelayanan kepada masyarakat, industri dan kesehatan (5)

Kompetensi Pendukung

: Mampu bersaing dan unggul sebagai ilmuan yang professional serta bersikap tanggap terhadap kemajuan

iptek secara global (1)

Mampu mendayagunakan potensi makhluk hidup dan sumberdaya alam lainnya pada berbagai bidang untuk kesejahteraan masyarakat (3)

Kompetensi Lainnya : Mampu mengamalkan nilai moral, bersikap dan berprilaku dalam berkarya dibidang keahliannya dalam

masyarakat

SASARAN PEMBELAJARAN : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa akan dapat mengaplikasikan ilmu Sistematika Tumbuhan

(identifikasi, klasifikasi dan penamaan) tumbuhan Spermatophyta dalam praktek.

MINGGU MATERI PEMBELAJARAN

BOBO KE

BENTUK

KOMPETENSI AKHIR SESI

INDIKATOR

PEMBELAJA PEMBELAJARAN

PENILAIAN

RAN (RAGAM

NILAI

METODE SCL)

1s/d 2

- Kontrak kuliah

Teaching

Mahasiswa mampu: Menjelaskan

- Ketepatan menjelaskan 10%

- Pembentukan kelompok

tentang ruang lingkup - Ruang lingkup Sistematika

learning,

tentang ruang lingkup Sistematika

Sistematika Tumbuhan Tumbuhan Tinggi.

diskusi

Tumbuhan Tinggi dan sistem

Tinggi dan sistem - Pengertian dan sasaran

klasifikasi

klasifikasi

- Fase Perkembangan sistematika Tumbuhan - Relevansi dengan lapangan dan hubungannya dengan ilmu lain - Macam-macam sistem klasifikasi

3 s/d 4 Sumber informasi bagi

-Ketepatan menjelaskan 10% Sistematika Tumbuhan Tinggi:

- Teaching

Mahasiswa mampu:

tentang sumber-sumber - Informasi struktur tumbuhan

learning

- Menjelaskan tentang berbagai

- collaborative

pengetahuan sebagai sumber

informasi

- Informasi kimiawi

-Kerjasama tim, - Informasi kromosom

learning

informasi bagi Sistematika

kedisiplinan dan - Informasi sist. Penangkaran.

Tumbuhan

ketelitian

5 Identifikasi dan tatanama

- Ketepatan menjelaskan 5% tumbuhan:

- Teaching

Mahasiswa mampu Menjelaskan:

tentang pengertian dan - Pengertian identifikasi

learning

- Pengertian identifikasi

langkah identifikasi serta - Identifikasi tumbuhan yang

- collaborative

- Langkah dentifikasi tumbuhan

tatanama tumbuhan belum dan sudah dikenal dunia

learning

yang belum dan sudah dikenal

-Kerjasama tim, ilmu pengetahuan

dunia ilmu pengetahuan

kedisiplinan dan -Nama biasa dan nama ilmiah

-Nama biasa dan nama ilmiah

-Azas tatanama tumbuhan

ketelitian

-Azas tatanama tumbuhan

6 s/d 7 Identifikasi, klasifikasi dan

- Ketepatan menjelaskan 15% penamaan Spermatophyta dan Sub learning

- Teaching

Mahasiswa mampu:

tentang ciri-ciri, Divisi Gymnospermae

-Menjelaskan tentang ciri-ciri,

tatanama dan klasifikasi - Kelas Pteridospermae

- collaborative

tatanama dan klasifikasi

Gymnospermae - Kelas Gynkoinae

learning

Gymnospermae

-Kerjasama tim, - Kelas Cycadinae

- Contextual

kedisiplinan dan - Kelas Coniferinae

instruction

-presentasi tgs

ketelitian

- Kelas Gnetinae

- praktikum

UJIAN TENGAH SEMESTER

9 Identifikasi, klasifikasi dan

- Ketepatan menjelaskan 15% penamaan Dicotyledoneae sub - collaborative

- Teaching learning

Mahasiswa mampu:

tentang ciri-ciri, tatanama clas Apetalae:

Menjelaskan tentang ciri-ciri,

dan klasifikasi Clas - Ordo Urticales

learning

tatanama dan klasifikasi Clas

Dikotil sub clas Apetalae - Ordo Piperales

- Contextual

Dikotil sub clas Apetalae

- Kerjasama tim, - Ordo Polygonales

instruction

kedisiplinan dan ketelitian - Ordo Caryophyllales

- presentasi tgs

- praktikum

- Ordo Euphorbiales

10 s/d 11 Identifikasi, klasifikasi dan

-Ketepatan menjelaskan 15% penamaan Sub Classis

- Teaching learning

Mahasiswa mampu:

tentang ciri-ciri, tatanama Dialypetalae:

- collaborative

-Menjelaskan tentang ciri-ciri,

dan klasifikasi tumbuhan - Ordo Ranales

learning

tatanama dan klasifikasi

dari Sub Classis - Ordo Rosales

- Contextual

tumbuhan dari Sub Classis

- Ordo Myrtales

-Kerjasama tim, - Ordo Brassicales

- presentasi tgs

kedisiplinan dan ketelitian - Ordo Parietales - Ordo Malvales

- praktikum

- Ordo Graniales - Ordo Rutales - Ordo Sapindales - Ordo Apiales

12 Identifikasi, klasifikasi dan

- Ketepatan menjelaskan 15% penamaan Sub Classis

- Teaching learning

Mahasiswa mampu

tentang ciri-ciri, tatanama Sympetalae

- collaborative

-Menjelaskan tentang ciri-ciri,

dan klasifikasi sub classis - Ordo Asterales

learning

tatanama dan klasifikasi sub

- Contextual

classis Sympetalae

Sympetalae

- Ordo Rubiales

- Kerjasama tim, - Ordo Apocynales

instruction

kedisiplinan dan ketelitian - Ordo Solanales

- presentasi tgs

- praktikum

- Ordo Cucurbitales

13 s/d 15 Identifikasi, klasifikasi dan

- Ketepatan menjelaskan 15% penamaan Classis Monokotil

- Teaching learning

Mahasiswa mampu:

tentang ciri-ciri, tatanama - Ordo Alismatales

- collaborative

Menjelaskan tentang ciri-ciri,

dan klasifikasi Classis - Ordo Bromeliales

learning

tatanama dan klasifikasi

- Contextual

Classis Monokotil

Monokotil

- Kerjasama tim, - Ordo Cyperales

- Ordo Liliales

instruction

kedisiplinan dan ketelitian - Ordo Poales

- presentasi tgs

- praktikum

- Ordo Zingiberales - Ordo Arecales - Ordo Pandanales - Ordo Orchidales

UJIAN AKHIR SEMESTER

DOSEN PENGASUH MATA KULIAH SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI:

