Prosedur Pembentukan Keputusan Gubernur Jambi

B. Prosedur Pembentukan Keputusan Gubernur Jambi

Kehadiran suatu produk hukum daerah disamping memberikan landasan untuk bertindak bagi pemerintah daerah juga dapat menggambarkan arah kebijaksanaan yang ditempuh untuk terselenggaranya pemerintahan dan pembangunan daerah yang berdaya guna dan berhasil guna.

Untuk terwujutnya suatu produk hukum daerah khususnya Keputusan Gubernur Jambi yang akomodif dan memenuhi rasa keadilan, diperlukan adanya Untuk terwujutnya suatu produk hukum daerah khususnya Keputusan Gubernur Jambi yang akomodif dan memenuhi rasa keadilan, diperlukan adanya

Menurut Imam Perdana Sumapra, “Keputusan Gubernur memiliki sifat konkrit, individual dan final.

Konkrit artinya objek yang diputuskan dalam keputusan tersebut tidak abstrak, tetapi berwujut, tertentu atau dapat ditentukan; Individual artinya keputusan itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju; Final artinya sudah definitif dan karenanya

dapat menimbulkan akibat hukum”. 89

Acuan di dalam pemebentukan Keputusan Gubernur ialah perintah atau amanat dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan keputusan kebijakan. Yang dimaksud keputusan yang mengacu dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi ialah keputusan yang lahir atau dibentuk atas perinatah atau amanat dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Selanjutnya yang dimaksud keputusan yang didasari oleh suatu kebijakan adalah keputusan yang lahir atau dibentuk atas dasar keadaan yang memaksa yang

bersifat urgen. 90 Dalam mekanisme pembentukan Keputusan Gubernur Jambi baik yang

mengacu pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi maupun mengacu pada keputusan kebijakan, wajib untuk tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kepentingan umum, dan Hak Asasi Manusia.

89 Wawancara dengan Imam Perdana Sumapra, Kabag Perundang-undangan Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, jambi, tanggal 12 Januari 2016.

90 Wawancara dengan Jaelani, Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 4 September 2015.

Ada 3 (tiga) standar penting dalam pembentukan suatu keputusan Gubernur, yaitu filosofis, sosiologis, dan yuridis formal. 91

Selanjutnya, ada 7 (tujuh) asas yang harus dicermati di dalam pembentukan Keputusan Gubernur:

1. Kejelasan tujuan;

2. Kelembagaan atau pejabat pembentukan yang tepat;

3. Kesesuai antar jenis, hierarki, dan materi muatan;

4. Dapat dilaksanakan;

5. Kedayagunaan dan kehasilgunan;

6. Kejelasan rumusan; dan

7. 92 Keterbukaan

Dikatakan oleh Affandi bahwa “ada 2 (dua) tahapan sebelum Keputusan Gubernur Jambi dibentuk:

1. SKPD pengusul harus membuat Nota Dinas yang dituju kepada Gubernur Jambi dengan perihal permohonan pembentukan Keputusan Gubernur Jambi;

2. Gubernur Jambi memberikan Disposisi dengan keterangan:

a. Dipelajari (dipelajari oleh Biro Hukum Setda Provinsi Jambi),

b. Proses (Jika Gubernur memberikan disposisi untuk diproses, maka SKPD harus menyiapkan draf keputusan Gubernur Jambi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

selanjutnya dikorksi oleh Biro Hukum). 93

Disampaikan oleh Imam Perdana Sumapra, dalam menyiapkan draf Keputusan Gubernur seorang legislator harus mempunyai sifat kepercayaan diri dan kejujuran yang tinggi. Selain dari pada itu seorang legislator harus memahami

91 Wawancara dengan Imam Perdana Sumapra, Kabag Perundang-undangan Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, jambi, tanggal 12 Januari 2016.

92 Wawancara dengan Jaelani, Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 4 September 2015.

93 Wawancara dengan Affandi, Kasubag Rancangan Hukum Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, Jambi, tanggal 11 Januari 2016.

teknik perundang-undangan dan ilmu perundang-undangan. 94 Disampaikan oleh Affandi, ada beberapa tahapan didalam penyusunan draf Keputusan Gubernur

yang di atur di dalam PERMENDAGRI No. 1 Tahun 2014 adalah sebagai beriku:

1. Judul

a. Judul memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun penetapan, dan nama keputusan;

b. Nama keputusan dibuat secara singkat dengan hanya menggunakan

1 (satu) kata atau frasa tetapi secara esensial maknanya telah dan mencerminkan peraturan perundang-undangan;

c. Judul keputusan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengan margin tanpa diakhiri tanda baca;

d. Judul keputusan tidak boleh ditambah dengan singkatan atau akronim;

e. Pada nama keputusan perubahan ditambahkan frasa “perubahan atas” didepan judul keputusan yang diubah;

f. Jika keputusan sudah diubah lebih dari 1 (satu) kali, diantara kata “perubahan” dan kata “atas” disisipkan keterangan yang

menunjukkan berapa kali perubahan tersebut sudah dilakaukan, tanpa merinci perubahan sebelumnya;

g. Pada nama keputusan pencabutan ditambahkan kata “pencabutan” di depan judul keputusan yang dicabut.

2. Konsiderans menimbang Uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi latar belakang dan alasan pembentukan keputusan gubernur:

a. Unsur filosofis, berisi landasan kewenangan suatu instansi atau lembaga dalam menyusun keputusan (masalah sosial yang ingin diselesaikan dengan keputusan);

b. Unsur sosiologis, berisi fakta yang diatur (penyebab utama masalah sosial);

c. Unsur yuridis, memuat pernyataan tentang pentingnya pengaturan (solusi atau permasalahan). Selain itu juga menggambarkan bahwa keputusan yang dibentuk untuk mengatasi permasalah hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah atau yang akan dicabut guna menjamin kepastiann hukum dan rasa keadilan masyarakat.

3. Konsiderans mengingat atau dasar hukum mengingat

a. Dasar hukum diawali dengan kata mengingat; 1). Dasar kewenangan pembentuakan keputusan,

94 Wawancara dengan Imam Perdana Sumapra, Kabag Perundang-undangan Biro Hukum Setda Provinsi Jambi, jambi, tanggal 12 Januari 2016.

2). Peraturan perundang-undangan yang memerintah pembentukan keputusan.

b. Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya peraturan perundang-undangan yang tingkatnya lebih tinggi;

c. Jika jumlah peraturan perundang-undangan yang dijadika dasar hukum lebih dari satu, urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan peraturan perundang-undangan secara heirarki dan jika tingkatnya sama disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan atau penetapan dan atau nomor peraturan perundang-undangan.

d. Hierarki konsiderans mengingat atau dasar hukum mengingat: 1). UU atau PERPU; 2). PP; 3). PERPRES; 4). KEPRES; 5). PERMEN 6). PERDA; dan 7). PERGUB.

e. Dasar hukum wajib untuk provinsi Jambi: 1). Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swantantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75) sebagaimana telah telah diubah dengan Undang- Undang Darurat Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swantantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646): 2). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 3). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5659);