Pendekatan Pembelajaran

2. Pendekatan Pembelajaran

Untuk dapat menguasai keterampilan, khususnya teknik jump shoot bolabasket diperlukan suatu proses belajar yang didukung oleh pengalaman gerak-gerak yang dimiliki sebelumnya. Tanpa adanya proses belajar serta pengalaman, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mempraktikkan satu keterampilan gerak dikarenakan belum mempunyai gambaran gerak atau rencana pelaksanaan gerak. Untuk itu, belajar keterampilan gerak harus dilakukan secara ajeg, maju dan berkelanjutan. Agar mendapatkan hasil belajar yang efektif dan efisien, maka dalam proses pembelajaran perlu disertai dengan bimbingan dan evaluasi terhadap kesalahan yang dilakukan serta diberitahukan cara-cara melakukan gerakan dengan benar. Dengan demikian siswa selalu dalam keadaan terkontrol, sehingga mengetahui apa dan bagaimana seharusnya satu keterampilan gerak yang benar dilakukan. Bila terjadi kesalahan gerak tidak segera dibetulkan akan merugikan siswa karena menghambat penguasaan keterampilan gerak yang benar.

secara lisan atau pengetahuannya (Cassidy, et al 2004:67). Belajar adalah bagian dari pengalaman dan sebagai fungsi dari perkembangan (Keogh & Sudgen, 1985:40). Selain itu belajar merupakan proses perubahan individu sebagai hasil dari pengalaman atau latihan melalui aktivitas yang berulang- ulang (Grace, 1983:41). Adapun Winkel (1996:42) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses aktivitas mental (psikis), yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Menurut M. Furqon Hidayatullah (2009:161), agar pembelajaran dapat menyenangkan bagi peserta didik, maka pengajar harus pandai mengemas sehingga peserta didik tertarik pada pembelajaran tersebut, salah satu upayanya adalah seorang pengajar memiliki pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu seorang pengajar harus mampu memilih pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga bisa memberikan peluang terjadinya proses pembelajaran yang efektif sehingga bisa memberikan peluang terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan juga efisien. Seperti yang dikatakan Nadisah (1992:96) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran akan dirasa cocok, apabila mampu meningkatkan efektivitas dan efesiensi.

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensinya yang dibawa sejak lahir, hal ini sesuai pendapat

Morris & Shermis (1992:1) mengatakan “belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis”. Perubahan itu terjadi pada pemahaman perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dari situasi tertentu.

Proses pembelajaran selain diawali dengan perencanaan yang bijak, serta didukung pada suatu lingkungan belajar dengan komunikasi yang baik, juga harus didukung dengan pengembangan strategi yang mampu membelajarkan siswa. Menurut Abdul Majid (2008:111), pengelolaan pembelajaran merupakan suatu proses penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses kepada peserta didiknya. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan yang menyenangkan dan membanggakan bagi peserta didik sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan masalah (M. Furqon Hidayatullah, 2009:85).

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 1999:36). Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan dan pengalaman, perilaku fisik (pertumbuhan) dan perubahan karena kematangan tidak termasuk belajar. Memperhatikan pendapat tersebut

pada diri orang yang belajar karena pengalaman. Pendekatan belajar merupakan salah satu strategi dasar dalam belajar mengajar digunakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar (1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan, (2) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, (3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif, (4) Menetapkan norma dan batas minimal keberhasilan. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru harus memilih cara pendekatan belajar mengajar paling tepat dan efektif untuk mencapai tujuan, artinya bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang digunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya.

Keberhasilan pencapaian tujuan yang ditentukan oleh kemampuan guru dalam memberikan bimbingan dan pencermatan gerakan melalui tahapan persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas (Winkel, 1999:44). Semakin tepat pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran, maka semakin efektif dalam mencapai tujuan. Guru harus mampu memilih pendekatan mengajar yang tepat sehingga memberikan peluang terjadinya proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Menurut Nadisah (1992:96) bahwa

mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses. Pendekatan mengajar merupakan suatu cara yang digunakan menyajikan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Pendekataan mengajar adalah suatu cara khusus yang digunakan untuk mengajar secara sistematis guna mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang mengatur faktor eksternal dalam kegiatan belajar yang mendukung dan mendorong serta menjaga tercapainya tujuan pengajaran. Dalam proses pembelajaran ada dua kegiatan yaitu kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Corey dalam Syaiful Sagala, 2003:61). Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara penerapan materi dengan keadaan yang bervariasi secara terencana dan sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Good & Brophy (1990:43) belajar merupakan proses bertambahnya perubahan yang relatif permanen meliputi pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan individu melalui pengalamannya. Belajar dapat juga didefinisikan sebagai suatu perubahan keadaan internal individu sebagai hasil dari instruksi, pengalaman, belajar, dan latihan. Perubahan internal tersebut tidak dapat dilihat, tetapi dapat diduga dari perilaku atau penampilan (Deborah & Charles, 1995:43).

yang disebut perubahan dari belajar adalah perubahan yang permanen atau konstan dan perubahan itu terjadi setelah individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Magill (2001:45) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan keadaan yang terjadi pada individu yang diduga dari peningkatan secara relatif permanen dalam penampilannya sebagai hasil dari latihan. Sedangkan Schmidt (1988:46) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perolehan kapabilitas untuk menghasilkan keterampilan gerak, yang terjadinya sebagai hasil langsung dari latihan atau pengalaman dan prosesnya tidak dapat diamati secara langsung, serta diperkirakan menghasilkan perubahan yang relatif permanen pada kemampuan perilaku keterampilan.

Belajar sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku ke arah konsisten (menetap) melalui pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Untuk itu terjadinya proses belajar karena ada usaha atau aktivitas tertentu dari individu. Dalam kaitan dengan belajar dan perubahan tingkah laku. Gagne (1985:47) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam disposisi individu atau kapabilitas yang berlangsung selama satu masa waktu dan yang tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan. Belajar dapat terjadi, jika individu secara kontinyu melakukan sesuatu setiap hari akan menambah pengetahuan atau kapabilitas (Schmidt, 1988:48). Adapun jenis pertumbuban belajar dapat ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku dengan cara membandingkan antara tingkah laku Belajar sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku ke arah konsisten (menetap) melalui pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Untuk itu terjadinya proses belajar karena ada usaha atau aktivitas tertentu dari individu. Dalam kaitan dengan belajar dan perubahan tingkah laku. Gagne (1985:47) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam disposisi individu atau kapabilitas yang berlangsung selama satu masa waktu dan yang tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan. Belajar dapat terjadi, jika individu secara kontinyu melakukan sesuatu setiap hari akan menambah pengetahuan atau kapabilitas (Schmidt, 1988:48). Adapun jenis pertumbuban belajar dapat ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku dengan cara membandingkan antara tingkah laku

Menurut Cassidy, et al (2004:28) bahwa melalui pengamatan yang bersifat mendidik yang lebih baik, para guru diharapkan untuk mengembangkan fase kognitif (pemikiran), afektif (rasa) dan psikomotor (fisik). Dalam proses belajar penguasaan keterampilan gerak, selain unsur psikomotor yang terlibat, ada pula unsur kognitif dan afektif. Artinya, meskipun tekanan belajarnya ialah penguasaan suatu keterampilan olahraga, tidak berarti unsur-unsur lain seperti kognitif (misalnya pemahaman konsep) dan afektif (misalnya peraturan serta nilai yang terkandung di dalam cabang olahraga) diabaikan. Berkaitan dengan tahap-tahap belajar keterampilan motorik, Fitts & Posner yang dipaparkan oleh Sugiyanto dan Sudjarwo (1994:272) merinci tahap-tahap belajar gerak yaitu “fase kognitif, fase asosiatif dan fase otomatisasi”. Penjelasan ketiga tahapan tersebut dirangkum sebagai berikut:

a) Fase kognitif Dalam fase ini proses belajar diawali dengan berpikir tentang gerakan yang dipelajari, siswa berusaha mengetahui dan memahami konsep gerakan yang diberikan kepadanya baik yang bersifat verbal maupun yang bersifat visual artinya gerakan-gerakan yang diinformasikan dengan kata-kata (yang didengar) maupun yang diinformasikan melalui demontrasi langsung, informasi tersebut ditangkap oleh indera yang a) Fase kognitif Dalam fase ini proses belajar diawali dengan berpikir tentang gerakan yang dipelajari, siswa berusaha mengetahui dan memahami konsep gerakan yang diberikan kepadanya baik yang bersifat verbal maupun yang bersifat visual artinya gerakan-gerakan yang diinformasikan dengan kata-kata (yang didengar) maupun yang diinformasikan melalui demontrasi langsung, informasi tersebut ditangkap oleh indera yang

