PENGARUH SENSITIVITAS ETIKA, UMUR GENDER TERHADAP PERSEPSI ETIKA ATAS TAX EVASION

PENGARUH SENSITIVITAS ETIKA, UMUR & GENDER TERHADAP PERSEPSI ETIKA ATAS TAX EVASION SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh:

ERY SUSANTI YUNIAR NIM. F 0306035 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

commit to user

commit to user

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah...Alhamdulillah...Alhamdulillah,.. Puji syukur atas segala nikmat, rahmat dan limpahan kasih sayang yang Engkau beri Ya Allah. Kupersembahkan karya kecil ini teruntuk:

© Mama,..mama dan mama... Terima kasih atas segala yang engkau beri

selama ini ma,.. engkaulah motivator ku untuk segera menyelesaikan karya kecil ini. Terima kasih atas segala pengorbananmu,cinta dan kasih sayang yang engkau beri selama ini. © Papi,.Terima kasih untuk doa dan dukungan yang selalu engkau berikan untukku,. © Adik-adikku tercinta,.. I’Anatushshoimah & Farah Salsabilah Maulidi Noor, untuk persaudaraan yang terjalin dengan segala warna. Luv u sist,...^.^

commit to user

MOTTO

“ Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah dan jangan lupa akan rahmat Allah. Sebab pertolongan Allah akan turun sesuai dengan tingkat kesulitannya” (La Tahzan)

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (urusan yang lain). (Al-Insyirah : 6-7)

“ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan” ( Ar-rahman : 21)

” Yakinlah bahwa Skenario Allah itu lebih indah daripada

skenario yang kita buat ” (NN)

” Berusaha, berdoa dam bersyukur, karena Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk hambaNya ”

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kepada Rabb Semesta Alam, Allah SWT atas limpahan Rahmat, nikmat, dan karunia yang tealah diberikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW. Hanya karena dengan ridha Allah SWT, Skripsi dengan judul Pengaruh

Sensitivitas etika, Umur & Gender terhadap Persepsi Etika atas Tax Evasion

, dapat diselesaikan. Skripsi ini berisi tentang pengaruh sensitivitas etika, umur, dan gender terhadap persepsi etika atas Tax evasion. Skripsi ini ditulis dalam upaya melengkapi syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata-1. Penulis menyadaribahwa sepenuhnya apa yang telah dicapai ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik csecara langsug maupun tidak. Untuk itudengan ketulusan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Dra. Evi Gantyowati, M.Si., Ak. Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak. Selaku Dosen pembimbing Skripsi yang telah memberikan saran, arahan, bimbingan, support dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

commit to user

5. Dra. Falikhatun, M.Si., Ak. selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi kelancaran kuliah penulis.

6. Bapak Drs. Yacob Suparno, Msi., Ak , Bapak Sri Suranta , S.E., M.Si., Ak & Ibu Lulus Kurniasih, S.E., M.Si., Ak selaku Tim Penguji Skripsi dan Bapak Drs. Eko Arief Sudaryono, Msi., Ak, Ibu Dra. Rahmawati., Msi, Ak, Ibu Dra. Setianingtyas Honggowati., MM., Ak selaku Tim penguji kompre.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

9. Pak Timin,..terima kasih atas segala bantuannya,...

10. Mama,..Terima kasih atas segala pengorbananmu, doa, cinta dan kasih sayangmu, maaf belum bisa membahagiakanmu ma,..semoga engkau bahagia disana... U’R ALWAYS IN MY HEART... i love u mom... :-*

11. Papi,... yang selalu mendoakanku, memberikan dukungan, bekerja keras dan selalu sabar mengasuh kami bertiga meskipun sendiri. Aku bangga padamu pi..

