Hakikat Wacana

4. Hakikat Wacana

a. Definisi Wacana

Wacana merupakan satuan lingual yang tertinggi. Wacana berada di atas kalimat. Sebuah wacana terdiri atas kalimat-kalimat. Wacana dalam bahasa Inggris disebut discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian kemari (Sumarlam, Adhani, dan Indratmo (ed.); 2004: 3). Fatimah (1994: 3) mengungkapkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

Kridalaksana (2008: 259) menjelaskan bahwa wacana adalah seluruh peristiwa bahasa yang membawa ujaran dari pembicara sampai ke pendengar, termasuk ujaran dan konteksnya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa wacana merupakan salah satu bentuk peristiwa berbahasa. Ujaran termasuk wacana dan ujaran dapat diwujudkan dengan kalimat. Alwi, H., dkk. (2003: 41) mengungkapkan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.

Wacana dapat dilihat dalam berbagai bahan bacaan, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah. Dengan demikian, wacana dapat dibagi menjadi wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis dapat berupa novel, buku, atau artikel. Wacana lisan dapat berupa pidato atau khotbah. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Tarigan (dalam Fatimah; 1994: 5) bahwa wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan

commit to user

awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulisan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi di atas kalimat yang direalisasikan secara lisan atau tertulis. Wacana direalisasikan secara lisan misalnya dalam pidato atau khotbah. Wacana direalisasikan secara tertulis misalnya dengan novel, buku, atau artikel. Dalam realisasi wacana tersebut dibutuhkan unsur-unsur wacana. Supardo (1988: 56) menyatakan bahwa wacana terdiri atas bagian-bagian yang berupa (1) unsur bahasa seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat; (2) konteks yang terdapat di sekitar wacana; (3) makna dan maksud; (4) koherensi; dan (5) kohesi. Unsur- unsur tersebut harus terdapat dalam setiap wacana.

b. Jenis Wacana

James L. Kinneavy (dalam Parera; 2004: 221) membedakan wacana berdasarkan tujuannya, yaitu (1) wacana ekspresif, (2) wacana referensial, (3) wacana susastra, dan (4) wacana persuasif. Pertama, wacana ekspresif adalah wacana yang lebih ditujukan atau unsur yang paling dominan adalah enkoder (untuk penulis atau pembicara sendiri). Wacana ini dibedakan atas (1) wacana yang bersifat individual, seperti jurnal, catatan harian, keluhan, doa; dan (2) wacana yang bersifat sosial, seperti manifesto, deklarasi kemerdekaan, kontrak, dan ikrar keagamaan. Kedua, wacana referensial adalah wacana yang acuannya kepada realitas, kepada fakta dan data. Wacana tersebut dibagi menjadi (1) wacana ekspositori (dialog, seminar, hipotesis, dan sebagainya); (2) wacana ilmiah (laporan penelitian); dan (3) wacana informatif (makalah-makalah di surat kabar, laporan, rangkuman dan abstrak, makalah-makalah nonteknis dalam ensiklopedia, dan buku-buku teks untuk pendidikan). Ketiga, wacana susastra adalah wacana yang berisi realitas yang sudah dijalin ke dalam imajinasi dan penikmatan estetis. Wacana susastra dapat dibedakan atas: cerita pendek, novel, lirik, limerik, balada, drama, dan sebagainya. Keempat, wacana persuasif adalah wacana yang memancing tindakan, emosi, dan keyakinan tertentu dari enkoder.

commit to user

sebagainya. Klasifikasi lain diungkapkan oleh Sumarlam dkk. (2008: 15). Sumarlam, dkk. mengklasifikasikan wacana berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkan, media yang dipakai untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparannya. Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkan wacana dibagi menjadi empat macam, yaitu (1) wacana bahasa nasional (menggunakan bahasa Indonesia); (2) wacana bahasa lokal atau daerah (menggunakan bahasa daerah); (3) wacana internasional (menggunakan bahasa Inggris); dan (4) wacana bahasa lainnya (menggunakan bahasa asing yang lain).

Berdasarkan media yang digunakan wacana dibagi menjadi wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui media tulis. Wacana lisan adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan.

Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya wacana dibagi menjadi wacana monolog dan wacana dialog. Wacana monolog (monologue discourse) adalah wacana yang disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung. Contoh wacana ini adalah orasi ilmiah, penyampaian visi dan misi, khotbah, dan sebagainya. Sementara itu, wacana dialog (dialogue discourse) adalah wacana atau percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara langsung, seperti pemakaian bahasa dalam peristiwa diskusi, seminar, musyawarah, dan kampanye dialogis.

Berdasarkan bentuknya wacana dibedakan menjadi tiga, yaitu wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama. Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa, seperti cerita pendek, cerita bersambung, novel, artikel, pidato, khotbah, dan kuliah. Wacana puisi adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi, seperti puisi, syair, dan puitisasi (puisi lisan). Wacana drama adalah wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog, baik berupa wacana tulis maupun wacana lisan; seperti naskah drama, naskah sandiwara, dan pementasan drama (wacana lisan).

commit to user

lima, yaitu wacana narasi, wacana deskripsi, wacana eksposisi, wacana argumentasi, dan wacana persuasi. Pertama, wacana narasi adalah wacana yang mementingkan urutan waktu dan dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu. Kedua, wacana deskripsi adalah wacana yang bertujuan melukiskan, menggambarkan, atau memerikan sesuatu menurut apa adanya. Ketiga , wacana eksposisi adalah wacana yang tidak mementingkan waktu dan pelaku karena berorientasi pada pokok pembicaraan dan bagian-bagiannya diikat secara logis. Keempat, wacana argumentasi adalah wacana yang berisi ide atau gagasan yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti dan bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran ide atau gagasannya. Kelima, wacana persuasi adalah wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat, biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau ajakan tersebut.

Dokumen yang terkait

Neti, Marzuki, Martono Program Studi Magister pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak Email : Elisabeth_Tarigasgmail.com Abstract - STRATEGI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN, KER

0 0 11

PENGGUNAAN DEIKSIS PRONOMINA, TEMPAT, DAN WAKTU PADA NOVEL GENDUK KARYA SUNDARI MARDJUKI Atika Maisuri, Patriantoro, Laurensius Salem Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: syankkkthiekaco.id Abstract - PENGGUNAAN

0 1 10

Askatriyani, Y. Gatot Sutapa, Aloysius Mering Program Studi Magister Teknologi Pendidikan FKIP Untan Pontianak Email : askatriyanigmail.com Abstract - PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK PEROLEHAN BELAJAR NARRATIVE TEKS SISWA SM

0 0 11

Vera Estika, Siti Halidjah, Sugiyono Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email :veraestika96gmail.com Abstract - PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI DI KELAS III SEKOLAH DASAR

0 0 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Rupina Banang, Muhammad Syukri, Marmawi R Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, FKIP Untan Pontianak Email:rupinabananggmail.com Abstract - PENIN

0 0 12

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA RANAH KELUARGA MUDA DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR (Suatu Kajian Pragmatik)

0 0 151

Pendidikan Karakter di Sekolah Islam (Studi Kasus SMA Muhammadiyah I dan MA Muallimin Yogyakarta)

0 0 245

Iklim Komunikasi Organisasi, Reward Dan Kinerja Karyawan Di PT. PLN (Persero) Area Surakarta

0 1 163

Implementasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Kebakkramat

2 3 109

PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA OASE SAMUDRA BIRU: Sebuah Pendekatan Ekspresif

0 1 109