Lapis Objek, Latar dan Pelaku
3. Lapis Objek, Latar dan Pelaku
a. Objek
Dilihat dari unsur-unsurnya SPJ adalah karya sastra tulis yang berisikan tentang sebuah keadaan zaman yang sudah mulai rusak yang terangkum dalam dua zaman yaitu zaman dusta dan zaman nista,serta situasi ketika naskah SPJ ini dibuat. Pada waktu itu kaum lemah tersiksa karena tidak berdaya melawan kekuasaan yang dikuasai oleh kapitalis. Objek yang dikemukakan adalah mengenai keadaan zaman yang sudah mulai rusak tersebut serta situasi pada waktu itu ( pada saat naskah di tulis ). Seperti yang disebutkan dalam KD Pupuh 3 bait 26 :
Kutipan :
Kakang buruh rina wêngi adus êluh / pramarkaya tan nyukupi / pêpariman urut lurung / kèh jalma anyade siwi / ingurupkên katul ompong //
Terjemahan :
Para buruh siang malam bekerja keras, tetapi pekerjaanya tidak mencukupi, meminta-minta sepanjang jalan, banyak orang menjual anak, seperti menghidupkan katul ompong.
commit to user
Kutipan KN Pupuh 1 bait 2 :
Kala nistha wêrdinipun / jaman kepupu ing nisthip / nistha sakèhing sujalma / kalis budi kang lêlungit / ngalangut kêlut ing jaman / jalma tan bisa sumingkir
Terjemahan :
zaman nista namanya, zaman yang dikukup oleh kenistaan, nista banyaknya manusia, tidak mempunyai budi perkerti sama sekali, hanya terdiam dan ikut teseret di dalam zaman, manusia tidak bisa menghindar.
Kutipan KN Pupuh 3 bait 30
Asor darajading bangsa / budaya cinuwil-cuwil / ciwêl- ciniwêl sakadang / rêbud balung tanpa isi / satêmah ngliling semi / kanisthan sinêngguh luhur / pandak manèh yèn iya / marsudi kêsète dadi / luhur asor nagari saking budaya
Terjemahan :
Rendah derajatnya bangsa, jika budaya terbelah-belah, saling bermusuhan antar saudara, berebut sesuatu yang tak pasti, sudah pasti melirik yang tumbuh, kenistaan hampir tinggi, apalagi jika benar begitu, semakin menjadi rasa malasnya, baik buruknya negara adalah dari budaya.
commit to user
b. Latar
Pemahaman terhadap struktur cerita latar mendapat pioritas pertama untuk mengetahui keragaman cerita tersebut. Dalam hubunganya dengan SPJ diduga menunjukkan hubungan kesatuan struktur di dalamnya, dengan latar belakang yang melahirkan cerita inilah yang menjadi latar belakang sosial pengarang.
Latar adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya sebuah peristiwa. Latar atau setting biasanya berarti tempat tertentu, daerah tertentu, orang-orang tertentu dengan watak-watak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup tertentu atau cara berfikir tertentu (Jakob & Saini, 1986:76).
Aspek latar atau setting meliputi aspek ruang dan waktu, terjadinya peristiwa-peristiwa. Ruang adalah tempat atau lokasi peristiwa-peristiwa yang diamati baik yang ekstern maupun intern. Waktu dapat dijelaskan dalam cerita, yaitu seorang pencerita akan memberikan jaman yang terjadi dalam peristiwa-peristiwa yang disajikan biasanya secara tertulis atau secra tersirat secara panjang lebar.
Kutipan DT pupuh 1 bait 1 baris 5 :
. . . . . dasih anandhang wiyoga. . . . . ( pembantu wanita sedang mengalami sedih )
commit to user
Kutipan DT pupuh 1 bait 4 baris 6 :
Usadaning kang nandhang gring ( obatnya yang sedang mengalami sakit )
Kutipan KD pupuh 1 bait 5 baris 6 :
. . . . . . . jroning tyas anandhang rapuh . . . . ( di dalam hati sedang mengalami patah atau rapuh )
Kutipan KD pupuh 1 bait 10 baris 1-3 :
Bêbadhutan ngandhut rasa, rasa lonyat mulut ati, ati sêngsêm sêming karsa. . . . . . . . ( manusia menahan rasa, rasa sakit yang menyelimuti hati, hati senang atau terpesona )
Dalam SPJ tidak terdapat latar yang meliputi tempat dan waktu, karena isi dari SPJ bukan cerita/prosa melainkan tentang uraian kritis kerusakan zaman yang terdiri dari 4 pokok bahasan dan terangkum dalam dua zaman yaitu zaman dusta dan zaman nista. Naskah SPJ ditulis oleh Ki Gedhe Mudya Sutawijaya di Getas Jaten Karanganyar Surakarta, yang artinya di mana Getas Jaten Surakarta tersebut juga merupakan latar dari pembutan naskah SPJ ini.