Tahap ini siswa menerima informasi tentang konsep gerak, dan berusaha memahami serta mencoba mengulang-ulang gerakan. Dalam usaha penerapan konsep gerak tersebut, tidak mustahil siswa banyak mengalami kesalahan, gerakan kaku, dia meniru contoh gerakan temannya, dan hasil gerakannya tidak konsisten, namun dengan mempraktikkan gerakan berulang-ulang gerakan demi gerakan, penguasaan keterampilan melakukan gerakan menjadi meningkat memasuki fase belajar selanjutnya.

b) Fase asosiatif Setelah tahap pertama dilalui maka belajar atau berlatih beralih ke tahap asosiatif atau fase menengah. Pada awal tahap ini ditandai dengan pelaksanaan tugas gerak yang dilakukan oleh siswa semakin efektif dan efisien, artinya kesalahan gerakan semakin berkurang, pelaksanaan gerakan mulai semakin halus, terkoordinir, tetapi belum otomatis. Pelaku mulai mampu melakukan gerakan dan menyesuaikan diri dengan gerakan kekikukan, seperti timing, kecepatan dan kekuatan gerakan. Karena itu dalam tahap asosiatif ini siswa lebih memusatkan perhatian bagaimana melakukan pola gerak sebaik-baiknya, dan bukan lagi mencari-cari pola b) Fase asosiatif Setelah tahap pertama dilalui maka belajar atau berlatih beralih ke tahap asosiatif atau fase menengah. Pada awal tahap ini ditandai dengan pelaksanaan tugas gerak yang dilakukan oleh siswa semakin efektif dan efisien, artinya kesalahan gerakan semakin berkurang, pelaksanaan gerakan mulai semakin halus, terkoordinir, tetapi belum otomatis. Pelaku mulai mampu melakukan gerakan dan menyesuaikan diri dengan gerakan kekikukan, seperti timing, kecepatan dan kekuatan gerakan. Karena itu dalam tahap asosiatif ini siswa lebih memusatkan perhatian bagaimana melakukan pola gerak sebaik-baiknya, dan bukan lagi mencari-cari pola

Untuk meningkatkan penguasaan gerakan yang benar perlu adanya koreksi dari guru, orang lain atau melalui rekaman gerakan yang dilakukan siswa sehingga ia dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukannya melalui repetisi atau pengulangan-pengulangan gerakan yang pada akhirnya siswa dapat merangkai gerakan secara terpadu.

c) Fase otomatisasi Setelah seseorang belajar dalam suatu periode tertentu, maka pada akhirnya dia akan sampai pada tahap otomatisasi. Artinya pelaku mulai melakukan gerak secara otomatis karena telah latihan gerakan berulang- ulang dengan teratur dan dengan frekuensi ulangan yang banyak dalam jangka waktu yang relatif lama. Kemampuan kognitif mulai berkurang karena gerakan yang dilakukan telah dilakukan secara otomatis, dan hasil gerakan lebih baik dibandingkan dengan tahap-tahap sebelumnya. Dalam arti lain, keterampilan yang dipelajari dapat ditampilkan secara cermat dan tepat, serta gerakannya tidak terganggu oleh kegiatan lingkungan yang terjadi secara simultan.

Belajar dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku ke arah yang konsisten (menetap) sebagai pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Pengertian ini Belajar dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku ke arah yang konsisten (menetap) sebagai pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Pengertian ini

Proses belajar merupakan satu hubungan yang terus-menerus dan berkesinambungan antara guru, pembina maupun guru dengan siswa. Pengalaman siswa yang merupakan hasil belajar adalah cerminan dari apa yang diajarkan oleh guru, pembina maupun guru selama proses belajar. Proses belajar memang tidak dapat diamati, tetapi hasil belajar yang berupa penampilan gerak merupakan perilaku yang dapat diamati secara langsung. Perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari proses belajar sifatnya relatif permanen. Adapun yang dimaksud dengan hasil perubahan yang bersifat relatif permanen diantaranya dalam bentuk yang antara lain mencakup hal-hal seperti pengertian, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan.

