Hubungan Antar Variabel
3. Hubungan Antar Variabel
Hasil analisa t-value pada Gambar 9, menunjukkan besarnya koefesien konstruk ( γ) atau gamma yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel laten bebas terhadap variabel laten tak bebas (terikat). Semakin besar t-value, maka
variabel laten bebas tersebut semakin berpengaruh terhadap variabel laten tak bebas (terikat). Koefisien konstruk ( γ) variabel laten pelatihan sebesar 6.60 terhadap pemberdayaan, pelatihan terhadap kepuasan kerja ialah 2.78, pelatihan terhadap komitmen organisasi 0.88 yang berarti tidak nyata pada tingkat signifikansi 5% (lebih besar dari 1.96). Sesuai dengan ilmu statistik, bahwa nilai
1.96 merupakan nilai kritis uji-t pada taraf nyata 5%. Komitmen organisasi yang dipengaruhi oleh adanya pemberdayaan ialah sebesar 0.59 dan kepuasan kerja yang dipengaruhi oleh pemberdayaan ialah sebesar -0.63 yang berarti tidak nyata pada tingkat signifikansi 5%. Jadi analisis hubungan antar variabel diatas dijelaskan sebagai berikut :
a. Hubungan Pelatihan dengan Pemberdayaan
Dilihat dari hasil pengolahan LISREL pada t-value, memberikan arti bahwa model ini menunjukan bahwa pelatihan mempengaruhi pemberdayaan memberikan nilai signifikansinya sebesar 6.60, nilai ini berada di atas tingkat signifikansi 5%, yaitu 1.96.
Ini menunjukan bahwa kepuasan kerja ialah menunjukan nilai t-value lebih besar dalam mempengaruhi pelatihan bila dibandingkan dengan pemberdayaan dan komitmen organisasi. Hal ini diperkuat oleh Umar (2005) bahwa penelitian merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian upaya yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada karyawan yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu organisasi. Di perusahaan CV. Kharima Jaya ini, pekerja yang telah melakukan pelatihan merasa lebih merasa memiliki kemampuan yang dapat mendukung perusahaan agar lebih baik. Oleh karena itu, perusahaan juga memberikan upah kerja yang sesuai dengan yang dihasilkan pekerjannya. Adapun pengaruh pelatihan terhadap kepuasan kerja dan komitmen melalui pemberdayaan yang tidak terbukti signifikan, menunjukkan bahwa sekalipun pemberdayaan terhadap perusahaan tinggi akan tetapi belum tentu secara langsung dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan komitmen.
b. Hubungan Pelatihan dengan Kepuasan Kerja
Salah satu manfaat penting dari pelatihan adalah dapat meningkatkan kepuasan kerja pegawai (Handoko, 2004). Pada hasil analisa didapat bahwa pengaruh pelatihan terhadap kepuasan kerja memberikan nilai signifikansinya sebesar 2.78, nilai ini berada di atas tingkat signifikansi 5% yaitu 1.96, jadi pelatihan mempengaruhi kepuasan kerja. Pengaruh pelatihan terhadap kepuasan kerja lebih rendah dibandingkan dengan pemberdayaan dan komitmen organisasi. Hasil pengujian analisis ini menunjukkan bahwa pelatihan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja . Dari analisa ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan pegawai di CV. Kharisma Jaya, maka semakin tinggi pula kepuasan kerjanya. Pegawai CV. Kharisma Jaya yang memiliki kemampuan tinggi, maka mereka dapat mengerjakan tugasnya dengan lebih mudah dan memberikan hasil lebih baik. Dampaknya adalah secara psikologis pegawai akan lebih menyukai dan senang dalam menjalankan tugas pekerjaannya.
c. Hubungan Pelatihan terhadap Komitmen Organisasi
Karyawan sebagai modal sumber daya yang penting bagi perusahanan harus mampu memberikan dukungan bagi perusahaan agar perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lainnya. Pengaruh pelatihan terhadap komitmen organisasi memberikan nilai signifikansinya sebesar 0.88, nilai ini berada di bawah tingkat signifikansi 5%, yaitu 1.96.
Pengaruh ini ialah yang tidak signifikan dibandingkan dengan pengaruh pelatihan terhadap pemberdayaan dan komitmen organisasi. Sistem pelatihan seharusnya dapat meningkatkan komitmen organisasi ini. Oleh karena itu, dengan adanya pelatihan maka seorang pekerja dapat nyaman melakukan pekerjaannya dengan baik diperusahaan mengakibatkan pekerja merasa nyaman untuk bekerja di perusahaan ini. Sistem pelatihan juga dapat menurunkan pemberdayaan jika pelatihan yang diterima karyawan tidak sesuai dengan yang diingakan pekerjannya, adapun dari perusahaan tersebut dikarenakan masih adanya pegawai yang bekerja dengan sistem kontrak jangka pendek, misalnya; bekerja hanya dalam waktu 3 bulan saja. Hal ini yang mengakibatkan pekerja kurang adanya komitmen terhadap perusahaan.
d. Hubungan Pemberdayaan terhadap Kepuasaan Kerja
Pemberdayaan sumber daya manusia yang efektif dan efisien dapat didasarkan pada kemampuan yang dimiliki pegawai yaitu pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), dan sikap (attitude) yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam organisasi. oleh karena itu, dengan adanya merasakan pemberdayaan maka karyawan merasa nyaman di dalam perusahaan dan melakukan yang terbaik dalam menjalankan tugas sebagai karyawan. Pada hasil analisa didapat bahwa pemberdayaan memberikan nilai signifikansinya sebesar 0.59, nilai ini berada di bawah tingkat signifikansi 5% yaitu 1.96, jadi pemberdayaan tidak berpengaruh positif terhadap kepuasaan kerja.
e. Hubungan Pemberdayaan Terhadap Komitmen Organisasi
Perusahaan mengharapkan karyawannya memiliki komitmen organisasi yang baik. Pada hasil analisa bahwa pemberdayaan memberikan nilai signifikansinya sebesar -0.63, nilai ini berada di bawah tingkat signifikansi 5% yaitu 1.96, jadi pemberdayaan tidak berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Hal ini disebabkan karena karyawan tersebut di gaji berdasarkan banyaknya barang yang diproduksi maka perusahaan akan melakukan produksi apabila adanya pesanan. Dengan adanya sistem tersebut maka karyawan merasa tidak terikat oleh perusahaan menyebabkan kurang adanya rasa komitmen terhadap organisasi.