12. Ana,.. thanx ya sering ngingetin mba biar cepet lulus hehe,.. semangat ya sekolahnya,..harus rajin belajar biar masuk PTN. ^^

13. Salsa,.. belajar yang rajin ya,..jangan nangis kalo disuruh belajar,...^^ miss u sist,..

14. Ferryan Ferly Faj Rullah, Thanx for ur support brother…. Ayo Smangat cari kerja!!! Inget target :D

15. Pak de & Mide, Bapak Amo & Mina … Terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.

commit to user

16. Buat keluarga besarku di rumah Uti’& Om Nono, Om Toto & Mba Sofa, Ang Im & Mba Yuli, Ang Yang, Angato & Mba Tevi ( bawain oleh2 dari Belanda yak… ^^), Anti-antiku tercinta,..Anti Yanti & Anti Iis (Merindukan kebersamaan bersama kalian), Mang Samar & Bu Aan terima kasih banyak atas dukungan dan doanya selama ini.

17. Adik2 kecilku di rumah,..Aam, Sultan, Syafik, Fida, Aula, Lela, Eha, Sani…(tante kangen… ^^ kapan2 ke bogor lagi dah),..si kecil Rayhan.. welcome to the world :D

18. Mba Farida , Mba Ucix, Mba Ima, Mba Ulil, Mba lilis.... Terima kasih atas ilmu, teladan, dan ukhuwah yang kalian beri kepadaku selama ini yangbelum tentu aku dapatkan di tempat lain. Sykron Jazakillah Khoiron katsiiron. J

19. Temen2 angkatan 2006 Ayut, Pity, QQ, Maya, Fany (ayo segera lulus... cepet nyusul ya) ^.^, Hesti, Efi, Nur, Mpok leha,..(akhirnya aku menyusul kalian ). Buat Akh Awang, A’ Barjos, Akh Dian, Akh Fauzi, Akh Tony, Akh Ricky, Akh Sugi ayo segera nyusul Akh Oka. Keep hamasah!!! ^_^

20. Temen-temen Akuntansi 2006 , Finik ( makasih fin blajar komprenya ^^), Latipe, Ratri, Fela, Melati, Hany, Ratih, Tryas, Tantri, Ayut, Pity, Kiki, Asri, Puput, Irda, Desti, Mila, Fira, Aninda, Sekar, Rini, Rena, Dora, Deni, Iyah, Tony, Kris, Barjos, dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih banyak. Saya Bangga menjadi bagian dari Akuntansi 2006 ^_^, Who is the best??Accounting Society!!

21. Temen- temen di kost bali,... MOE mike, enche, ocha (jangan pada konser mulu yak, kuliah yang bener,...smoga kalian lulus tepat waktu) bulan, ayut,

commit to user

shely, mba ririn, kaul, mba tanti, ( makasih buat ilmu spss nya ^^) , suci, hayu, riani, nurul, tika, septi ( welcome to kost Bali, semoga betah ya… selamat berproses)

22. Mba-mba kost di Kost Ratna yang sampai dengan saat ini masih terus mensupportku,..Mba Astri, Mba Nia, Mba Tya, Mba Puput, Mba Ika, Mba Ana, Mba Rini, Mba Uni, Mba Novi, Mba Dwi, Mba Arum, Mba Rani, Mba Widi, Mba Widya, Mba Tika. Sangat-sangat merindukan kebersamaan bersama kalian.

23. My Best friend,…Unul, Mira, Echa, Nana, Mita, Shinta, Rani,..Thanx buat persahabatan yang kalian berikan kepadaku selama ini. Miss u all… :-*