Belajar keterampilan motorik akan menghasilkan satu perubahan perilaku yang akan nampak sebagai hasil, terutama pada perubahan keterampilan. Perubahan individu sebagai hasil belajar keterampilan motorik antara lain ditandai dengan terjadinya perubahan pada sistem syaraf dan sistem otot. Pada sistem syaraf, individu akan lebih mengenal terhadap bentuk-bentuk stimulus yang serupa dengan yang pernah diterima selama proses belajar. Kondisi tersebut akan memudahkan dan mempercepat individu dalam merespons setiap stimulus yang sama atau hampir sama. Sedangkan perubahan pada sistem otot diantaranya akan menjadi lebih kuat, tahan, dan cepat dalam merespons setiap stimulus yang berupa gerak.

kondisi tertentu yang berbeda dengan kondisi belajar pada jenis belajar yang lain. Ada dua jenis kondisi pada belajar gerak keterampilan, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal (Gagne, 1985:231). Kondisi internal adalah kondisi yang ada pada diri pelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada pada situasi belajar. Kondisi internal meliputi dua hal, yaitu: mengingat bagian-bagian keterampilan (recall of part-skills) dan mengingat rangkaian pelaksanaan (recall of executing routine). Kondisi eksternal meliputi lima hal, yaitu: instruksi verbal, gambar, demontrasi, praktik, dan umpan balik.

Pembelajaran gerak menurut Piaget dalam Good & Brophy (1990:134) menyatakan bahawa “Skema Sensor Motorik” yaitu suatu pembelajaran lebih efisien bila diberikan contoh sehingga dapat meniru dan dengan instruksi verbal dan gambaran visual dapat menggunakannya sebagai penuntun terhadap penampilan dan menjadi tambahan kesempatan dalam praktek dengan umpan balik yang korektif. Latihan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta siswa sebagai umpan balik. Umpan balik dalam belajar keterampilan gerak bersifat internal selain umpan balik internal ini keterampilan gerak juga menghasilkan umpan balik external melalui kejadian di lingkungannya. Pada pembelajaran keterampilan gerak penting untuk mencegah berkembangnya kebiasaan buruk. Bila siswa tidak diajarkan prinsip dasar dan bentuk yang tepat, maka mereka dapat mengembangkan

efisien dan secara potensial tidak produktif. Dengan adanya perubahan pada sistem syaraf dan sistem otot individu sebagai akibat dari latihan, maka dalam belajar keterampilan motorik terjadinya perubahan akan lebih permanen bila dibandingkan dengan belajar yang bukan keterampilan motorik. Artinya, individu yang pernah belajar satu keterampilan motorik akan membekas lebih lama dari pada belajar yang non keterampilan motorik. Pendapat tersebut dikuatkan oleh Good & Brophy (1990:52) bahwa belajar meningkatkan kemampuan untuk penampilan, perubahan hasil belajar dapat diamati dari penampilan sebagai kesimpulan bahwa telah terjadi proses belajar terutama belajar motorik yang peningkatannya melalui latihan. Dengan demikian hasil belajar yang bersifat motorik (psikomotor) akan membekas lebih lama dari pada hasil belajar yang bersifat kognitif. Sebab prinsip belajar antara lain (1) berhubungan dengan suatu hal, (2) prosesnya aktif, (3) tergantung dari usaha dan aktivitas, dan (4) melibatkan kemauan, intelektual, dan emosional (Annarino, et al, 1980:53).

Istilah pembelajaran selalu berkaitan dengan pengertian interaksi belajar mengajar antara guru, pembina dan guru dengan siswa, sehingga dampak dari proses belajar akan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa. Untuk itu, dalam pengertian pembelajaran mengandung suatu proses belajar mengajar untuk mencapai perubahan ke arah peningkatan baik yang berupa pengetahuan, kemampuan, keterampilan, nilai maupun sikap yang dapat menetap secara relatif permanen sebagai hasil dari latihan. Adapun ciri- Istilah pembelajaran selalu berkaitan dengan pengertian interaksi belajar mengajar antara guru, pembina dan guru dengan siswa, sehingga dampak dari proses belajar akan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku pada siswa. Untuk itu, dalam pengertian pembelajaran mengandung suatu proses belajar mengajar untuk mencapai perubahan ke arah peningkatan baik yang berupa pengetahuan, kemampuan, keterampilan, nilai maupun sikap yang dapat menetap secara relatif permanen sebagai hasil dari latihan. Adapun ciri-

