Kewenangan Pembentukan Keputusan Gubernur Jambi
A. Kewenangan Pembentukan Keputusan Gubernur Jambi
Dibentuknya suatu produk hukum Provinsi Jambi khususnya Keputusan Gubernur Jambi tentu didasari dan diikuti dengan suatu dasar yuridis yang kuat. Adanya suatu amanat dari peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi untuk membentuk suatu produk hukum daerah sesuai dengan Pasal 18 ayat (6)
UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa “Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantu ”.
Dengan adanya amanat tersebut di atas, tentunya di dalam pembentukan suatu Keputusan Gubernur Jambi tidak akan lepas dari kewenangan yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Disampaikan oleh Imam Perdana Sumapra bahwa,
“dasar kewenangan lahirnya Keputusan Gubernur Jambi didasari oleh perintah, baik itu perintah PERDA/PERGUB, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi secara heilarki. Kewenangan membentuk Keputusan Gubernur Jambi selanjutnya didasari oleh suatu
pemberian delegasi”. 83
Berkolerasi dari keterangan yang disampaikan oleh Imam Perdan Sumapra, Affandi memberikan suatu pemahan secara lebih konkrit bahwa, “untuk
83 Wawancara dengan Imam Perdana Sumapra, Kabag Perundang-undangan Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, jambi, tanggal 12 Januari 2016.
menetapkan akibat dari norma yang bersifat pengaturan harus dibentuknya suatu keputusan yang bersifat penetapan”. 84
Dalam pembentukan Keputusan Gubernur Jambi, diketahui secara jelas pada Pasal 52 ayat (1) PERMENDGRI No. 1 Tahun 2014 bahwa, “pimpinan
SKPD menyusun keputusan kepala daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya”. Disampaikan oleh Imam Perdana Sumapra bahwa,
“dikarenakan di dalam pemebentukan suatu keputusan didelegasikan atau dilimpahkan oleh gubernur kepada setiap pimpinan SKPD, maka pimpinan SKPD memiliki suatu kewenangan untuk membentuk surat keputusan tersendiri di dalam hal menyusun suatu mekanisme seperti program-program kerja yang akan dilaksanakan oleh setiap SKPD
secara internal dengan membentu Keputusan Kepala SKPD” 85 Terkait yang disampaikan oleh Imam Perdana Sumapra yang tertulis di atas, Affandi memberikan suatu keterangan lebih lanjut bahwa,
“Keputusan Gubernur akan dibentuk apabila SKPD tersebut tidak memiliki kesanggupan di dalam membentukeputusan tersebut yang dikarenakan menyangkut terhadap eksternal dari SKPD tersebut. Pada hakikatnya Keputusan Gubernur Jambi akan dibentuk salah satunya jika menyangkut program yang di dalam mekanisme pelaksanannya
dilaksakan oleh lebih dari satu instansi SKPD”. 86
Ada beberapa pihak yang berwenang di dalam mekanisme pembentukan Keputusan Gubernur Jambi. Di sampaikan oleh M. Jaelani bahwa beberapa pihak tersebut ialah:
84 Wawancara dengan Affandi, Kasubag Rancangan Hukum Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 11 Januari 2016.
85 Wawancara dengan Imam Perdana Sumapra, Kabag Perundang-undangan Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, jambi, tanggal 12 Januari 2016.
86 Wawancara dengan Affandi, Kasubag Rancangan Hukum Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 11 Januari 2016.
1. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah,
2. Biro Hukum Setda Provinsi Jambi,
3. SEKDA Provinsi Jambi,
4. Gubernur Jambi. 87 Dari beberapa pihak yang terkait di dalam pembentukan Keputusan
Gubernur Jambi. Maka dapat digambarkan alur penetapan Kepala Daerah yang diatur dalam Pasal 52 PERMENDAGRI No. 1 Tahun 2014 sebagai berikut:
Alur Penetapan Keputusan Kepala Daerah
Pimpinan SKPD menyusun draf Keputusan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Draf Keputusan tersebut diajukan kepada Sekretaris Daerah setelah mendapat paraf koordinasi kepala Biro hukum Setda.