1. Dr .Juhriah, M.Si.

2. Dr. Sri Suhadiyah, M.Agr

3. Dr. Elis Tambaru, M.Si

4. Dr. A. Masniawati, S.Si, M.Si

BAB II RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI DAN SISTEM KLASIFIKASI

II.1. PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ruang lingkup

Sistematika Tumbuhan Tinggi dan Sistem klasifikasi

STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning,

II.2. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SISTEMATIKA TUMBUHAN TINGGI

Sistematika tumbuhan adalah ilmu yang berkaitan sangat erat dengan taksonomi tumbuhan. Sistematika tumbuhan lebih banyak mempelajari hubungan tumbuhan dengan proses evolusinya, namun dalam mata kuliah Sistematika Tumbuhan Tinggi ini ruang lingkupnya mencakup identifikasi, tatanama dan klasifikasi objek yaitu tumbuhan Divisio Spermatophyta.

Sistematika ataupun taksonomi tumbuhan adalah salah satu cabang ilmu yang telah dipelajari sejak jaman purba, karena manusia purba waktu itu telah mengelompokkan beratus-ratus tumbuhan disekitar mereka misalnya untuk pangan, obat-obatan, tanaman serat, dan lain-lain. Setelah manusia berkembang menjadi kelompok-kelompok suku dengan masing-masing bahasanya dan telah dikenalnya bahasa tulisan, maka hasil pengelompokan tumbuhan yang mereka buat menjadi tercatat. Adanya catatan tersebut dan bertambahnya pengetahuan mereka maka ilmu tentang tumbuhan bertambah banyak dari generasi ke generasi berikutnya.

Pengelompokan secara sederhana berdasarkan kegunaan dan bahayanya (tumbuhan beracun) ini, merupakan awal dari ilmu taksonomi dan sistematika tumbuhan saat ini. Ilmu ini berkembang menjadi ilmu yang sangat kompleks dengan memperhatikan prihal pengelompokan alami dan memberi nama pada setiap kelompok.

Para ilmuan yang berkecimpung dalam bidang biokimia, ekologi, fisiologi tentang tumbuhan selalu membutuhkan nama tumbuhan yang digunakannya. Oleh karena itu Para ilmuan yang berkecimpung dalam bidang biokimia, ekologi, fisiologi tentang tumbuhan selalu membutuhkan nama tumbuhan yang digunakannya. Oleh karena itu

Taksonomi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari keanekaragaman tumbuhan baik identifikasinya, namanya, klasifikasi dan evolusinya. Taksonomi berasal dari kata Yunani yaitu taxis yang berarti susunan, dan nomos yang berarti hukum. Kata takson (jamak= taksa) diartikan sebagai kesatuan kelompok seperti divisi, kelas, ordo, famili genus, spesies dan lain-lain.

Taksonomi tumbuhan dapat pula didefinisikan sebagai studi dan pertelaan dalam hal variasi tumbuhan, penelitian tentang sebab dan konsekuensi dari variasi dan memanipulasi data-datanya sehingga didapatkan sistem klasifikasi, karena itulah taksonomi tumbuhan sering juga disebut sistematika tumbuhan. Pada kenyataannya kedua istilah tersebut biasa dianggap sinonim, akan tetapi bebarapa ilmuan menganggap bahwa sistematika tumbuhan mempunyai pengertian yang lebih luas semenatar ilmuan lain berpendapat sebaliknya.

Klasifikasi tumbuhan adalah penempatan tumbuhan dalam kelompok-kelompok yang mempunyai persamaan karakter dan ditata dalam suatu sistem. Setiap spesies tumbuhan yang mirip satu sama lain ditempatkan pada satu genus. Setiap genus yang mirip satu sama lain ditempatkan dalam satu famili, demikian seterusnya. Klasifikasi ini akan menghasilkan hierarki yang berurutan atau kategori seperti : spesies, genus, famili, ordo, dan seterusnya.

Identifikasi atau determinasi adalah pengenalan beberapa ciri tumbuhan seperti bunga, buah, daun dan batang suatu spesies dan membandingkannya dengan spesies tumbuhan yang ciri-cirinya telah diketahui. Jika tumbuhan yang dibandingkan dengan spesies yang telah diketahui tersebut walaupun memang mirif tetapi tidak sama berarti itu adalah spesies yang lain. Tata nama adalah aturan pemberian nama tumbuhan di dalam taksa dengan sistem yang telah diatur dalam International Code of Botanical Nomenclature (ICBN) = Kode Internasional TatanamaTumbuhan (KITT)

Sasaran mempelajari Sistematika/Taksonomi Tumbuhan Tinggi:

a. Mempelajari tumbuhan disuatu daerah atau di dunia mengenai macamnya, namanya, perbedaan dan persamaannya, tempat tumbuhnya, serta hubungannya dengan penelitian botani lainnya a. Mempelajari tumbuhan disuatu daerah atau di dunia mengenai macamnya, namanya, perbedaan dan persamaannya, tempat tumbuhnya, serta hubungannya dengan penelitian botani lainnya

c. Mempelajari sistem klasifikasi yang logis dan universal

d. Mempelajari evolusi berbagai jenis tumbuhan

2.3. FASE PERKEMBANGAN SISTEMATIKA/TAKSONOMI TUMBUHAN

a. Fase eksplorasi dan penemuan Ilmu ini pada awalnya timbul karena adanya inventarisasi tumbuhan di dunia. Aktivitas ini dimulai sejak jaman purba, akan tetapi aktivitas paling menonjol sekitar tahun 1400 yaitu saat orang-orang Eropa Barat mengadakan pelayaran menjelajahi pulau-pulau di berbagai penjuru dunia untuk mendapatkan bahan rempah. Puncak kegiatan eksplorasi botani terjadi pada akhir tahun 1800, walaupun kegiatan tersebut masih dilakukan orang sampai saat ini terutama di daerah tropika.