Melalui metode pembelajaran akan dapat didefinisikan dengan jelas mengenai tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran dapat membantu menyelesaikan tugas guru, pembina maupun guru melalui pemilihan bentuk instruksi dan penilaian sesuai dengan kondisi guru, pembina maupun pelatih dan kemampuan siswa. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani jika guru, pembina maupun pelatih memiliki suatu metode pembelajaran yang tersusun secara rinci, akan memudahkan dalam mengelola kelas saat di lapangan. Pemanfaatan sumber belajar oleh guru, pembina maupun pelatih akan membantu menciptakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Untuk itu, para guru, pembina maupun pelatih olahraga dapat mengembangkan atau menciptakan model-model dan metode pembelajaran, dengan tujuan untuk memperlancar proses penguasaan satu keterampilan gerak yang diajarkan kepada siswa. Tentunya pengembangan dan penciptaan model pembelajaran harus memiliki landasan dan dasar pemikiran yang kuat, agar tidak berdampak negatif pada siswa. Oleh karena itu pengembangan dan penciptaan berbagai model oleh guru, pembina maupun pelatih dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga Melalui metode pembelajaran akan dapat didefinisikan dengan jelas mengenai tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran dapat membantu menyelesaikan tugas guru, pembina maupun guru melalui pemilihan bentuk instruksi dan penilaian sesuai dengan kondisi guru, pembina maupun pelatih dan kemampuan siswa. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani jika guru, pembina maupun pelatih memiliki suatu metode pembelajaran yang tersusun secara rinci, akan memudahkan dalam mengelola kelas saat di lapangan. Pemanfaatan sumber belajar oleh guru, pembina maupun pelatih akan membantu menciptakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Untuk itu, para guru, pembina maupun pelatih olahraga dapat mengembangkan atau menciptakan model-model dan metode pembelajaran, dengan tujuan untuk memperlancar proses penguasaan satu keterampilan gerak yang diajarkan kepada siswa. Tentunya pengembangan dan penciptaan model pembelajaran harus memiliki landasan dan dasar pemikiran yang kuat, agar tidak berdampak negatif pada siswa. Oleh karena itu pengembangan dan penciptaan berbagai model oleh guru, pembina maupun pelatih dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga

Menurut Nana Sudjana (2000:25) bahwa hakikat belajar mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Asumsi yang melandasi hakikat belajar mengajar tersebut adalah: (a) proses belajar mengajar yang efektif memerlukan strategi dan teknologi pendidikan yang tepat, (b) program belajar mengajar dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, (c) proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan belajar, (d) pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktik serta materi penyampaiannya, (e) pembentukan kompetensi profesional memerlukan pengalaman lapangan, latihan keterampilan terbatas sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara lengkap dan aktual, (f) kriteria keberhasilan yang mana dalam pendidikan adalah pendemonstrasian penguasaan kompetensi, (g) materi pengajaran, sistem penyampaiannya selalu berkembang.

Pembelajaran dalam permainan bolabasket bertujuan agar siswa dapat menguasai jump shoot bolabasket. Menurut Sugiyanto (1997:289) bahwa, “keterampilan gerak bisa diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan

keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien”. Gerakan keterampilan merupakan salah satu kategori gerakan dalam melakukannya diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh secara keseluruhan atau sebagian tubuh. Gerakan keterampilan merupakan gerakan yang memenuhi kriteria tertentu. Adang Suherman (2000:56) menyatakan bahwa, tiga indikator gerak terampil yaitu: (1) efektif artinya sesuai dengan produk yang diinginkan, (2) efisien artinya sesuai dengan proses yang seharusnya dilakukan, (3) adaptif artinya sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana gerak tersebut dilakukan.