Namun latar bukan hanya berpusat pada tempat, waktu saja latar juga bisa berbentuk dengan kedaan suasana atau situasi, seperti suasana hati seseorang yang sedang mengalami kesenangan maupun kesedihan, seperti yang dicontohkan di atas.
commit to user
c. Pelaku
Pelaku adalah pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa (Jakob & Saini , 1986:144). SPJ merupakan karya sastra tulis naskah jawa yang berbentuk tembang, di dalam tembang tersebut tidak terbentuk suatu cerita / prosa melainkan suatu uraian tentang gambaran kedaan zaman yang sudah mulai rusak yang terdiri dari 4 pokok bahasan dan terangkum dalam dua zaman yaitu zaman dusta dan zaman nista serta uraian tentang tetindasnnya kaum lemah karena kalah denngan kekuasaan kapitalis. Pelaku-pelaku dalam SPJ adalah manusia itu sendiri, baik penguasa, laki-laki, perempuan, bapak, ibu, anak, nenek, kakek, priyayi, ulama dan pedagang. Berikut kutipan dalam teks:
Kutipan MG Pupuh 1 bait 4 baris 4 - 5:
. . . . . . . . priyayi kèh karêm slingkuh / para ngalim karêm nyêbrot // (para pegawai senang berselingkuh, alim ulama senang mengejar keduniawian atau berbuat maksiat)
Kutipan MG Pupuh 1 bait 2 baris 3 :
. . . . . ing Batawi para jenderal naik Haji . . . . . . (di Betawi para jenderal naik Haji)
Kutipan MG Pupuh 1 bait 3 bait 4 :
. . . . . sarjana-sarjana bedun . . . . . . ( sarjana-sarjana bodoh )
commit to user
Kutipan MG Pupuh 1 bait 7 baris 4 : . . . . . . banaspati ngathèngkrang alungguh kursi . . . . ( banaspatri duduk berjigang di kursi )
DT Pupuh 1 bait 1 baris 4 :
. . . . . dasih anandhang wiyoga. . . . . (pembantu wanita sedang mengalami sedih )
Kutipan DT Pupuh 2 bait 16 baris 5-7 : . . . . . . pra manungsa nadyan dewa samya dhêku / saking jrih
ingkang wasesa / monar punika sang aji // ( para manusia walaupun dewa sama-sama tunduk, karena takutnya pada penguasa, karena monar itu berarti benar-benar berkuasa )
Kutipan KD Pupuh 1 bait 2-4 : . . . . . sakèh jalma laku juti / badhut lanyah apus krama / sugih kojah datan yêkti . . . . . ( banyak orang senang menipu, mengobral janji, banyak bicara namuin tidak ada buktinya)
Kutipan KD Pupuh 2 bait 19 baris 1-3 : Jalma nguja drêning karsa / bapa biyung tumindak kang tan yogi / pêpasthèn mring turunipun . . . . ( Manusia senang mengumbar hawa nafsu, perbuatan orang tua yang tidak terpuji, di ikuti oleh anak turunya )
commit to user
Kutipan KD Pupuh 3 bait 25 baris 1-3 : Paman dagang kaplêngkang sêsolahipun / nadyan bakul nandhang rugi / paman tani wus barundhul . . . . . ( Pedangang terpeleset karena tingkah lakunya, walaupun berdagang tetapi menanggung rugi )
Kutipan KN Pupuh 2 bait 18 baris 4 : . . . . . priya wêwenangipun . . . . . ( lelaki yang berkuasa )
KN Pupuh 2 bait 19 baris 9 : . . . . putra wayah gêdhé cilik amuwuhi . . . . . ( anak cucu besar kecil nambahi )
Kutipan KN Pupuh 2 bait 24 baris1-3 :
Wong wanodya wadon kang sajati / priya inggih trêsna ing wanodya . . . . . ( Seorang wanita tulen yang sejati, laki-laki juga menyayangi wanita )
Kutipan KN Pupuh 2 bait 25 baris 1-7 : Brai barès ngêdhêt nganyang batin / nini-nini sapa ingkang nyana / dene karêm nonton jogèt . . . . . ( Jujur menawar batin, nenek-nenek siapa yang mengira, dia suka menonton jogetan )
commit to user