24. Partner Skripsi ku Murdiani Agustiati, ayo smangat selesein skripsinya ^_^ makasih de’ buat bantuannya selama ini.

25. Temen-temen di BEM FE UNS Kabinet Bercahaya& Kontribusi ( Budith, Mba Astri, Mba Lina, Mba Cip, Ayut, Finik, Ratri, Asri, Dian, Zuli, Rini, Mas Krisna, Bardjos, Mas prast, Ayum, Hera, dll) Terima kasih untuk pembelajarannya selama ini. Temen-Temen KEI FE UNS ( Mas Taufiq, mas Andy, Mba Shinta, Mba Dewi, Mba Tanti, Fitri, Fia, Lisa, Dewi lis, dewi utari, Novi eka, Riesa, Retna, dan pejuang-pejuang ekonomi islam lainnya. Terus perjuangkan ekonomi islam kita tercinta. Ekonomi islam!!! Subhanallah!!) Temen-Temen BPPI FE UNS ( Mba Wulan, Mba Indah, Mba isti, Mba wilis, kiki, Nur, Hesti, Efi, dll) Terima kasih atas ukhuwah yang kalian berikan selama ini. Temen-Temen BIAS FE UNS 2010 (A’ Sugi, U’ Ayut, A’Ricky, U’ Maya, U’Atun, A’Farid, U’ Fina, A’ Fahriz, A’ Hero,

commit to user

Sabil, Maya, Puspa, Puji, Ria, Vetie, Tika, Wulan, Dewi dll) keep hamasah!!!^_^ Temen-temen DEMA FE UNS 2009 (Mas Bagus, Mas Ican, Mas Udin, Ayum, Yuni,…) pengalaman 1 tahun bersama di Dema tidak akan pernah terlupakan, kapan-kapan ngumpul yuuk!!! ^_^

26. Adik-adik 2007 Rini, Puspa, Fina, Melisa, Ria, Fia, Sugeng, Fitrah, Tri Haryana, Hero, farid, Yoga… keep fight!!!

27. Adik-adik 2008 (Maya, Suryati, Sabil, Nono, Icha, Umi NK, Sartika, Asa) Adik-adik 2009 (Laely, Veti, Tika, Rohmah, Wulan, Ami, Esti, Keke) Tetap semangat!!! ^_^

28. Semua pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi. Yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini pasti terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehingga masukan baik berupa kritik dan saran sangat diharapkan dari pembaca.

Surakarta, Agustus 2010

Penulis

commit to user

DAFTAR TABEL

1. Rincian Kuesioner dan Pengembalian…………………………………44

2. Gambaran Daftar Responden Penelitian………………………………45

3. Hasil Pengujian Validitas TE………………………………………….48

4. Hasil Pengujian Validitas SE...............................................................49

5. Hasil Pengujian Realibilitas TE....... ..................................................50

6. Hasil Pengujian Realibilitas SE………………………......................51

7. Uji beda usia terhadap TE .................................................................52

8. Uji beda usia terhadap persepsi etika atas tax evasion………………..53

9. Uji beda gender terhadap TE………………………………………….55

10. Uji beda gender terhadap persepsi etika atas tax evasion…………….56

11. Model Summary……………….……………………………………...57

12. Anova (b)……………………………………………………………..58

13. Coefficient…………………………………………………………....59

commit to user

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 KERANGKA KONSEPTUAL…………………………………………………..32

commit to user

ABSTRACT

ERY SUSANTI YUNIAR

NIM. F 0306035

THE IMPACT Of ETHICAL SENSITIVITY, AGE & GENDER ON ETHICAL PERCEPTIONS Of TAX EVASION

This research aims to see the impact of ethical sensitivity, age and gender on ethical perceptions of tax evasion. Also to see the difeerences between men and woman in view of ethical perceptions of tax evasion, and to knows the differences in ethical perceptions of tax evasion from accountant age. Sample taken is that the accounting staff are in Surakarta, Sukoharjo and Karanganyar. This research is based on previous researches conducted by Mc. Gee (2007).

Examination conducted by using independent sample t-test and Regression analysis. From the result of this research concluded that there was no significant difference between men and women in view of ethical perceptions of tax evasion and there were no significant differences in perceptions of ethical view of tax evasion of age in terms. However for third and fifth hypotesisi acceptabele, it means that ethical sensitivity and gender jointly affect ethical perceptions of tax evasion.

