Hakikat Surat Kabar

5. Hakikat Surat Kabar

a. Definisi Surat Kabar

Surat kabar merupakan salah satu jenis media cetak yang sangat dikenal masyarakat. Sebagian besar orang menganggap surat kabar adalah pers, tetapi itu tidak sepenuhnya benar. Surat kabar bukan pers, melainkan bagian dari pers. Istilah pers berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publications) (Effendy; 2006: 145). Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 (dalam Djuroto; 2002: 4), pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa, yang bersifat umum berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya, diperlengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan, alat-alat foto, klise, mesin-mesin stensil, atau alat-alat teknik lainnya.

Dalam perekembangannya pers mempunyai dua pengertian, yaitu pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian

commit to user

Pers dalam pengertian sempit terbatas pada media cetak saja, misalnya koran, majalah, buletin, brosur, pamflet, dan leaflet (R. Amak Syarifuddin dalam Djuroto; 2002: 5).

Istilah pers dalam pengertian surat kabar (media cetak) berasal dari benua Eropa ketika para pedagang di sana saling bertukar informasi harga pasar yang ditulis pada kulit kayu atau kulit ternak (Djuroto; 2002: 5). Menurutnya, surat kabar adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran plano, terbit secara teratur, bisa setiap hari atau seminggu satu kali (Djuroto; 2002: 11).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa surat kabar adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas yang terbagi atas kolom-kolom dan terbit setiap hari atau seminggu satu kali. Surat kabar umumnya berisi peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi di masyarakat. Peristiwa tersebut dapat peristiwa yang berskala lokal, nasional, bahkan internasional.

b. Ciri-ciri Surat Kabar

Surat kabar sebagai salah satu jenis media massa memiliki ciri-ciri sama dengan ciri-ciri komunikasi massa. Effendy (2006: 145) mengungkapkan lima ciri-ciri komunikasi massa. Ciri-ciri komunikasi massa adalah (1) prosesnya berlangsung satu arah, (2) komunikatornya melembaga, (3) pesannya bersifat umum, (4) medianya menimbulkan keserempakan, dan (5) komunikannya heterogen.

Surat kabar (media cetak) juga mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan media elektronik. Ciri khas media cetak adalah pesan- pesannya dapat dikaji, dipelajari, dan disimpan untuk dibaca pada tiap kesempatan. Selain itu, pesan yang disiarkan media cetak juga canggih (sophisticated) dan ilmiah. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan pendapat di antara para cendekiawan yang menyajikan pemikirannya dalam surat kabar.

commit to user

banyak ditujukan pada pikiran. Effendy (2006: 154 – 155) juga mengemukakan ciri surat kabar secara khusus, yaitu (1) publisitas, (2) universalitas, (3) aktualitas, dan (4) periodisitas. Publisitas adalah surat kabar diperuntukkan bagi khalayak umum karena berita, tajuk rencana, artikel, dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. Universalitas maksudnya surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan segala aspek kehidupan manusia. Aktualitas maksudnya adalah kecepatan penyampaian laporan tentang kejadian di masyarakat kepada khalayak. Aktualitas surat kabar adalah 24 jam. Terakhir, periodisitas adalah penerbitan surat kabar terbitnya secara periodik dan teratur.

c. Fungsi Surat Kabar

Effendy (2006: 149) mengemukakan empat fungsi pers, yaitu (1) fungsi menyiarkan informasi, (2) fungsi mendidik, (3) fungsi menghibur, dan (4) fungsi mempengaruhi. 1). Fungsi menyiarkan informasi (to inform)

Menyiarkan informasi merupakan fungsi utama pers. Pembaca membeli surat kabar karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. 2). Fungsi mendidik (to educate)

Surat kabar memuat tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga pembaca dapat bertambah pengetahuannya. Fungsi ini diwujudkan secara implisit dalam artikel atau tajuk rencana, bahkan kadang-kadang dalam cerita bersambung atau berita bergambar. 3). Fungsi menghibur diri (to entertain)

Hal-hal yang bersifat hiburan dimuat oleh surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, berita yang mengandung human interest , dan kadang-kadang tajuk rencana.

commit to user

Fungsi ini membuat surat kabar mempunyai peran penting dalam masyarakat. Fungsi mempengaruhi secara implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel.

d. Sifat Surat Kabar

Surat kabar mempunyai sifat yang berbeda dibandingkan media elektronik, seperti radio dan televisi, dalam menyiarkan berita. Ditinjau dari ilmu komunikasi sifat surat kabar sebagaimana diungkapkan Effendy (2006: 155 – 159) sebagai berikut. 1). Terekam

Berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf dan dicetak pada kertas. Oleh karena itu, setiap peristiwa atau hal yang diberitakan dapat dikaji kembali, dapat dijadikan dokumentasi, dan dapat dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu.