Material yang didapatkan dari hasil ekspedisi awal ini telah dikirim kepada para ahli botani di Eropa untuk diteliti dan diberi nama. Pada akhir tahun 1700 sampai awal tahun 1800, para ahli botani dibanjiri oleh material tumbuhan yang ditemukan untuk diteliti. Tumbuhan koleksi tersebut kemudian di-pres dan dikeringkan yang selanjutnya disebut sebagai herbarium. Para ahli botani kemudian saling tukar menukar herbarium untuk diteliti lebih intensif dan beberapa dari herbarium tersebut dikumpulkan pada pusat herbarium termashur.

Pada akhir tahun 1800 banyak terdapat pusat penelitian botani yang telah mantap baik di Eropa maupun di Amerika Utara. Herbarium yang dimilikinya bertambah dengan pesat yang berasal dari berbagai daerah di dunia. Pada fase ini banyak spesies tumbuhan yang telah diteliti, diberi nama, dan diklasifikasikan dalam genera atau famili untuk yang pertama kalinya. Flora atau tumbuhan yang berasal dari suatu daerah dapat diketahui dari hasil penelitian herbarium.

b. Fase sintesis Klasifikasi pada fase ini dilakukan berdasarkan data morfologi dan antomi, yang dilihat dari herbarium atau di laboratorium. Para ahli botani pada fase ini melakukan pengamatan dan penelitian yang lebih mendalam tentang ciri-ciri tiap taksa. Taksonomi/sistematika dengan klasifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi dan anatomi ini biasa disebut Taksonomi/sistematika klasik. Masa berlangsungnya fase sintesis ini dimulai pada akhir tahun 1800 hingga sekarang.

c. Fase penelitian/ Taksonomi Penelitian/ Biosistematika Taksonomi yang klasifikasinya berdasarkan pada penelitian. Biosistematika dapat pula dikatakan sebagai studi taksonomi organisme dilihat dari segi populasinya bukan dari segi individunya, serta penelitian proses evolusi yang terjadi di alam dari populasi tersebut. Bidang-bidang yang diteliti untuk maksud tersebut meliputi bidang genetika, sitologi dan aspek ekologi dari suatu populasi di lapangan atau di kebun poercobaan. Penelitian demikian saat ini masih dilakukan orang terus menerus terutama di Eropa Barat, Amerika Utara, Rusia, Australia, Selandia Baru dan Jepang.

Penelitian proses evolusi dari suatu populasi dapat dilihat dari adanya kemungkinan terjadinya proses hibridisaasi dari populasi tersebut secara alami. Apabila proses hibridisasi ini terjadi, maka pada akhirnya akan dijumpai yang menyimpang dari induknya. Berbagai macam informasi yang didapat dari hasil penelitian spesies-spesies dari suatu populasi di dalam hal kandungan unsur kimia, bentuk sel, jumlah kromosom,, morfologi dan lain-lain akan melengkapi perbendaharaan pengetahuan mengenai spesies- spesies tersebut, dan dapat pula dilihat apakah diantara spesies-spesies tersebut ada hubungan satu dengan lainnya terutama bagi spesies-spesies yang berasal dari satu genus

Fase penelitian ini didasarkan pada kombinasi data yang digunakan untuk menginterpretasikan evolusi atau keeratan keluarga (phylogeni), dimulai sejak timbulnya teori evolusi dari Charles Darwin pada pertengahan abad XIX hingga sekarang. Disamping itu dengan banyaknya penelitian dan majunya teknologi, maka saat ini telah timbul berbagai cabang ilmu taksonomi seperti kemotaksonomi, yaitu taksonomi yang didasarkan pada data kimianya. Sitotaksonomi yaitu taksonomi yang didasarkan pada data kromosomnya. Taksonomi numerik yaitu taksonomi yang didasarkan pada data numeriknya dan untuk pelaksanaannya digunakan komputer.

II.4. RELEVANSI DENGAN LAPANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN ILMU LAIN

Pada saat ini ilmu tentang identifikasi, pemberian nama dan klasifikasi tumbuhan merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan di lapangan. Pada bidang pertanian, terutama bagi pemulia tanaman yang akan meningkatkan potensi ekonomi suatu jenis tanaman, memerlukan tumbuhan liar yang dianggap paling dekat hubungan kekeluargaannnya dengan jenis tumbuhan tersebut diatas. Tumbuhan liar mempunyai beberapa sifat unggul yang diperlukan oleh para pemulia tanaman untuk memperbaiki mutu tanamannya. Sifat- Pada saat ini ilmu tentang identifikasi, pemberian nama dan klasifikasi tumbuhan merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan di lapangan. Pada bidang pertanian, terutama bagi pemulia tanaman yang akan meningkatkan potensi ekonomi suatu jenis tanaman, memerlukan tumbuhan liar yang dianggap paling dekat hubungan kekeluargaannnya dengan jenis tumbuhan tersebut diatas. Tumbuhan liar mempunyai beberapa sifat unggul yang diperlukan oleh para pemulia tanaman untuk memperbaiki mutu tanamannya. Sifat-

Aktifitas para ahli taksonomi merupakan dasar dari semua ilmu biologi lain karena ilmu taksonomi erat kaitannya dengan pelaksaan inventarisasi tumbuhan, identifikasi, pemberian nama dan klasifikasinya. Para ahli taksonomi mempunyai tanggungjawab yang berat kepada masyarakat ilmu-ilmu lainnya, karena harus dapat menyajikan nama dan klasifikasi yang benar atas tumbuhan yang dibutuhkan orang. Nama dan klasifikasi tumbuhan besar manfaatnya bagi mereka yang mepelajari ilmu ekologi, kimia, pemuliaan tanaman, farmakologi, hortikultura, kehutanan dan lain-lain.