Keywords : Tax evasion, ethical sensitivity, age, and gender

commit to user

ABSTRAK

ERY SUSANTI YUNIAR NIM.F 0306035

PENGARUH SENSITIVITAS ETIKA, UMUR & GENDER TERHADAP PERSEPSI ETIKA ATAS TAX EVASION

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sensitivitas etika, usia, dan gender terhadap persepsi etika atas tax evasion. Selain itu juga untuk melihat apakah

terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam memandang persepsi etika atas tax evasion, dan melihat apakah terdapat perbedaan persepsi etika atas tax evasion dari segi usia akuntan. Sampel yang diambil adalah staf di bagian akuntansi perusahaan

yang terdapat di Surakarta, Sukoharjo, dan Karanganyar. Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mc.Gee (2007) .

Pengujian pada penelitian ini menggunakan Independent sampel t-test dan analisis regresi. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam memandang persepsi etika atas tax evasion dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam memandang persepsi etika atas tax evasion jika dilihat dari segi usia. Namun untuk hipotesis ke3 & ke5 diterima artinya bahwa sensitivitas etika dan gender bersama-sama mempengaruhi persepsi etika atas tax evasion.

Kata kunci : Tax evasion, sensitivitas etika, usia & gender

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin terbukanya perekonomian suatu negara tentu akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnis mereka dengan cara menciptakan berbagai inovasi produk barang maupun jasa. Sebagai perusahaan yang berorientasi laba sudah tentu suatu perusahaan akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya melalui berbagai macam efisiensi biaya termasuk efisiensi beban (biaya) pajak (Gilbert, 2005)

Terkait dengan hal-hal tersebut diatas, yaitu semakin canggihnya skema- skema transaksi keuangan yang ada di dalam dunia bisnis tentu juga akan menciptakan peluang bagi perusahaan untuk melakukan skema-skema transaksi penghindaran pajak dalam rangka mengurangi beban pajak mereka, apalagi jika terjadi kekosongan peraturan perundang-undangan terhadap skema – skema penghindaran pajak tersebut.

Sebagai perusahaan yang berorientasi laba sudah tentu suatu perusahaan domestik maupun internasional berusaha meminimalkan beban pajak dengan cara memanfaatkan kelemahan perpajakan dari suatu negara. Penghindaran pajak dibedakan menjadi dua yaitu tax avoidance dan tax evasion. Kedua jenis penghindaran pajak ini berbeda, namun sama-sama mengurangi jumlah penerimaan pajak pemerintah. Darussalam (2009) mendefinisikan istilah tax avoidance sebagai suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara.

commit to user

memanfaatkan celah dari suatu peraturan perundang-undangan (loopehole) dalam hal memenuhi kewajiban perpajakan.

Berbeda dengan tax avoidance, tax evasion dilakukan dengan melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan sehingga dikatan illegal. Tax evasion diartikan sebagai suatu skema memperkecil pajak yang terutang dengan cara melanggar ketentuan perpajakan seperti dengan cara tidak melaporkan sebagian penjualan atau memeprbesar biaya dengan cara fiktif (Darussalam, 2009).

Tax evasion merupakan pengelakan/penghindaran pajak dengan cara ilegal dan sengaja

sehingga

menjadi suatu

perlawanan

terhadap pajak.