2). Menimbulkan perangkat mental secara aktif Pembaca untuk memahami berita yang disiarkan surat kabar harus

menggunakan perangkat mentalnya secara aktif. Hal ini menyebabkan wartawan harus menggunakan bahasa yang umum dan lazim agar pembaca mudah memahaminya. Selain itu, pembaca surat kabar sifatnya heterogen, tingkat pendidikannya juga tidak sama, dan mayoritas rata-rata berpendidikan rendah sampai menengah. 3). Pesan menyangkut kebutuhan komunikan

Dalam proses komunikasi pesan yang akan disampaikan kepada komunikan menyangkut teknik transmisinya agar mengenai sasarannya dan mencapai tujuannya. Wilbur Schramm (dalam Effendy; 2006: 157) menyatakan:

a). pesan hendaknya dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud; b). pesan hendaknya menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran sehingga sama-sama dapat dimengerti;

c). pesan hendaknya membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhannya itu; dan

commit to user

tadi, yang layak bagi situasi kelompok tempat sasaran berada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Untuk menerapkan saran Wilbur Schramm tersebut, wartawan harus membuat perencanaan jurnalistik (communication planning) secara matang sebelum membuat sebuah karya. 4). Efek sesuai dengan tujuan

Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar bergantung pada tujuan wartawan sebagai komunikator. Tujuan komunikasi melalui surat kabar (Effendy; 2006: 157 – 159) dirumuskan dengan pertanyaan berikut. a). Apakah tujuannya agar pembaca tahu?

Pesan yang disampaikan surat kabar dituangkan dalam bentuk berita karena surat kabar bersifat informatif. b). Apakah tujuannya agar pembaca berubah sikap dan perilakunya?

Pesan surat kabar disiarkan dengan tujuan agar khalayak mempunyai sikap tertentu, pendapat tertentu, atau melakukan tindakan tertentu. Berita-berita tersebut dituangkan dalam tajuk rencana (editorial), reportase dengan gaya pelaporan interpretatif (interpretative reporting), atau dalam pojok. c). Apakah tujuannya agar pembaca meningkat intelektualitasnya?

Efek yang diharapkan agar pembaca meningkat intelektualitasnya dapat diperoleh dengan menyajikan artikel-artikel mengenai aspek kehidupan tertentu. Sebuah artikel di surat kabar yang mengandung pendidikan dapat disajikan secara ilmiah populer. 5). Yang harus dilakukan oleh wartawan sebagai komunikator

Wartawan harus memahami ciri-ciri dan sifat-sifat komponen komunikasi. Dalam pelaksanaannya Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers dan pasal-pasal dalam Kode Etik Persatuan Wartawan Indonesia harus selalu diperhatikan oleh wartawan. Selain itu, seorang wartawan harus dapat menyajikan karya yang menarik, akurat, objektif, dan bermanfaat bagi para pembaca.

commit to user

Surat kabar berisi berita-berita seputar kehidupan manusia, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Paul J. Deutschmann (dalam Flournoy (ed.); 1989: 30) menggolongkan kategori isi surat kabar menjadi sebelas sebagai berikut.

1). Perang, pertahanan, dan diplomasi; berisi (a) perang dan pemberontakan; (b) pertahanan, (c) diplomasi dan hubungan luar negeri, (d) peluru kendali dan ruang angkasa, (e) bom atom, dan sebagainya.

2). Politik dan pemerintahan; berisi (a) politik, (b) kegiatan-kegiatan pemerintah, (c) komunisme, (d) perpajakan, dan sebagainya. 3). Kegiatan ekonomi, berisi (a) kegiatan perekonomian umum, (b) harga-harga, (c) uang, (d) angkutan dan perjalanan, (e) pertanian, (f) tenaga kerja dan upah, (g) sumber-sumber alamiah, dan sebagainya.

4). Kejahatan, berisi (a) kejahatan orang dewasa, (b) kejahatan remaja, (c) penegakan hukum dan badan-badan penegak hukum, dan sebagainya.