Manusia berkomunikasi antara satu dengan lainnya untuk mengemukakan masalah tumbuhan. Hal ini dengan sendirinya membutuhkan nama tumbuhan tersebut agar mudah dimengerti. Pemberian nama tersebut merupakan tugas para ahli taksonomi. Nama umumnya diberikan dalam bentuk nama ilmiah karena nama lokal atau nama daerah sangat bervariasi. Nama ilmiah tumbuhan kadang-kadang sulit dimengerti dan kurang menarik bagi orang awam, namun demikian nama ilmiah sudah diakui secara international karena proses pemberian nama atau perubahan nama tidak dapat dilakukan dengan cara sembarangan, tetapi harus mengikuti aturan yang berlaku secara internasional pula.

Klasifikasi berubah dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan banyaknya penemuan-penemuan baru. oleh karena itu banyak juga nama tumbuhan yang lama diubah menjadi nama baru. Klasifikasi khusus untuk tanaman budidaya sulit dibuat karena masih banyak variasinya. Informasi tumbuhan liar yang erat hubungannnya dengan tanaman budidaya perlu dikemukakan agar suatu saat mungkin diperlukan bagi pengembangan tanaman budidaya.

Inventarisasi tumbuhan di daerah tropika sangat diperlukan dan hal ini merupakan tantangan bagi ahli taksonomi sebelum ekosistemnya rusak sebagai akibat perkembangan daerah pertanian dan pemukiman. Banyak tumbuhan hutan hujan tropis yang belum diketahui nama dan klasifikasinya telah musnah karena peningkatan kebutuhan dan aktifitas manusia. Hilangnya spesies-spesies tersebut maka hilang pula kemungkinan dan kesempatan untuk memperbaiki mutu salah satu tanaman budidaya yang ada sekarang.

Taksonomi/sistematika tergantung pada banyak ilmu lain, demikian juga sebaliknya ilmu-ilmu lain banyak tergantung pada ilmu taksonomi/sistematika seperti:

Morfologi yaitu ilmu yang mempelajari struktur luar organ vegetatif dan reproduktif tumbuhan, memegang peranan penting dalam penggolongan taksa atau klasifikasi tumbuhan. Anatomi yaitu ilmu yang meliputi sitologi, histologi struktur vegetatif dan reproduktif tumbuhan , banyak membantu dalam menentukan golongan tumbuhan. Embriologi yang mempelajari perkembangan sel telur sampai pembuahan pada tumbuhan. Ilmu ini juga banyak membantu dalam menentukan derajat keeratan kekeluargaan taksa tumbuhan. Genetika ilmu yang mempelajari sifat-sifat yang diturunkan, letak faktor sifat, kromosom dan lain-lain. Ilmu ini membantu dalam menentukan penggolongan taksa. Fisiologi atau ilmu faal banyak membantu dalam menentukan taksa tumbuhan. Evolusi mempelajari perkembangan organism dari yang paling sederhana sampai yang modern/kompleks. Palaeobotani ilmu tentang tumbuhan purba yang pada saat sekarang telah punah. Fosil-fosil yang didapatkan dapat membantu para ahli untuk menghubungkan kekeluargaan dengan tumbuhan yang hidup sekarang. Ekologi ilmu yang mempelajari hubungan antara tumbuhan dan berbagai faktor lingkungan tempat tumbuhnya seperti tanah, iklim, organisme hidup serta modifikasi bentuk dan fungsi yang memungkinkan tumbuhan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Fitogeografi yaitu ilmu tentang penyebaran tumbuhan di dunia. Berdasarkan sejarah populasi tumbuhan, asal dan penyebarannya dapatlah ditarik kesimpulan tentang keeratan pertalian kekeluargaannya. Palinologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang spora dan tepung sari. Ini sangat membantu dalam penggolongan taksa tumbuhan berdasarkan tanda-tanda yang ada pada spora maupun tepung sari.

II.5. SISTEM KLASIFIKASI TUMBUHAN

Pada saat ini klasifikasi tumbuhan di dunia masih terus mengalami perubahan berdasarkan pada penemuan-penemuan baru. Klasifikasi tersebut antara lain dibuat oleh Robert Torne (1976), dari Amerika, Armen Takhtajan (1969) dari Rusia dan Arthur Cronquist (1968) dari Amerika. Ketiga ahli tersebut membuat klasifikasi tumbuhan mengikuti sistem yang dibuat oleh Bessey.

Sistem klasifikasi tumbuhan berdasarkan sejarah perkembangannya dapat dikelompokkan dalam empat golongan yaitu berdasarkan bentuk, buatan, alami dan phylogenetik. Disamping keempat golongan ini, bagi manusia prasejarah dan para tabib menggolongkan tumbuhan berdasar pada penggunaannya. Beberapa contoh klasifikasi dari keempat golongan tersebut adalah: Sistem klasifikasi tumbuhan berdasarkan sejarah perkembangannya dapat dikelompokkan dalam empat golongan yaitu berdasarkan bentuk, buatan, alami dan phylogenetik. Disamping keempat golongan ini, bagi manusia prasejarah dan para tabib menggolongkan tumbuhan berdasar pada penggunaannya. Beberapa contoh klasifikasi dari keempat golongan tersebut adalah:

Sifat : pohon, perdu, semak Umur : setahun, dua tahun, tahunan Bunga majemuk : terbatas, tidak terbatas Perlekatan tajuk bunga: polypetalus, gamopetalus

b. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Buatan Sistem klasifikasi berdasarkan sistem buatan adalah klasifikasi berdasar pada bentuk organ kelamin tumbuhan. Sistem ini dibuat oleh C. Linnaeus dengan maksud untuk memudahkan identifkasi tumbuhan yang diamati. Sistem ini pertama kali dimuat dalam buku Hortus uplandicus (1732) yang kemudian diperluas pada buku Genera Plantarum (1737). Pada sistem ini Linnaeus membagi tumbuhan dalam 24 klas berdasar jumlah dan panjang benang sari (stamen) sebagai berikut:

1. Klas Monandria. Benang sari satu. Contoh pada genus Lemna, Scirpus

2. Klas Diandria. Benang sari dua. Contoh pada genus veronica, Salvia

3. Klas Triandria. Benang sari tiga. Contoh pada genus iris, Sisyrinchium

4. Klas Tetra Andria. Benang sari empat. Contoh pada genus Mentha, Ulmus dan Cornus

5. Klas Pentandria. Benang sari lima. Contoh pada genus Primula

6. Klas Hexandria. Benang sari enam. Contoh pada genus Myosotis

7. Klas Heptandria. Benang sari tujuh. Contoh pada genus Aesculus

8. Klas Oktandria. Benang sari delapan. Contoh pada genus Fagopyrum

9. Klas Enneandria. Benang sari sembilan. Contoh pada genus Rheum,Ranunculus

10. Klas Decandria. Benang sari sepuluh. Contoh pada genus Acer, Kalmia

11. Klas Dodecandria. Benang sari sebelas sampai sembilan belas. Contoh pada genus Euphorbia

12. Klas Icosandria. Benang saridua belas atau lebih dan episepalus. Contoh pada genus Rosa, Rubus

13. Klas Polyandria. Benang sari 20 atau lebih dan melekat pada sumbu. Contoh pada genus Tilia, Papaver dan Nymphaea

14. Klas Didynamia. Benang sari didynamous. Contoh pada genus Linaria, Linnaea

15. Klas Tetradynamia. Contoh pada semua anggota Cruciferae

16. Klas Monodelphia. Contoh pada anggota familia Malvaceae dan Graniaceae

17. Klas Diadelphia, Contoh pada genus Lathyrus, Trifolium

18. Klas Polyadelphia. Contoh pada genus Hypericum

19. Klas Syngenesia. Contoh pada genus Lobella , Viola dan anggota familia Compositae

20. Klas Gynandria. Gynoecium dan Androecium bersatu. Contoh pada anggota familia Orchidaceae

21. Klas Monoecia. Berumah satu. Contoh pada genus Typha, Quercus dan Thuja

22. Klas Dioecia. Berumah dua. Contoh pada genus Salix, Urtica

23. Klas Polygamia. Contoh pada genus Empetrum dan beberapa anggota family Compositae

24. Klas Cryptogamia . \contoh pada semua anggota ganggang, fungi, lumut dan paku- pakuan.

3. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Alami Pada akhir abad ke XIX, pengetahuan tentang tumbuhan semakin banyak. Para ilmuan saat itu menganggap bahwa di alam selain mempunyai organ kelamin tertentu seperti yang dikemukakan oleh Linnaeus, ternyata mempunyai hubungan yang erat diantara mereka. Kemajuan pengetahuan saat ini terutama pengetahuan tentang pelukisan organ-organ tumbuhan dan fungsinya. Beberapa contoh klasifikasi berdasarkan sistem alami yang popular adalah:

a. Sistem klasifikasi de Jussieu, yang tertera pada buku Exposition d’un nouvel orde de plant (1774)

b. Sistem klasifikasi de Candolle yang tertera pada buku Produrmus systematis Naturalis regni vegetabilis (1800)

c. Sistem klasifikasi Bentham dan Hooker, yang tertera pada buku Genera Plantarum (1862-1883)

A. Sistem klasifikasi de Jussieu dengan bagan: Acotyledons (tidak berbiji, tidak berbunga)

Monocotyledons

a. Hypogynous

b. Perigynous b. Perigynous

1. Apetalae (tidak berpetal)

a. Hypoginous

b. Perigynous

c. Epigynous

2. Monopetalae (petal berlekatan jadi satu)

a. Hypogynous

b. Perigynous

c. Epigynous dengan benangsari lepas

d. Epiginous dengan benangsari berlekatan.

3. Polypetalae (petal lepas)

a. Hypogynous

b. Perigynous

c. Epigynous

4. Diclines irregulares (unisexual, tidak bercorolla)

B. Sistem klasifikasi de Candolle dengan bagan sebagai berikut: Vasculares (dengan sistem pembuluh)

A. Exogenae (dengan pertumbuhan keluar/dengan kambium, dicot).

1. Diplochorydeae (dengan calyx dan corolla)

a. Thalmiflorae (chloripetalous dan hypogynous)

b. Calyciflorae (chloripetalous dan peri atau epigynous atau sympetalous dan epigynous)

c. Corolliflorae (sympetalous dan hypogynous)

2. Monoclamydeae (hanya bercalyx)

B. Endopgenae (dengan pertumbuhan kedalam tanpa kambium). Cellulares (tanpa sistem pembuluh)

C. Sistem klasifikasi Bentham dan Hooker dengan bagan : Dicotyledons

1- Polypetalae (corolla tidak berlekatan) a.Thalamiflorae (benangsari hypogynous dan biasanya banyak, tidak mempunyai cawan).

b. Disciflorae (benangsari hupogynous dan mempunyai cawan).

c. Calyciflorae (benangsari perigynous atau epigynous, bakal buah kebanyakan inferior)

2. Gamopetalae (corolla terbagi-bagi sebagian atau seluruhnya berlekatan).

a. Inferae (bakal buah inferior) b.Heteromerae (bakal buah superior, androecium 1 atau 2, karpel kebanyakan lebih dari 2)

c. Bicarpellattae (bakal buah superior, androecium 1, karpel 2)

3. Monochlamydeae (bunga apetalous) Curvembryeae (embrio terputar,ovule kebanyakan 1) Multiovulatae aquaticae (beberapa biji, tumbuh di air)

Multiovulatae terrestres Microembryeae (embrio kecil di dalam endosperm) Daphnales (ovary berkarpel tunggal, ovule tunggal) Achlamydosporeae (bakal buah biasanya inferior, unilocular, ovule 1 - 3) Unisexuales (bunga unisexual) Gymnospermae Monocotyledons Miscropermae (bakal buah inferior, biji kecil) Epigynae (bakal buah biasanya inferior, biji besar) Coronarieae .(bakal buah superior, perianth berwarna) Calycineae (bakal buah superior, perianth berwarna hijau) Nudiflorae (perianth kebanyakan tidak ada, biji albuminous) Apocarpae (putik lebih dari 1 dan terang), Glumaceae (perianth tereduksi, brachtea bersisik dan menyolok