Menurut Sage dalam Pate Rotella dan McClenaghan (1993:203), bahwa “Gerakan refleks adalah akibat dari rangsangan reseptor sensoris yang mengirimkan suatu tanda sepanjang jalur syaraf refleks dan balik ke serabut- serabut otot”. Biasanya, gerakan-gerakan ini dikendalikan pada tingkat jaringan syaraf tulang belakang gerak reflek ini mempunyai peranan penting dalam olahraga. Tingkatan integrasi sensoris adalah gerakan dini terkendali yang cenderung kasar dan tidak teratur. Bayi memperoleh pengaturan terkendali yang makin bertambah atas otot-otot rangka yang lebih besar dan kemudian memperoleh kekuatan untuk membuat penyesuaian sikap tubuhnya dalam belajar bergerak. Selama penampilan gerakan sederhana yang terpisah, anak mulai mengintegrasikan masukan dari berbagai penerima sensoris dengan penampilan gerakan motorik. Proses Perseptual ini penting untuk perolehan tingkah laku gerak yang efisien. Anak-anak segera belajar melalui

yang sesuai untuk menghasilkan respon gerak. Perkembangan pola gerakan dasar dimulai pada awal masa anak-anak usia 2-8 tahun ditunjukan oleh pencapaian dan perkembangan yang cepat dari kemampuan gerak yang semakin kompleks. Pengembangan gerak selama dua tingkatan pertama sangat tergantung pada proses kematangan sebagai akibat dari bertambahnya usia dan tidak terlalu tergantung pada pengalaman anak-anak, tetapi tingkatan pola gerak dasar menandai peralihan yang cepat dari perkembangan yang berdasar pada kematangan menuju suatu proses yang sangat tergantung dari pemikiran dan proses pernbelajaran keterampilan gerak.

Keterampilan dapat digambarkan sebagai kualitas penampilan seseorang dalam melakukan tugas gerak fisik. Indikator kualitas yang harus dipenuhi sebagai gerak terampil yaitu efektif, efisien dan adaptif. Jump shoot bolabasket merupakan kualitas penampilan pemain dalam melakukan tugas gerak jump shoot bolabasket. Untuk dapat menguasai keterampilan gerak jump shoot bolabasket dengan baik, harus melalui proses pembelajaran.

Perlu memilih pendekatan yang tepat dan sesuai dengan tipe gerak dasar siswa, sehingga pendekatan yang digunakan benar efektif dan efisien dalam merangsang minat siswa untuk belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga akan berkembang secara makimal. Pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran bermain bolabasket, harus dapat menimbulkan rasa senang pada siswa juga memberikan peluang bagi guru dalam memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal sehingga tidak ada Perlu memilih pendekatan yang tepat dan sesuai dengan tipe gerak dasar siswa, sehingga pendekatan yang digunakan benar efektif dan efisien dalam merangsang minat siswa untuk belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga akan berkembang secara makimal. Pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran bermain bolabasket, harus dapat menimbulkan rasa senang pada siswa juga memberikan peluang bagi guru dalam memanfaatkan fasilitas yang ada secara maksimal sehingga tidak ada

Jenis pendekatan pembelajaran yang juga dapat digunakan untuk pembelajaran jump shoot bolabasket, diantaranya yaitu metode bagian repetitif dan progresif. Pada penelitian ini akan dibahas secara lebih lanjut mengenai pembelajaran keterampilan dengan metode bagian repetitif dan progresif.

a. Metode Bagian Repetitif

Metode bagian repetitif yaitu suatu metode dalam pembelajaran dimana siswa mempelajari sesuatu bagian sampai dikuasai dan kemudian mengkombinasikan dengan bagian yang lain baru dengan dipelajari atau dipraktikkan secara bersama sampai dikuasai. Prosedur ini diikuti oleh masing-masing bagian yang tersisa sampai semua bagian dapat dipraktikkan sebagai suatu keseluruhan (Christina & Corcos, 1988:77). Menurut Dumadi (1992:173) bahwa “Metode bagian repetitif adalah mempelajari tiap-tiap elemen gerak yang baru langsung dirangkaikan dengan elemen gerak yang dimiliki sebelumnya hanya melalui penjelasan atau contoh saja tanpa penguasaan gerak terlebih dahulu”.

Metode bagian repetitif dapat diterapkan pada pembelajaran jump shoot bolabasket. Urutan pembagian elemen-elemen teknik jump shoot bolabasket pada pembelajaran menggunakan metode bagian repetitif, dengan sebagai berikut:

1) Mempelajari bagaimana memegang bola ini sampai dikuasai.

sasaran, dipelajari dan dipraktikkan secara bersama-sama sampai dikuasai.