5). Masalah-masalah moral masyarakat, berisi (a) masalah-masalah moral masyarakat, (b) minuman keras, (c) perceraian, (d) seks, (e) persidangan pengadilan sipil, (f) hubungan-hubungan kesukuan, dan sebagainya.

6). Kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, berisi (a) penanganan masalah-masalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, (b) kesehatan, (c) kesejahteraan masyarakat, (d) penanganan soal-soal sosial dan keselamatan, (e) kesejahteraan anak-anak, dan sebagainya.

7). Kecelakaan-kecelakaan dan bencana-bencana, berisi kecelakaan yang

disebabkan oleh manusia maupun bencana-bencana alam. 8). Ilmu dan penemuan, berisi (a) ilmu, penemuan, dan penelitian; (b) angkasa, non-pertahanan; (c) energi atom, non-pertahanan; dan sebagainya.

9). Pendidikan dan seni klasik, berisi (a) pendidikan, (b) seni klasik dan kebudayaan, (c) agama, (d) perikemanusiaan, dan sebagainya. 10). Hiburan rakyat, berisi (a) hiburan, (b) Hollywood, (c) halaman berita

olahraga, (d) TV dan radio, (e) pers, dan sebagainya. 11). Human interest, berisi (a) kepentingan manusiawi secara umum, (b) cuaca, (c) kematian alamiah dan berita-berita dukacita, (d) binatang, (e) minat remaja, dan sebagainya.

Selain kategori-kategori tersebut, isi berita surat kabar juga dikelompokkan menurut ukurannya, seperti lokal, nasional, dan internasional (Flournoy; 1989: 30). Berita lokal adalah berita yang memuat kejadian-kejadian di wilayah lokal. Berita nasional adalah berita yang memuat kejadian-kejadian di

commit to user

lokal atau nasional yang bersifat penting tentang negara-negara lain dan organisasi-organisasi internasional.

f. Bahasa Surat Kabar

Bahasa jurnalistik, termasuk juga bahasa berita atau bahasa surat kabar, memiliki ciri dan gaya yang berbeda dibandingkan bahasa yang digunakan dalam bidang lain. Bahasa yang digunakan harus efektif agar pembaca dapat memahami dan menerima amanat yang disampaikan oleh penulis atau pembicara. Koesworo, dkk. (1994: 86) mengemukakan lima karakteristik bahasa jurnalistik sebagai berikut.

1). Sederhana, singkat, padat, jelas, dan langsung (to the point). 2). Hidup, lincah, sesuai dengan zamannya, mengandung kekayaan bahasa

rakyat. 3). Kalimat singkat dan kata-kata positif, mengandung banyak fakta dengan

menggunakan kata sesedikit mungkin (more and less words). 4). Bahasanya memasyarakat dengan mengutamakan isi. 5). Memiliki banyak gaya (style) bahasa.

Style yang dimiliki bahasa pers berbeda-beda sesuai dengan jenis beritanya. Style bahasa pers terdiri atas style bahasa head-line (berita utama), style bahasa lead, bahasa berita, bahasa tajuk rencana (editorial), bahasa pojok, dan bahasa iklan (advertensi). Style bahasa head-line (berita utama) singkat dan merangsang (provocatif), sedangkan awalan dan akhiran tidak dipentingkan. Style bahasa lead sederhana, singkat, padat, menarik, langsung menuju perhatian pembaca, jelas, dan memudahkan pembaca. Bahasa berita singkat, jelas, menggunakan kata-kata biasa, familiar, dan positif. Bahasa tajuk rencana menggunakan kata “kita”, sugestif, mengajak berpikir, mempengaruhi, logis- analitis, dan kadang-kadang bersifat literair. Bahasa pojok humoritis, menyindir, kalau perlu mengejek tetapi tidak sarkastis, kemahiran mempermainkan bahasa atau kata-kata, dan dapat dicampur bahasa asing atau bahasa daerah. Bahasa iklan menarik, sugestif, singkat, jelas, bisa menggunakan semboyan-semboyan, kata- kata positif, jauhkan dari bahasa klise, dan kalimat ringkas (Koesworo, dkk.; 1994: 86).

commit to user

Penelitian tentang deiksis sebelumnya sudah pernah dilaksanakan oleh peneliti-peneliti yang berasal dari dalam dan luar negeri. Penelitian dari dalam negeri tentang deiksis yang menjadi rujukan bagi penelitian-penelitian tentang deiksis selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Bambang Kaswanti Purwo. Selain penelitian tersebut, terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain di antaranya penelitian Erlina Kusumawati, Tutik Muryani, Pudiyono, Miren Montoya Morales, dan Josep Ribera. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Kaswanti Purwo merupakan disertasi yang dibukukan. Penelitian Erlina Kusumawati dan Tutik Muryani berupa skripsi. Penelitian Pudiyono berupa tesis. Sementara itu, penelitian Miren Montoya Morales dan Josep Ribera merupakan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal internasional.