4. Klasifikasi berdasarkan phylogeny. Pada abad ke XIX sejak tercetusnya teori evolusi oleh Darwin, para ilmuan menganggap bahwa organisme hidup yang ada saat ini adalah keturunan organisme masa lalu melalui proses evolusi. Oleh karena itu untuk menyusun klasifikasi tumbuhan mereka memasukkan unsur keturunan dan hubungan kekeluargaan antara tumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya. Beberapa sistem klasifikasi yang popular berdasarkan sistem phylogeny adalah: 4. Klasifikasi berdasarkan phylogeny. Pada abad ke XIX sejak tercetusnya teori evolusi oleh Darwin, para ilmuan menganggap bahwa organisme hidup yang ada saat ini adalah keturunan organisme masa lalu melalui proses evolusi. Oleh karena itu untuk menyusun klasifikasi tumbuhan mereka memasukkan unsur keturunan dan hubungan kekeluargaan antara tumbuhan satu dengan tumbuhan lainnya. Beberapa sistem klasifikasi yang popular berdasarkan sistem phylogeny adalah:

A. Thallophyters

B. Bryophytes.

1. Hepaticeae.

2. Musci.

C. Pteridophytes.

1. Equisetineae.

2. Lycopodineae.

3. Filicinae. Phanerogamae

A. Angiospermae: Monocotyledonneae, Dicotyledoneae.

B. Gymnospermae.

b. Sistem klasifikasi Adolph Engler dan Karl Prantl, yang tertera pada buku Die Naturlichen phflanzenfamilien (1887-1889), dengan bagan sebagai berikut: Myxothallophyta Euthallophyta Embryophyta asiphonogama

1. Bryophyta

2. Pteridophyta Embryophyta siphonogama

1. Gymnospermae

2. Angiospermae:

a. Monocotyledoneae

b. Dicotyledoneae bl. Archychlamydeae (tanpa perinth/hanya calyx/ calyx dan petal lepas: - chorypetalae - apetalae b2. Metachlamydeae (dengan calyx dan petal coalescent).

c. Sistem klasifikasi Richard Von Wettstein, yang tertera pada buku Handbuch der Systematichen Botanik (1935). Dengan bagan :

Schizophyta Monodophyta Myxophyta Conjugatophyta Bacillariophyta Phaeophyta Rhodophyta Euthallophyta Cormophyta

1. Archegoniatae

a. Bryophyta

b. Pteridophyta

2. Anthophyta:

a. Gymnos pe rmae

b. Angiospermae bl. Dicotyledoneae: Choripetalae - Monochlamydeae - Dialypetalae Sympetalae b2. Monocotyledoneae

d. Sistem klasifikasi Charles E. Bessey tyercatat dalam buku Evolution and Classification (1894)

Ilmu taksonomi/sistematika tumbuhan mengalami banyak perubahan cepat semenjak digunakannya berbagai teknik biologi molekular dalam berbagai kajiannya. Pengelompokan spesies ke dalam berbagai takson sering kali berubah-ubah tergantung dari sistem klasifikasinya.

Berdasarkan kesepakatan Internasional nama-nama takson tumbuhan berturut-turut dari yang besar ke yang kecil adalah: divisio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa).

Familia (suku), tribus (rumpun), genus (marga), series (seri), species (jenis), varietas (varitas), forma (bentuk). Jika setiap bagian yang lebih kecil pada setiap takson itu diaebut dengan istilah yang sama dengan diberi awalan Sub (anak), maka seluruh tumbuhan dapat memiliki duapuluh lima takson sebagai berikut: Regnum

marga Sub regnum =

Dunia

Genus

anak marga Division

anak dunia

subgenus

seksi Subdivisio

divisi

sectio

anak seksi Classis

anak divisi

subsectio

seri Subclassis

kelas

series

anak seri Ordo

anak kelas

subseries

jenis Subordo

bangsa

species

anak jenis Familia

anak bangsa

subspecies

varitas Subfamilia

suku

varietas

anak varitas Tribus

anak suku

subvarietas =

bentuk Subtribus

rumpun

forma

anak rumpun

subforma

anak bentuk

Individuum =

individu

Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya tidak boleh diubah, sehingga masing-masing istilah itu sekaligus menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki takson tumbuhan artinya menunjukkan kategorinya dalam system klasifikasi.

II.5. TUGAS UNTUK MAHASISWA

Mahasiswa diharuskan membuat makalah tentang sistem klasifikasi dengan membaca dari sumber-sumber buku literatur, materi bahan ajar atau penelusuran melalui internet.

BAB III SUMBER INFORMASI BAGI SISTEMATIKA TUMBUHAN

III.1. PENDAHULUAN: SASARAN PEMBELAJARAN: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang ruang lingkup

Sistematika Tumbuhan Tinggi dan Sistem klasifikasi

STRATEGI PEMBELAJARAN: Teaching learning,

III.2.SUMBER DATA SISTEMATIKA TUMBUHAN Data untuk klasifikasi tumbuhan telah mencakup bidang-bidang studi yang jauh lebih luas dibandingkan dengan sistem klasifikasi alami. Hal ini menyebabkan dibutuhkannya penelitian-penelitian yang mencakup berbagai macam cabang ilmu biologi.

Pada saat ini telah banyak diketemukan teknologi baru untuk memperoleh data yang sangat diperlukan oleh para ahli taksonomi. Data seperti: jumlah kromosom, bentuk tepung sari, bentuk stomata, unsur yang terbentuk dari proses metabolisme sekunder, rangkaian asam amino dalam protein, dan Iain-lain yang memerlukan alat dan dana khusus, Informasi yang penting untuk setiap ahli taksonomi adalah berbeda-beda. DAVIS dan HEYWOOD (1936) mengemukakan yang penting adalah: morfologi dan anatomi, sitologi dan fitokimia. BENSON (1962) mengemukakan yang penting adalah: studi herbarium, observasi lapangan, morfologi secara mikroskopis, paleobotani, biogeografi, kimia, ekologi dan sitogenetik. SNEATH dan SOKAL (1973) mengemukakan yang pen- ting adalah : anatomi dan morfologi, fisiologi dan kimia, ekologi dan geografi. Pada buku ajar ini dikemukakan beberapa sumber informasi/data bagi sistematika tumbuahan seperti: Informasi struktur, informasi kimia, informasi kromosom dan informasi sistem penangkaran

