Infeksi Neonatorum

D. Infeksi Neonatorum

1. Pengertian

Infeksi neonatal merupakan sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan

protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. 12

Sepsis neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat minggu pertama kelahiran. 7

2. Patofisiologi

Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan hebat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskular coagulation (DIC) dan

kematian. 7 Infeksi organisme akan melepaskan toksin mikrobial yang merangsang

suatu kompleks

menimbulkan respon inflamasisistemik.28Respon sepsis terhadap bakteri gram negatif dimulai dengan pelepasan lipopolisakarida (LPS), yaitu endotoksin dari dinding sel bakteri. Lipopolisakarida merupakan komponen penting pada membran luar bakteri Gram negatif dan memiliki peranan penting dalam menginduksi sepsis.Lipopolisakarida mengikat protein spesifik dalam plasma yaitu lipoprotein binding protein (LPB).Selanjutnya

kaskade

untuk

kompleks LPS-LPB ini berikatan dengan CD14, yaitu reseptor pada membran makrofag. CD14 akan mempresentasikan LPS kepada Toll- like receptor 4 (TLR4) yaitu reseptor untuk transduksi sinyal sehingga terjadi aktivasi makrofag.Bakteri gram positif dapat menimbulkan sepsis melalui dua mekanisme, yakni dengan menghasilkan eksotoksin yang bekerja sebagai superantigen danmelepaskan fragmen dinding sel yang merangsang sel imun.Superantigen mengaktifkan sejumlah besar sel T untuk menghasilkan sitokin proinflamasi dalam jumlah yang sangat banyak. Bakteri gram positif yang tidak mengeluarkan eksotoksin dapat menginduksi syok dengan merangsang respon imun non spesifik melalui mekanisme yang sama dengan bakteri gram negatif.28-30 31 Kedua kelompok organisme diatas, memicu kaskade sepsis yang imulai dengan pelepasan mediator inflamasi sepsis .Mediator inflamasi primer dilepaskan dari sel-sel akibat aktivasi makrofag. Pelepasan mediator

koagulasi dan komplemenSitokin proinflamasi juga dapat mempengaruhi fungsi organ secara langsung atau secara tidak langsung melalui mediator sekunder (nitric oxide, tromboksan, leukotrien, platelet activating factor (PAF), prostaglandin), dan komplemen.33 Kerusakan utama akibat aktivasi makrofag terjadi pada endotel dan selanjutnya akan menimbulkan migrasi leukosit serta pembentukan mikrotrombi sehingga menyebabkan kerusakan organ.13 Aktivasi endotel akan meningkatkan jumlah reseptor trombin pada permukaan sel untuk melokalisasi koagulasi pada tempat yang mengalami cedera. Cedera pada endotel ini juga berkaitan dengan gangguan fibrinolisis.Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah

ini akan

mengaktivasi

sistem sistem

3. Klasifikasi

Klasifikasi infeksi

a. Infeksi berat bila kadar leukosit kurang dari 5.000 μ L

b. Infeksi ringan bila kadar leukosit lebih dari 20.000 μ L 18

4. Kerentanan terhadap infeksi

Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar dan dewasa, tanggap imun bayi baru lahir rendah dan cenderung memiliki insiden infeksi yang lebih tinggi.Bayi prematur bahkan lebih rentan karena bayi ini memiliki mekanisme pertahanan yang kurang terbentuk dengan baik (pemindahan IgG terutama terjadi setelah 32 minggu gestasi), dan lebih cenderung mengalami prosedur invasif.Imunokompetensi penuh memerlukan respons imun bawaan dan di dapat. Imunitas bawaan.Respons bawaan (alami) tidak emerlukan pemajanan sebelumnya terhadap mikroorganisme dan bekerja sebagai pertahanan kini pertama terhadap infeksi.Respons ini meliputi kulit utuh, membran mukosa dan asam lambung, serta enzim pencernaan. Namun, segera setelah lahir,kulit menjadi lebih mudah teriritasi dan rusak, serta usus bayi tidak segera terkolonisasi dengan flora protektif normal. Imunitas didapat.Respons didapat (imun spesifik) terbentuk dan meningkat seiring dengan pemajanan yang terus menerus terhadap patogen atau organisme.Pada saat lahir, bayi memiliki beberapa proteksi imun dari ibu, tetapi kekurangan imunolgobulin. Pemajanan Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih besar dan dewasa, tanggap imun bayi baru lahir rendah dan cenderung memiliki insiden infeksi yang lebih tinggi.Bayi prematur bahkan lebih rentan karena bayi ini memiliki mekanisme pertahanan yang kurang terbentuk dengan baik (pemindahan IgG terutama terjadi setelah 32 minggu gestasi), dan lebih cenderung mengalami prosedur invasif.Imunokompetensi penuh memerlukan respons imun bawaan dan di dapat. Imunitas bawaan.Respons bawaan (alami) tidak emerlukan pemajanan sebelumnya terhadap mikroorganisme dan bekerja sebagai pertahanan kini pertama terhadap infeksi.Respons ini meliputi kulit utuh, membran mukosa dan asam lambung, serta enzim pencernaan. Namun, segera setelah lahir,kulit menjadi lebih mudah teriritasi dan rusak, serta usus bayi tidak segera terkolonisasi dengan flora protektif normal. Imunitas didapat.Respons didapat (imun spesifik) terbentuk dan meningkat seiring dengan pemajanan yang terus menerus terhadap patogen atau organisme.Pada saat lahir, bayi memiliki beberapa proteksi imun dari ibu, tetapi kekurangan imunolgobulin. Pemajanan