Pertama , penelitian Bambang Kaswanti Purwo pada tahun 1982, yang diterbitkan menjadi sebuah buku atas permintaan Indonesian Linguistics Development Project (ILDEP) , berjudul Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya ini diperoleh pembagian deiksis menjadi dua golongan besar, yaitu deiksis luar tuturan (eksofora) dan deiksis dalam tuturan (endofora). Deiksis luar tuturan terdiri atas deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. Deiksis dalam tuturan terdiri atas anafora dan katafora. Deiksis persona diungkapkan dengan kata ganti persona pertama (aku, saya, kami, kita); kata ganti persona kedua (engkau, kamu, kalian atau kamu sekalian, anda, saudara, leksem kekerabatan, leksem jabatan ); dan kata ganti persona ketiga (ia, dia, beliau, mereka, bentuk terikat –nya). Deiksis ruang (kata kanan, kiri, depan, belakang, dekat, jauh, dirangkai dengan bentuk persona). Deiksis waktu (kata malam, pagi, siang, sore yang menjadi patokan adalah pembicara serta kata sekarang, kemarin, dulu, nanti, tadi ). Anafora adalah rujuk silang pada unsur yang telah disebutkan terdahulu dengan penanda kata tersebut, begitu, dia, mereka, demikian. Katafora adalah rujuk silang pada unsur yang akan disebutkan dengan penanda ialah, adalah, berikut ini .

Kedua , penelitian yang dilakukan oleh Pudiyono pada tahun 2004

berjudul Deiksis dalam Prosa Fiksi “The Prince and The Pauper” Karya Mark

commit to user

ungkapan deiksis ditemukan dalam empat jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Berdasarkan letak atau tempat acuan sebuah ungkapan deiksis ditemukan distribusi deiksis endofora lebih banyak dibandingkan deiksis eksofora. Berdasarkan jenisnya ditemukan empat jenis deiksis, yaitu deiksis persona, deiksis tempat, deiksis wacana, dan deiksis waktu.

Ketiga , penelitian yang dilakukan oleh Tutik Muryani pada tahun 2006

berjudul Deiksis dalam Berita Utama Harian Solopos (Edisi Desember 2005 – Februari 2006) . Kesimpulan penelitian ini adalah bentuk-bentuk pemakaian deiksis dalam berita utama harian Solopos edisi Desember 2005 – Februari 2006 dikelompokkan menjadi eksofora dan endofora yang meliputi anafora dan katafora. Bentuk-bentuk deiksis persona yang digunakan, yaitu persona pertama tunggal dan jamak, persona kedua tunggal, dan persona ketiga tunggal dan jamak. Bentuk-bentuk deiksis waktu yang dipakai, yaitu berupa leksem ruang yang mengungkapkan waktu dan leksem waktu. Bentuk-bentuk deiksis ruang yang digunakan, yaitu leksem bukan verba dan pronominal demonstratif. Bentuk- bentuk deiksis pemarkah anafora dan katafora yang ditemukan di antaranya pronominal demonstratif, bentuk terikat –nya, dan persona ketiga jamak (mereka). Selain itu, dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa distribusi deiksis dalam berita utama harian umum Solopos edisi Desember 2005 – Februari 2006 terdapat di awal, di tengah, dan di akhir kalimat bahkan dalam satu kalimat terdapat lebih dari satu deiksis.