III.3. INFORMASI STRUKTUR Struktur tumbuhan meliputi: morfologi dan anatomi, reproduksi dan vegetatif, tumbuhan saat ini dan fosil (neobotany dan paleobotany), perkembangan dan kematangan. Secara garis besar struktur tumbuhan yang sering digunakan orang untuk menyusun klasifikasi tumbuhan adalah sebagai berikut:

a. Struktur Reproduktif dan Vegetatif Tumbuhan Struktur reproduksi dan vegetatif adalah informasi tertua yang digunakan para ahli a. Struktur Reproduktif dan Vegetatif Tumbuhan Struktur reproduksi dan vegetatif adalah informasi tertua yang digunakan para ahli

Berdasakan cir-ciri bunga, dapatlah dikelompokan ciri-ciri taksa secara umum ; artinya ciri suatu taksa membutuhkan beberapa ciri-ciri bunga tertentu, sedangkan taksa yang lain membutuhkan ciri-ciri lainnya. Sebagai contoh : pada famili Ranunculaceae, ciri- ciri daun penumpu, kelopak dan mahkota adalah ciri-ciri utama untuk membedakan taksa dibawahnya. Pada famili-famili lain seperti Asteraceae (Compositae) dan Poaceae (Graminae) adalah : karangan bunga, daun penumpu dan tipe bunga. Pada familia Fabaceae adalah benang sari dan dinding buah; pada familia Scrophulariaceae dan Lamiaceae adalah corolla dan benang sari; Pada klasifikasi tumbuhan dalam skala besar, ciri-ciri buah dan biji kurang besar peranannya, kecuali hanya untuk beberapa taksa. Pada famili Carryophyllaceae, biji merupakan ciri penting untuk membedakan tribe dan generanya, sedangkan pada familia lainnya tidak.

Pada tumbuhan tingkat tinggi, ciri-ciri vegetatifnya lebih banyak mirip antara satu dengan lainnya, Pada tumbuhan yang tidak ada hubungannya, misalnya tumbuhan berbentuk pohon, herba dan semak; daun majemuk menyirip, menjari dan lain-lain. Sebagai contoh: daun pada genus Acer dan Plotanus sangat mirip bentuknya padahal kedua genus tersebut berasal dari famili yang sangat jauh hubungannya. Banyak sekali ciri vegetatif yang mirip satu dengan lainnya padahal berasal dari taksa yang sangat jauh berbeda. Oleh karena itu ciri-ciri vegetatif dipergunakan seperlunya saja, dan biasanya digunakan sebagai ciri kelompok, misalnya: berbentuk herba, berbentuk pohon dan Iain- lain. Ciri-ciri bentuk tum-buhan biasanya konstan dalam satu genus atau familia, meskipun ada yang tidak. Familia Cruciferae seluruh anggotanya berbentuk herba, sedangkan familia Compositae anggotanya ada yang berkayu dan ada yang berbentuk herba. Familia atau genera yang anggotanya sebagian dari daerah tropika dan sebagian lagi dari daerah subtropika biasanya ada yang berkayu dan ada yang berbentuk herba.

Struktur vegetatif lain yang sering digunakan dalam klasifikasi tumbuhan antara lain: .bentuk batang, bentuk daun, tulang daun, dan tepi daun. Bentuk batang yang menyimpang dari bentuk umum, yaitu berupa struktur yang berada di bawah permukaan Struktur vegetatif lain yang sering digunakan dalam klasifikasi tumbuhan antara lain: .bentuk batang, bentuk daun, tulang daun, dan tepi daun. Bentuk batang yang menyimpang dari bentuk umum, yaitu berupa struktur yang berada di bawah permukaan

Daun mempunyai nilai yang cukup tinggi dalam klasifikasi tumbuhan. Beberapa anggota tumbuhan berbunga tidak mempunyai daun, sedang anggota yang lain mempunyai daun dengan berbagai bentuk. Daun yang dari satu tangkai daun hanya terdiri dari satu helai daun disebut sebagai daun tunggal, sedangkan yang lebih dari satu helai daun disebut daun majemuk. Pada beberapa taksa, daun tidak mempunyai tangkai daun dan untuk daun yang demikian ini disebut daun duduk atau sessila. Pada buku tempat tangkai daun melekat kadang-kadang terdapat bentuk tambahan yang mirip daun atau selaput dan disebut daun penumpu atau stipula. Bentuk stipula bervariasi. Pada beberapa tumbuhan seperti rerumputan atau tetekian, bagian pangkal daun melebar dan menyelimuti batang yang disebut pelepah. Ada rerumputan, pada tempat pertautan antara pelepah dan helai daun, terdapat bentuk lidah daun atau ligula. Bentuk daun majemuk untuk berbagai spesies tumbuhan sangat bervariasi

Daun yang melekat pada batang biasanya dalam kedudukan tertentu yaitu : (1) berseling atau alternate, (2) berhadapan atau opposite, dan (3) melingkar atau whorled, bila dalam satu buku terdapat lebih dari tiga helai daun.

Walaupun secara keseluruhan ukuran helai daun kemungkinan di pengaruhi oleh Walaupun secara keseluruhan ukuran helai daun kemungkinan di pengaruhi oleh

Setiap spesies tumbuhan mempunyai bentuk tepi daun yang berbeda-beda, meskipun ada juga beberapa yang mempunyai bentuk tepi daun yang sama. Variasi struktur vegetatif pada tumbuhan memang tidak sebanyak struktur reproduktifnya, sehingga didalam klasifikasi tumbuhan tidak begitu besar peranannya. Akan tetapi ada juga kekecualiannya misal pada genus Ulmus, bunga dan buahnya tidak banyak variasinya sehingga pembagian spesiesnya sangat tergantung pada bentuk daunnya; demikian juga pada genus Quercus, dan Betula.

b. Struktur Anatomi Penggunaan ciri-ciri anatomi tumbuhan dalam taksonomi baru berjalan lebih kurang 100 tahun, setelah diketemukannya mikroskop berkekuatan tinggi. Penelitian dengan penggunaan mikroskup ini menjadi lebih jelas dan meyakinkan, terutama pada ciri- ciri yang meragukan apabila dilihat dengan mata telanjang. Revolusi penggunaan anatomi tumbuhan untuk klasifikasi berjalan selama lebih kurang 30 tahun.