Pengelakan/penghindaran pajak terjadi sebelum SKP (Surat Ketetapan Pajak) dikeluarkan. Hal ini merupakan "pelanggaran terhadap undang-undang" dengan maksud melepaskan diri dari pajak atau mengurangi dasar penetapan pajak dengan cara "menyembunyikan" sebagian dari penghasilannya. Wajib pajak di setiap negara terdiri dari wajib pajak besar (berasal dari multinational corporation yang terdiri dari perusahaan-perusahaan penting nasional) dan wajib pajak kecil (berasal dari profesional bebas yang terdiri dari dokter yang membuka praktek sendiri, pengacara yang bekerja sendiri, dll). Pajak yang dapat dielakkan/dihindarkan akan masuk ke ranah "memperkaya diri sendiri dan orang lain dengan melanggar undang-undang" (Attayaya, 2010). Susan dalam Suandi (2006) meyatakan :

“ Tax evasion is the reduction of tax by ilegal means. The distinction, however , is not always easy. Some example of tax avoidance schemes include locating assets in offshore jurisdictions, delaying repatriation of profit earn in low-tax foreign jurisdictions, ensuring that gains are capital rather than income so the gains are not subject to tax (or a subject at a lower rate), spreading of income to other tax payers with lower marginal tax rates and taking advantages of tax incentives ”

Penelitian tentang tax evasion sudah cukup banyak namun belum banyak yang

commit to user

Pertama, pendekatan yang menguji hubungan antara individu dan negara. Kedua, pendekatan yang menguji hubungan antara individu dan komunitas pembayar pajak. Ketiga, pendekatan yang terkait dengan hubungan individu dengan Tuhan.

Sebuah tinjauan dari literatur mengenai etika penghindaran pajak menunjukkan bahwa tiga pandangan utama telah berevolusi selama 500 tahun terakhir. Suatu pandangan menganggap bahwa penghindaran pajak selalu atau hampir selalu tidak etis, baik karena sebagai kewajiban sebagai makhluk Tuhan, atau ada kewajiban terhadap beberapa komunitas atau masyarakat. Pandangan lain menyatakan bahwa tidak pernah ada atau hampir tidak pernah kewajiban untuk membayar pajak karena pemerintah adalah pencuri, tidak lebih dari sekelompok penjahat yang terorganisasi dan tidak ada kewajiban untuk memberikan apa pun untuk penjahat. Pandangan ketiga adalah bahwa ada beberapa kewajiban etis untuk mendukung pemerintah negara di mana Anda tinggal tapi kewajiban yang kurang dari mutlak (Mc. Gee, 2006).

Berbagai artikel penelitian ditulis dalam perspektif berbagai agama. Pada tahun 1997, Mc Gee et al., menyimpulkan dari perspektif islam bahwa tax evasion tidak selalu tidak etis dalam keadaan tertentu. Mc. Gee (1998) meneliti isu tax evasion dari perspektif kristen. Cohn (1998) membahas isu tax evasion dari sudut pandang masyarakat yahudi (dikutip dari Mc. Gee at al., 2006).

Mc. Gee dan Barry (2005) juga melakukan penelitian mengenai etika dan tax evasion dengan membandingakan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan studi bisnis di Utah. Dapat diketahui dari hasil penelitian diatas bahwa fakta dari responden banyak yang lebih menentang penghindaran pajak yang sesuai dengan beberapa studi kasus yang sebelumnya dilakukan. Penelitian menemukan bahwa penentangan pajak

commit to user

sistem dirasakan tidak adil. Riset di bidang akuntansi telah difokuskan pada kemampuan para akuntan dalam membuat keputusan etika dan berperilaku etis. Bagaimanapun, faktor yang penting dalam penilaian dan perilaku etis adalah kesadaran para individu bahwa mereka adalah agen moral. Kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika atau moral dalam suatu keputusan inilah yang disebut sensitivitas etika.

Banyak penelitian terdahulu yang membahas tentang sensitivitas etika. Sensitivitas etika dihubungkan dengan gender maupun umur, seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sidani et al., (2008) bahwa wanita dianggap lebih etis daripada pria. Dalam pendekatan sosialisasi gender, pria dan wanita memiliki perbedaan nilai dan perlakuan pada pekerjaan mereka. Pria berusaha mencari kesuksesan yang kompetitif dan agresif serta bila perlu akan melanggar aturan untuk mencapai kesuksesan tersebut. Sedangkan wanita cenderung menekankan pada pelaksanaan tugas dengan baik dan lebih mementingkan harmonisasi dalam relasi (hubungan) kerja. Wanita lebih condong taat peraturan dalam menjaga hubungan tersebut sehingga wanita cenderung lebih etis daripada pria (Bandura, 1997).