3) Mengkombinasikan memegang bola, pandangan dari bola lalu ke sasaran dan lompatan dipelajari dan dipraktikkan secara bersama- sama sampai dikuasai.

4) Mengkombinasikan memegang bola, pandangan dari bola lalu ke sasaran, lompatan dan tembakan dipelajari dan dipraktikkan secara bersama-sama sebagai suatu keseluruhan.

5) Rangkaian jump shoot bolabasket secara keseluruhan.

Langkah pertama dalam penggunaan metode bagian repetitif adalah membagi materi pembelajaran menjadi beberapa bagian yang dapat digunakan untuk memisahkan menjadi beberapa rangkaian gerak. Pada metode bagian repetitif terjadi pengulangan-pengulangan gerak baik pada tiap bagian maupun pada cara mengkombinasikan antar bagian. Dengan demikian pembelajaran dengan metode repetitif adalah sebagai berikut: Bagian pertama dipelajari sampai dikuasai, kemudian dikombinasikan dengan bagian yang baru. Saat mempelajari bagian yang baru, bersama- sama dengan bagian yang pertama yang telah dikuasai, kemudian setelah bagian ini dikuasai selanjutnya dikombinasikan dengan bagian yang baru lainnya. Jadi setiap mempelajari bagian yang baru selalu diikuti bagian sebelumnya yang telah dikuasai.

baru, langsung dirangkaikan dengan elemen gerak yang telah dimiliki sebelumnya, hanya melalui penjelasan atau contoh saja tanpa penguasaan gerak terlebih dahulu. Dalam metode ini siswa diberikan elemen baru dari teknik jump shoot bolabasket, kemudian langsung dirangkaikan dengan elemen gerakan yang telah dimiliki dan diajarkan sebelumnya. Misalnya siswa diberikan materi teknik tembakan, lalu diberi contoh kemudian siswa langsung melakukan tembakan yang dirangkaikan dengan teknik awalan yang telah diajarkan sebelumnya.

Keuntungan dari penggunaan metode bagian repetitif adalah adanya pengulangan secara terus menerus pada semua bagian, akan mempermudah siswa dalam menguasai gerak pada setiap bagian maupun gerak secara keseluruhan. Menurut Rooijakkers (1990:19) bahwa “Pengulangan suatu informasi akan memperkuat kemampuan siswa untuk mengingatnya”. Berdasarkan pelaksanaan metode bagian repetitif dapat dianalisis mengenai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:

1) Keuntungan dari metode bagian repetitif

(a) Siswa dapat melakukan gerakan yang berkelanjutan. (b) Bagi siswa yang cerdas dan daya tangkapnya baik lebih

menyukai metode ini karena gerakannya langsung dirangkaikan dengan gerakan yang berikutnya.

(a) Siswa kurang menguasai gerakan berikutnya, karena langsung dirangkaikan gerakan baru tanpa penguasaan lebih dahulu. (b) Bagi siswa yang baru belajar dan bagi siswa yang kecerdasannya kurang, mengalami kesulitan untuk dapat menguasai gerakan.

b. Metode Bagian Progresif

Metode bagian progresif merupakan cara yang dilakukan untuk meminimaliskan persoalan kegiatan belajar yang tidak menstranfer kepada keseluruhan. Metode bagian progresif adalah mempelajari elemen gerak yang pertama dipelajari dan latih dahulu sehingga menjadi tanggapan gerak yang dikuasai, lalu merangkai gerak yang telah dimiliki sebelumnya, dan lebih sudah dalam penggabungan atau koordinasi elemen gerak selanjutnya (Dumadi, 1992:173).