Keempat , penelitian yang dilakukan oleh Erlina Kusumawati pada tahun 2006 berjudul Analisis Deiksis Persona dan Sosial Wacana Berita Patroli dalam Surat Kabar Harian Umum Solopos Tahun 2004 . Dalam penelitian ini dibahas tentang bentuk-bentuk deiksis persona dan sosial, kategorisasi deiksis persona dan sosial, dan fungsi pemakaian deiksis persona dan sosial. Kesimpulan penelitian ini adalah bentuk-bentuk deiksis persona yang terdapat dalam wacana berita patroli harian umum Solopos seperti bentuk terikat –nya, saya, kita, kami, dia, dirinya, mereka, Kapolwil. Bentuk deiksis yang paling sering muncul adalah bentuk terikat –nya. Bentuk deiksis sosial dalam wacana berita yang paling sering muncul

commit to user

Kapolwil, nyolong, K.H., Ny., pembantu. Kategorisasi deiksis persona dalam wacana tersebut terdiri atas (1) deiksis persona pertama tunggal, saya; (2) deiksis persona pertama jamak, kami dan kita; (3) deiksis persona kedua tunggal, seperti Kapolwil; (4) deiksis persona ketiga tunggal seperti, dia, dirinya, dan bentuk terikat –nya; dan (5) deiksis persona ketiga jamak seperti, mereka. Kategorisasi deiksis sosial dalam wacana tersebut terdiri atas (1) eufimisme (pemakaian kata halus), misalnya: PSK, prostitusi, pembantu; dan (2) honorifics (sopan santun berbahasa), misalnya: sungkem, Kapolwil, K.H. (Kiai Haji), Ny., nyolong, ngutil. Fungsi pemakaian deiksis persona adalah (1) merujuk pada diri orang yang sedang berbicara, misalnya: saya; (2) merujuk pada nama orang yang memegang jabatan, misalnya: Kapolwil; (3) merujuk pada orang yang sedang dibicarakan, misalnya: dia, –nya, dan dirinya; (4) menyebutkan orang dalam jumlah banyak, misalnya: mereka; (5) menunjukkan bentuk inklusif, misalnya: kita; (6) menunjukkan bentuk ekslusif, misalnya: kami. Fungsi pemakaian deiksis sosial adalah (1) sebagai salah satu bentuk efektivitas kalimat, misalnya: Kapolwil; (2) sebagai pembeda tingkat sosial seseorang, misalnya: K.H (Kiai Haji); (3) untuk menjaga sopan santun berbahasa, misalnya: PSK; (4) untuk menjaga sikap sosial kemasyarakatan, misalnya: sungkem.

Kelima , penelitian yang dilakukan oleh Morales yang dipublikasikan dalam Philippine ESL Journal pada bulan Februari 2011 berjudul How The Deictic and Anaphoric Role of Na in Filipino Functions as a Cohesive Device in Classroom Interaction . Hasil dari penelitian ini adalah dalam bahasa Filipina kata na dapat digunakan sebagai kata ganti demonstratif, infinitif ke (dalam bahasa Inggris to), kata keterangan, kata ganti relatif, bahkan setara dengan perfect tense dalam bahasa Inggris. Penggunaan na sebagai deiksis persona berlaku dalam fungsinya sebagai kata ganti demonstratif dan deiksis spasial atau temporal dengan kata keterangan. Sementara itu, penggunaan anaforis na ditampilkan dalam fungsinya sebagai kata ganti relatif dan non-deiktis digunakan na. Fungsi anaforis terakhir ini adalah sebagai kata sifat.

commit to user

dalam International Journal of English Studies tahun 2007 berjudul Text Deixis in Narrative Sequences . Hasil dari penelitian ini adalah teks deiksis dianggap sebagai perangkat referensial metaforis yang memetakan ucapan ke teks sehingga menggabungkan sifat referensial deiksis dan anafora. Frasa nomina demonstratif dalam urutan narasi dapat mengekspresikan jarak tekstual, jarak emosional, atau keduanya. Preferensi DemNPs (demonstrative noun phrase) untuk kata benda abstrak dan kompleks berkontribusi untuk mendefinisikan pola teks deiksis + kata benda umum dengan spesifik.

Penelitian-penelitian tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Persamaan penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah kesamaan bidang yang diteliti, yaitu bidang linguistik, khususnya deiksis. Perbedaan penelitian- penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah objek penelitian yang diambil. Penelitian Bambang Kaswanti Purwo objeknya adalah bahasa Indonesia secara umum. Penelitian Pudiyono objeknya adalah karya sastra, yaitu novel The Prince and The Pauper karya Mark Twain. Penelitian Morales objeknya adalah kata na dalam bahasa Filipina, sedangkan penelitian Ribera objeknya adalah wacana narasi. Akan tetapi, penelitian Erlina Kusumawati dan Tutik Muryani objeknya sama dengan objek yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu surat kabar Solopos. Perbedaan penelitian Erlina Kusumawati dan Tutik Muryani dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian Erlina Kusumawati yang diteliti adalah berita Patroli dan deiksis yang diteliti adalah deiksis persona dan deiksis sosial, penelitian Tutik Muryani bagian yang diteliti berita utama, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti bagian yang diteliti adalah wacana di halaman Pendidikan.