Pada penelitian Sidani et. Al., (2008) disimpulkan bahwa orang yang lebih tua cenderung lebih etis. Hal ini sejalan dengan penelitian-penelitan terdahulu yang menemukan bahwa orang cenderung lebih etis saat usia mereka bertambah (Weber dan Green, 1991; Terpstra et al., 1993). Penjelasan lain adalah bahwa individu cenderung menjadi lebih etis dari waktu ke waktu karena sistem penguat yang ditemukan dalam organisasi yang terkait keputusan etis masa lalu (Stead et al., 1990).

Penulisan ini melanjutkan penulisan-penulisan sebelumnya. Hanya saja penulis menambahkan variabel sensitivitas etika untuk mengetahui persepsi etika atas

commit to user

SENSITIVITAS ETIKA, UMUR & GENDER TERHADAP PERSEPSI ETIKA ATAS TAX EVASION.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah terdapat perbedaan persepsi dalam memandang etika atas tax evasion dari segi usia pada karyawan yang bekerja di bagian akuntansi perusahaan?

2) Apakah terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita pada karyawan yang bekerja di bagian akuntansi perusahaan dalam memandang etika atas tax evasion ?

3) Apakah sensitivitas etika berpengaruh terhadap persepsi etika atas tax evasion?

4) Apakah gender berpengaruh terhadap persepsi etika atas tax evasion ?

5) Apakah usia berpengaruh terhadap persepsi etika atas tax evasion ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah :

a. Mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi dalam memandang etika atas tax evasion dari segi usia karyawan yang bekerja di bagian akuntansi perusahaan.

b. Mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pria dan wanita pada karyawan yang bekerja di bagian akuntansi perusahaan dalam memandang etika atas tax evasion.

commit to user

tax evasion.

d. Mengetahui apakah gender berpengaruh terdapat persepsi etika atas tax evasion.

e. Mengetahui apakah usia berpengaruh terhadap persepsi etika atas tax evasion.

D. Manfaat penelitian

Bagi ilmu pengetahuan: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis berupa tambahan literatur mengenai penghindaran pajak, khususnya tax evasion. Bagi pembuat kebijakan perpajakan: Bagi pembuat kebijakan, khususnya kebijakan perpajakan, penelitian ini diharapkan daat memberikan kontribusi yang dapat digunakan sebagai dasar membuat ketentuan perpajakan, sehingga dapat meminimalisir tax evasion yang mungkin dilakukan oleh wajib pajak. Bagi pemerintah: Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk menggunakan pemasukan dari pajak dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat, tidak digunakan untuk kepentingan pribadi.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini, sistematika penulisan yang dipergunakan penulis adalah sebagai berikut:

commit to user

BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi hal-hal yang akan dibahas dalam proposal. Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI Landasan teori pada penulisan ini merupakan landasan teori yang akan mendasari pembentukan model, pembentukan hipotesis atau pertanyaan penelitian, serta menjadi dasar pembahasan penelitian. Bab ini pada dasarnya merupakan landasan teoritis dalam melakukan kegiatan penelitian.

BAB III: METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang gambaran umum, deskripsi variabel, hasil penelitian dengan menggunakan model penelitian yang ada, uji data, uji hipotesis, analisis hasil penelitian dan pembahasan

BAB V: PENUTUP

commit to user

penulisan,keterbatasan dan juga saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

Untuk mengetahui lebih jauh tentang hal yang diulas dalam penelitian ini, akan dipaparkan sebagai berikut:

commit to user

Rochmat Soemitro, SH (dikutip dari Suandy, 2005), pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut R. Santoso Brotodiharjo (dikutip dari Mangonting, 1999), pajak dianggap sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian harta kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman. Harta kekayaan tersebut diberikan ke kas negara menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung kepada pembayar pajak.