Amung Ma’mun (2000:91) mengatakan bahwa “Dalam metode bagian progresif keterampilan yang kompleks disajikan secara terpisah, tetapi kegiatan-kegiatan terintegrasi ke dalam bagian yang lebih besar dan keseluruhan”. Menurut Magill (2001:34) bahwa “Dalam metode bagian progresif siswa mempraktikkan bagian pertama sebagai suatu unit yang independen kemudian mempelajari bagian kedua secara terpisah kemudian bagian kedua bersama dengan bagian pertama, sehingga tiap bagian yang independen secara progresif bergabung pada bagian yang lebih besar”. Menurut Christina & Corcos (1988:76) bahwa “Metode

pembelajaran dimana siswa mempelajari satu bagian sampai dikuasai kemudian mempelajari bagian yang lain sampai dikuasai selanjutnya dipraktikkan bersama sampai dikuasai, kemudian bagian ketiga diajarkan tersendiri setelah bagian ini dikuasai. Ketiga bagian dikombinasikan dan dipraktikkan bersama sampai dikuasai”. Prosedur ini dilanjutkan untuk masing-masing bagian yang tersisa sampai semua bagian dapat dipraktikkan sebagai suatu gerakan keseluruhan. Dengan demikian metode bagian progresif adalah suatu metode dalam suatu pembelajaran dimana siswa mempelajari bagian pertama dan mempelajari bagian kedua secara terpisah kemudian bagian pertama dan kedua dipraktikkan bersama kemudian bagian ketiga dipelajari secara terpisah, bagian satu, dua, dan tiga dipelajari secara bersama sampai dikuasai. Prosedur ini dilakukan sampai selesai.

Metode bagian progresif merupakan salah satu metode bagian, yang dapat diterapkan pada pembelajaran jump shoot bolabasket. Teknik jump shoot bolabasket dapat diajarkan dengan menggunakan metode bagian progresif, dengan urutan pembagian elemen sebagai berikut:

1) Mengajar memegang bola

2) Mengajar pandangan dari bola lalu ke sasaran

3) Mengajar memegang bola dan pandangan dari bola lalu ke sasaran

4) Mengajar gerak lompatan 4) Mengajar gerak lompatan

6) Mengajar memegang bola, pandangan dari bola lalu ke sasaran,

lompatan dan tembakan

7) Mengkombinasikan memegang bola, pandangan dari bola lalu ke sasaran, lompatan dan tembakan sebagai suatu gerakan keseluruhan. Metode bagian progresif adalah mempelajari elemen gerak yang pertama dipelajari dan dilatih terlebih dahulu hingga menjadi keterampilan gerak yang tclah dikuasai, lalu dirangkaikan dengan elemen gerak yang telah dikuasai sebelumnya. Pada metode pembelajaran ini anak diberikan materi elemen-elemen teknik jump shoot, kemudian siswa dilatih hingga benar-benar menguasai lalu baru dirangkaikan dengan elemen gerakan yang diajarkan sebelumnya.

Dengan demikian cara mengajar menggunakan metode bagian progresif adalah sebagai berikut: unsur pertama dan kedua dipelajari secara terpisah, kemudian setelah dikuasai baru disatukan selanjutnya unsur ketiga dipelajari secara terpisah pula dan setelah dikuasai digabungkan dengan unsur satu dan dua. Demikian seterusnya sehingga semua unsur dapat dikuasai, setelah itu baru melakukan gerakan yang sesungguhnya secara keseluruhan.

Keuntungan dari penggunaan metode bagian progresif adalah adanya pengurangan tuntutan perhatian dari performan keterampilan keseluruhan sehingga orang dapat memfokuskan perhatian pada aspek Keuntungan dari penggunaan metode bagian progresif adalah adanya pengurangan tuntutan perhatian dari performan keterampilan keseluruhan sehingga orang dapat memfokuskan perhatian pada aspek

1) Keuntungan dari metode bagian progresif

(a) Siswa akan benar-benar menguasai tiap elemen dari teknik yang

diajarkan. (b) Siswa akan dapat menguasai gerakan jump shoot bolabasket secara keseluruhan, karena elemen gerak telah dikuasai sebelumnya dan lebih mudah dalam penggabungan atau koordinasi elemen gerak selanjutnya, karena dari awal sudah dipelajari dan dilatih mengenai penggabungan elemen geraknya.

(c) Bagi siswa yang baru belajar, bahkan siswa yang memiliki daya tangkapnya yang kurang pun akan dapat menguasai teknik yang diajarkan melalui metode bagian progresif ini.

2) Kerugian dari metode bagian progresif

Bagi siswa yang cerdas dan daya tangkap baik akan mengalami kebosanan, karena harus mengulang-ulang gerakan yang sama.