commit to user

Pragmatik merupakan kajian bahasa yang menelaah tentang penggunaan bahasa dalam komunikasi. Pragmatik memfokuskan pada struktur bahasa secara eksternal. Dalam penelitian ini menjadi objek kajiannya adalah teori deiksis yang bersumber dari kajian linguistik. Deiksis adalah kata yang referen atau acuannya selalu berganti-ganti yang dipengaruhi oleh konteks dan situasi yang melingkupinya. Deiksis dibagi menjadi lima, yaitu deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Deiksis merupakan salah satu subkajian dalam ilmu pragmatik. Selain deiksis masih terdapat praanggapan dan tindak tutur. Hal ini diungkapkan oleh Setiawan (2011: 69) bahwa pragmatik mencakup deiktik, praduga, dan tindak tutur. Pendapat ini juga diungkapkan oleh Levinson (1987: 27) bahwa pragmatics is the study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech acts, and aspects of discourse structure .

Realitas pemakaian deiksis dapat ditemukan pada suatu kata atau kalimat dalam suatu wacana kebahasaan, seperti pada surat kabar. Surat kabar merupakan media cetak yang menggunakan bahasa tulis sebagai sarana penyampaiannya sehingga dalam surat kabar terdapat banyak wacana kebahasaan. Salah satu wacana kebahasaan dalam surat kabar adalah berita pendidikan. Berita pendidikan berisi peristiwa-peristiwa dan informasi-informasi seputar dunia pendidikan.

Wacana berita pendidikan menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Wacana berita yang digunakan dalam penelitian ini adalah wacana dalam harian Solopos yang dimuat setiap hari Senin – Sabtu. Dalam penelitian ini dideskripsikan bentuk-bentuk deiksis dan fungsi-fungsi pemakaian deiksis yang terdapat dalam wacana pada halaman pendidikan harian Solopos.

Uraian di atas merupakan uraian kerangka berpikir dalam penelitian ini. Kerangka berpikir tersebut dapat dilihat pada bagan berikut.

commit to user

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir

Struktur Wacana

Tindak Tutur Implikatur Praanggapan

Pendidikan harian Solopos

Pragmatik

Bentuk-bentuk deiksis Fungsi-fungsi deiksis

Deiksis

Deiksis persona

Deiksis wacana

Deiksis sosial

commit to user

Dokumen yang terkait

Neti, Marzuki, Martono Program Studi Magister pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak Email : Elisabeth_Tarigasgmail.com Abstract - STRATEGI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN, KER

0 0 11

PENGGUNAAN DEIKSIS PRONOMINA, TEMPAT, DAN WAKTU PADA NOVEL GENDUK KARYA SUNDARI MARDJUKI Atika Maisuri, Patriantoro, Laurensius Salem Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: syankkkthiekaco.id Abstract - PENGGUNAAN

0 1 10

Askatriyani, Y. Gatot Sutapa, Aloysius Mering Program Studi Magister Teknologi Pendidikan FKIP Untan Pontianak Email : askatriyanigmail.com Abstract - PEMANFAATAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK PEROLEHAN BELAJAR NARRATIVE TEKS SISWA SM

0 0 11

Vera Estika, Siti Halidjah, Sugiyono Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email :veraestika96gmail.com Abstract - PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI DI KELAS III SEKOLAH DASAR

0 0 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Rupina Banang, Muhammad Syukri, Marmawi R Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, FKIP Untan Pontianak Email:rupinabananggmail.com Abstract - PENIN

0 0 12

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA RANAH KELUARGA MUDA DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR (Suatu Kajian Pragmatik)

0 0 151

Pendidikan Karakter di Sekolah Islam (Studi Kasus SMA Muhammadiyah I dan MA Muallimin Yogyakarta)

0 0 245

Iklim Komunikasi Organisasi, Reward Dan Kinerja Karyawan Di PT. PLN (Persero) Area Surakarta

0 1 163

Implementasi Supervisi Akademik Kepala Sekolah Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Kebakkramat

2 3 109

PROSES KREATIF DINDA NATASYA DALAM DIALOG CINTA OASE SAMUDRA BIRU: Sebuah Pendekatan Ekspresif

0 1 109