Prinsip-prinsip struktur anatomi dapat digunakan untuk klasifikasi adalah: (1) bentuk anatomi mempunyai kaitan si-fat dengan ciri-ciri lainnya, (2) ciri-ciri anatomi harus di kombinasikan dengan ciri-ciri lainnya, (3) ciri-ciri anatomi condong bermanfaat untuk klasifikasi katagori besar dan kurang bermanfaat bagi katagori di bawah genus. Sejak tahun 1930 telah dilakukan penelitian dan diketahui bahwa evaluasi pada tumbuhan berbunga terjadinya cenderung khusus pada xylem sekundernya

Tumbuhan berbunga yang tidak berpembuluh dianggap lebih primitif. Gambaran perkembangan pembuluh kayu, digabungkan dengan ciri-ciri morfologi lain, digunakan Tumbuhan berbunga yang tidak berpembuluh dianggap lebih primitif. Gambaran perkembangan pembuluh kayu, digabungkan dengan ciri-ciri morfologi lain, digunakan

Variasi pola rambut epidermal atau "trikhoma" mungkin juga dapat digunakan sebagai ciri klasifikasi pada tingkat spesies - genus - familia. Pada familia Combretaceae didapatkan informasi bahwa anatomi trikhoma besar sekali kegunaannya untuk klasifikasi pada semua tingkat dari familia sampai spesies bahkan sampai varietas. Hasilnya dapat memperbaiki klasifikasi khususnya tribe dalam familia dan subgenus dalam genus Combretum. Penelitian beberapa spesies dari genus Vernonia, didapatkan informasi bahwa struktur trikhoma berbeda-beda dalam hal besarnya, bentuknya dan kumpulan sel yang membentuk rambutnya. Pada familia Compositae dan beberapa familia lainnya, trikhoma mempunyai nilai yang cukup tinggi untuk menganalisa beberapa bentuk hibrida yang belum diketahui.

Pada familia Graminae yang bunganya mengalami reduksi sangat besar, sehingga sulit untuk diidentifikasi berdasar ciri-ciri morfologinya, maka identifikasi dapat dilakukan berdasar struktur anatomi dan sitologinya. Ciri-ciri seperti: susunan schlerenchyma, susunan serta bentuk ikatan pembuluh, perbedaan panjang pendek sel-sel epidermal, bentuk dan penyebaran silikat, serta bentuk trikhoma, berperanan sangat penting untuk meninjau kembali klasiflkasi familia Graminae dari subfamilia sampai spesies. Salah satu Pada familia Graminae yang bunganya mengalami reduksi sangat besar, sehingga sulit untuk diidentifikasi berdasar ciri-ciri morfologinya, maka identifikasi dapat dilakukan berdasar struktur anatomi dan sitologinya. Ciri-ciri seperti: susunan schlerenchyma, susunan serta bentuk ikatan pembuluh, perbedaan panjang pendek sel-sel epidermal, bentuk dan penyebaran silikat, serta bentuk trikhoma, berperanan sangat penting untuk meninjau kembali klasiflkasi familia Graminae dari subfamilia sampai spesies. Salah satu

Diantara bentuk khusus pada tumbuhan yang sering digunakan sebagai dasar klasifikasi adalah bentuk sel penjaga atau guard cell dan sel tetangga atau subsidiary cell pada stomata. Diduga salah satu ciri yang sangat membedakan subklas dari monokotil adalah kedudukan kedua sel tersebut di atas.. Terdapat 31 bentuk pola kedua sel tersebut yang terdapat pada tumbuhan berpembuluh secara keseluruhan termasuk Pteridophyta, perbedaan tipe-tipe tersebut umumnya bervariasi pada katagori besar. Pada familia Acanthaceae, stomatanya anomacytic. Diantara familia Combretaceae, stomata pada subfamilia Strephonnematoideae adalah paracytic, sedangkan pada subfamilia Combretoidae adalah anomocytic. Pada suatu tumbuhan kadang-kadang dijumpai lebih dari satu bentuk stomata. Pada genus Streptocarpus dari familia Gesneriaceae, stomata pada kotiledonnya berupa anomocytic. Pada genus Lippia nodiflora dari familia Verbenaceae, dalam satu daun terdapat bentuk stomata anomocytic, anisocytic, diacytic, dan paracytic.

III.4 INFORMASI KIMIA Kemotaksonomi tumbuhan, kemosistematik, taksonomi kimia tumbuhan, sistematik kimia tumbuhan atau fitokimla adalah nama yang diberikan untuk ilmu taksonomi tumbuhan yang didasarkan pada kandungan unsur kimianya . Ilmu ini berkembang dengan cepat, yang menggambarkan penggunaan unsur kimia yang terkandung dalam tumbuhan sebagai bahan untuk memlengkapi klasifikasi tumbuhan. Ilmu ini baru timbul sebagai ilmu yang menonjol sejak lebih kurang tahun 1960, dengan dua buah pemikiran: (1) ilmu kemotaksonomi yang me-rupakan pembaharuan dari ilmu III.4 INFORMASI KIMIA Kemotaksonomi tumbuhan, kemosistematik, taksonomi kimia tumbuhan, sistematik kimia tumbuhan atau fitokimla adalah nama yang diberikan untuk ilmu taksonomi tumbuhan yang didasarkan pada kandungan unsur kimianya . Ilmu ini berkembang dengan cepat, yang menggambarkan penggunaan unsur kimia yang terkandung dalam tumbuhan sebagai bahan untuk memlengkapi klasifikasi tumbuhan. Ilmu ini baru timbul sebagai ilmu yang menonjol sejak lebih kurang tahun 1960, dengan dua buah pemikiran: (1) ilmu kemotaksonomi yang me-rupakan pembaharuan dari ilmu

Asal mula timbulnya ilmu kemotaksonomi dimulai pada saat manusia mengetahui bahwa berbagai tumbuhan mempunyai kegunaan tertentu bagi manusia misalnya untuk obat, racun, stimulan, pemyedap, gula, dan sebagainya, belumlah diketahui unsur apa yang terkandung didalamnya.