Dari definisi di atas, kemungkinan yang membuat wajib pajak melakukan usaha-usaha untuk menghindarkan diri dari pajak, bahwa dalam pajak di atas tidak dapat ditunjukkan kontra prestasi bagi individu secara langsung dari pemerintah. Ketika wajib pajak membayar tidak mendapat imbalan langsung dari pengeluaran wajib pajak, melainkan semua jenis pajak yang dibayarkan, dikumpulkan dan kemudian didistribusikan pada pos-pos pengeluaran pemerintah (Mangoting, 1999).

a Tax Avoidance dan Tax Evasion Penghindaran pajak dibedakan menjadi tax avoidance dan tax evasion . Dalam beberapa literatur, tax avoidance diartikan sebagai penghindaran pajak, sedangkan tax evasion diartikan sebagai pengelakan atau penyelundupan pajak. Tax avoidance dapat dibedakan lagi menjadi penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptable tax avoidance) dan

commit to user

avoidance ). Penghindaran pajak yang diperkenankan dapat dilakukan melalui defensive tax planning. Sedangkan penghindaran pajak yang tidak diperkenankan dilakukan melalui aggressive tax planning (Darussalam, 2009).

Tax avoidance adalah upaya untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayarkan dengan tujuan keuntungan pribadi dengan cara-cara yang tidak melanggar undang-undang (Biron, 2010; Murray, 2010). Darussalam (2009) mendefinisikan istilah tax avoidance sebagai suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan- kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara.

Dengan demikian, banyak ahli pajak berpendapat bahwa tax avoidance tidak melanggar ketentuan perpajakan. Tax avoidance tidak ditujukan untuk melanggar aturan perpajakan, namun berusaha untuk mengelak dari aturan perpajakan (Deak, 2004).

Sedangkan Tax evasion diartikan sebagai suatu skema memperkecil pajak yang terutang dengan cara melanggar ketentuan perpajakan seperti dengan cara tidak melaporkan sebagian penjualan atau memperbesar biaya dengan cara fiktif ( Darussalam, 2009). Tax evasion memiliki beberapa elemen, yaitu (Biron, 2010):

a) Akhir yang ingin dicapai, yaitu pembayaran pajak yang lebih rendah dari yang seharusnya atau tidak membayar pajak atas pendapatan yang seharusnya dikenakan pajak

b) Berbagai tindakan yang melanggar undang-undang, misalnya dengan menyuap petugas pajak.

commit to user

evasion tergantung beberapa hal, yaitu :

a) Wajib pajak cenderung untuk mengelak dari pembayaran pajak jika dirasakan imbal balik dari pemerintah atas pembayaran pajak yang dilakukannya tidak jelas.

b) Pengelakan pajak juga tergantung dari korupsi yang dilakukan oleh petugas pajak. Petugas pajak dan wajib pajak dapat bekerja sama melakukan pengelakan pajak dengan memperkecil pembayaran pajak dan memberikan suap kepada petugas pajak. Kasus ini seperti yang terjadi Di Indonesia, kasus Gayus Tambunan yang saat ini marak diperbincangkan.

c) Korupsi yang dilakukan pemerintah dari hasil pembayaran pajak. Wajib pajak enggan melakukan pembayaran pajak yang seharusnya, dapat dikarenakan wajib pajak menganggap pemerintah melakukan korupsi melalui pos-pos anggaran yang dipenuhi dari penerimaan pajak.

b. Sudut pandang etika mengenai tax evasion Ada tiga sudut pandang mengenai etika atas tax evasion, yaitu (Mc Gee et al, 2006) : Sudut pandang pertama:

Sudut pandang pertama memposisikan tax evasion selalu atau hampir selalu tidak etis. Terdapat tiga alasan yang mendasari sudut pandang ini. Pertama adanya keyakinan bahwa setiap individu memiliki kewajiban terhadap negara untuk membayar jenis pajak apapun yang

commit to user

negara demokrasi, yang mana setiap individu harus menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku secara umum.