Sekretaris Daerah mengajukan rancangan Keputusan kepada kepala daerah untuk mendapat penetapan.
Kepala Daerah menandatangani keputusan.
Penomoran oleh kepala Biro Hukum Setda.
Autentifikasi
Pendokumentasian naskah asli oleh (1) sekretaris daerah, (1) Biro Hukum, dan (1) SKPD pemrakarsa.
87 Wawancara dengan Jaelani, Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 4 September 2015.
Dari alur penetapan Keputusan Kepala Daerah yang tertulis di atas, maka dapat dilihat dengan jelas beberapa pihak yang berperan penting di dalam pembentukan Keputusan Gubernur Jambi sesuai dengan kewenangannya masing- masing. Disampaikan oleh Imam Perdan Sumapra bahwa
“yang terjadi pada alur penetapan Keputusan Gubernur Jambi senyatanya pada masa ini, keputusan tersebut dikoreksi kembali oleh Asisten I Pemerintah Daerah Provinsi Jambi sebelum diajukan kepada Gubernur untuk ditetapkan. Selanjutnya, setelah keputusan tersebut di koreksi oleh Asisten I maka akan diajukan ke Gubernur. Sebelum keputusan tersebut ditetapkan oleh Gubernur, keputusan tersebut dikoreksi kembali oleh Staf
Ahli Gubernur Jambi dan selanjutnya ditetapkan Gubernur Jambi”. 88
Dari sistematika yang diterapkan di atas, penulis berpendapat bahwa sistem koordinasi dalam pembentukan Keputusa Gubernur Jambi yang diterapkan pada saat ini tidah efektif. Sesungguhnya kewenangan dalam pengkoreksian Keputusan Gubernur jambi adalah kewenangan dari Biro Hukum yang dimana fungsi dan tugas Biro Hukum Setda Provinsi Jambi sudah jelas diamanatkan di dalam Pasal 22 ayat (1) dan (2) dan Pasal 23 ayat (2) PERGUB Jambi No. 29 Tahun 2008 bahwa:
(1) Biro hukum mempunyai tugas membantu SEKDA menyiapkan bahan-bahan
penyusunan kebijakan penyelenggaraan dibidang penyusunan perundang-undangan, bantuan hukum serta penegakan Hak Asasi Manusia, Dokumentasi hukum dan pembinaan kebijakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
pembinaan
dan
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), biro hukum mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan pelayanan bantuan hukum dan penegakan Hak Asasi Manusia;
b. Pelaksanaan pelayanan dokumentasi bidang perundang-undangan;
88 Wawancara dengan Imam Perdana Sumapra, Kabag Perundang-undangan Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, jambi, tanggal 12 Januari 2016.
c. Penyiapan bahan penyusunan peraturan perundang-undangan dan telaah hukum, bantuan hukum dan penyidikan pegawai negeri sipil, serta penegakan hak asasi manusia serta pembinaan kebijakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. Pelaksanaan kegiatan Tata Usaha Biro;
e. Pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh atasan. Pasal 23 ayat (2): Bagian perundang-undangan mempunyai fungsi:
a. Melakukan koordinasi eksternal dibidang penyusunan perundang- undangan;
b. Melakukan koordinasi harmonisasi dan sinkronisai rancangan Peraturan Daerah dan rancangan Peraturan Gubernur;
c. Menyiapkan bahan penetapan peraturan daerah dan Peraturan Gubernur;
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Dari amanat PERGUB yang tertulis di atas dan juga pada Pasal 52 PERMENDAGRI No. 1 Tahun 2014 yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat fungsi dan tugas Biro Hukum Setda Provinsi Jambi yang sangat memiliki kewenangan penting dalam verifikasi, harmonisasi dan sinkronisai rancangan produk hukum daerah. Oleh sebab itu, sudah menjadi hal wajar kerap terhambatnya penetapan Keputusan Gubernur tersebut, dikarenakan lambatnya sistem birokrasi yang ada di Pemerintahan Provinsi Jambi.