5. Faktor Penyebab Infeksi Neonatorum

c. Ada beraneka ragam penularan agen penyebab infeksi dari ibu ke janin atau ke bayi baru lahir. Penyebaran hematogen transplasenta dapat terjadi pada begrbagai waktu selama kehamilan. Manifestasi infeksi kongenital dapat tampak pada saat lahir atau terlambat selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Penularan infeksi secara vertikal dapat terjadi selama di dalam uterus, tepat sebelum kelahiran, atau selama proses kelahiran. Setelah dilahirkan, bayi baru lahir dapat terpapar penyakit infeksi dalam ruang perawatan atau dipermukiman. Sehubungan dengan semakin kompleksnya perawatan intensif neonatus, bayi baru lahir kurang bulan dan yang lahir dengan berat badan kurang akan dapat tetap hidup dan dapat bertahan lebih lama dalam lingkungan dengan risiko infeksi lebih tinggi.

d. Bayi baru lahir mungkin kurang mampu berespon terhadap infeksi, karena penderita defisiensi satau atau lebih faktor imunologis yang melibatkan sistem retikuloendotelial, komplemen, leukosit polimorfonuklear, sitokin, antibodi atau imunitas seluler.

e. Penyakit penyerta pada bayi baru lahir sering mempersulit diagnosis dan penatalaksanaan infeksi neonatus. Gangguan e. Penyakit penyerta pada bayi baru lahir sering mempersulit diagnosis dan penatalaksanaan infeksi neonatus. Gangguan

f. Manifestasi infeksi pada bayi baru lahir sangat beragam. Dapat saja terjadi infeksi subklinis, malformasi kongenital, penyakit setempat dan infeksi sistemik parah yang bersifat lokal. Lamanya pemaparan dalam uterus, besarnya inokulum, status imun, dan agen etiologi mempengaruhi ekspresi penyakit pada janin atau

bayi baru lahir. 8 (Nelson, 2011)

6. Penatalaksanaan

a. Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir Strategi kebidanan berdasarkan bukti lain yang membantu mengurangi infeksi di semua lingkungan meliputi :

1) Mendorong dan membantu wanita saat menyusui sehingga meningkatkan proteksi imun bayi

2) Melarang pengunjung yang menderita infeksi atau yang telah terpajan penyakit menular

3) Menghindari setiap iritasi atau trauma di kulit dan membran mukosa bayi.

4) Diagnosis dini dan terapi infeksi

5) Penyuluhan

berkelanjutan untuk memastikan praktik pengendalian infeksi berdasarkan bukti.

kesehatan

yang

Di rumah sakit, praktik ini meliputi (Bott 1999, Lawson 2001, Senior 2001)

1) Rawat gabung bayi dengan ibu

2) Memberi jarak pelbet yang memadai jika bayi di ruang perawatan

3) Selalu menggunakan peralatan tersendiri untuk setiap bayi

4) Isolasi bayi yang terinfeksi jika mutlak diperlukan.

b. Diagnosis Faktor risiko individu terhadap infeksi. Hal ini meliputi :

1) Riwayat pecah ketuban lama pada maternal

2) Korioamnionitis

3) Demam selama persalinan

4) Cairan amniotik bau

Pengkajian fisik. Pengkajian dapat meliputi pengamatan berikut :

1) Ketidaksatbilan suhu

2) Letargi atau tidak mau menyusu, dehidrasi, kelaparan, hiptermi, asidosis atau hipoksia

3) Bradikardia atau takikardia dan adanya spasme

4) Haluaran urine dan feses dan adanya muntah

5) Tanda-tanda sistem saraf pusat yang memerlukan pemeriksaan neurodevelopmental lengkap.

Pemeriksaan. Hal ini meliputi:

1) Hitung sel darah merah

2) Uji spesimen urin dan mekonium untuk organisme spesifik

3) Apusan hidung, tenggorokan dan umbilikus, serta dari ruam kulit, pustula atau vesikel untuk uji organisme spesifik.

4) MRI,CT scan dan sina-X dada

5) Fungsi lumbal untuk memungkinkan

6) pemeriksaan CSS

7) Uji cairan amniotik, jaringan plasenta dan datah tali pusat untuk organisme spesifik.

c. Terapi Keseluruhan tujuan penatalaksanaan adalah memberikan terapi yang tepat danefektif yang mengurangi risiko sptikemia dan syok septik yang mengancam nyawa pada kelompok rentan ini. Penatalaksanaan yang baik meliputi (Askin 1995, Wrigt Lott et al 1994):

1) Merawat bayi di lingkungan termonetral yang hangat dan mengamati ketidakstabilan suhu.

2) Hidrasi yang baik dan koreksi ketidak seimbangan elektrolit, dengan pemenuhan kebutuhan menyusu jika mungkin dan cairan intravena jika diperlukan

3) Antibiotik sistematik yang diberikan secara cepat atau terapi obat lain dan terapi lokal infeksi

4) Memantau secara terus menerus status neurobehavioural bayi

5) Mengurangi pemisahan ibu dan bayi, jika bayi perlu masuk unit

neonatus, bidan harus menganjurkan orang tua untuk berada bersama dengan bayinya

perawatan

intensif

6) Memberikan informasi berdasarkan bukti, dukungan dan penenangan untuk orang tua

7) Mendorong untuk menyusui atau memeras ASI, dan menginformasikan pada wanita mengenai pentingnya peran ASI dalam melawan ASI dalam melawan infeksi.