Kedua, setiap individu memiliki kewajiban terhadap anggota lain dalam komunitas, sehingga setiap individu diwajibkan membayar pajak. Setiap individu tidak diperkenankan mengambil keuntungan dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan pemerintah dari hasil pajak tanpa ikut serta dalam membayar pajak.

Ketiga, setiap individu yang beragama memiliki kewajiban terhadap Tuhan untuk membayar pajak atau dengan kata lain, Tuhan telah memerintahkan setiap individu untuk membayar pajak.

Sudut pandang kedua: Sudut pandang kedua dapat disebut sebagai sudut pandang anarkis. Sudut pandang ini menilai bahwa tidak ada kewajiban untuk membayar pajak karena negara tidak memiliki legitimasi. Negara dianggap sebagai pencuri keji yang tidak memiliki moral dan menggunakan otoritasnya untuk mengambil apapun yang dikehendaki dari setiap orang

Sudut pandang ketiga : Sudut pandang ketiga menyatakan bahwa tax evasion dapat menjadi tidak etis dan etis dalam kondisi tertentu. Sudut pandang inilah yang paling umum, baik dari literatur maupun dari beberapa hasil survey.

commit to user

2. Etika

Dalam banyak hal, pembahasan mengenai etika tidak terlepas dari pembahasan mengenai moral. Suseno (1987) mengungkapkan bahwa etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dalam pandangan-pandangan moral. Sedangkan mengutip pendapat Karl Barth, Madjid (1992) mengungkapkan bahwa etika (ethos) adalah sebanding dengan moral (mos), dimana keduanya merupakan filsafat tentang adat kebiasaan (sitten). Sitte dalam perkataan Jerman menunjukkan arti moda (mode) tingkah laku manusia, suatu konstansi (kelumintuan) tindakan manusia. Karenanya secara umum etika atau moral adalah filsafat, ilmu atau disiplin tentang moda-moda tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia.

Dengan mengkritik terlalu sederhananya persepsi umum atas pengertian etika yang hanya dianggap sebagai pernyataan benar dan. salah atau baik dan buruk, etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Proses itu sendiri meliputi penyeimbangan pertimbangan sisi dalam (inner) dan sisi luar (outer) yang disifati oleh kombinasi unik dari pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu. Chua et al., (1994) dalam konteks etika profesi, mengungkapkan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral. Perilaku moral di sini lebih terbatas pada pengertian yang meliputi kekhasan pola etis yang diharapkan untuk profesi tertentu.

a) Sensitivitas Etika

commit to user

akuntan dalam membuat keputusan etika dan berperilaku etis. Bagaimanapun, faktor yang penting dalam penilaian dan perilaku etis adalah kesadaran para individu bahwa mereka adalah agen moral. Kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika atau moral dalam suatu keputusan inilah yang disebut sensitivitas etika.

Keputusan atau tindakan yang berkaitan dengan masalah moral harus mempunyai konsekuensi buat yang lain dan harus melibatkan pilihan atau kerelaan memilih dari sang pembuat keputusan. Definisi tersebut memiliki pengertian yang luas, karena keputusan seringkali memiliki konsekuensi bagi pihak lain dan kerelaan untuk memilih hampir selalu merupakan pemberian, walaupun pilihan-pilihan itu seringkali memiliki resiko yang berat. Dalam beberapa hal, banyak keputusan dinilai sebagai keputusan moral hanya karena memiliki kandungan moral, padahal tidak demikian. Seperti yang dikatakan oleh Jones (1991:367), bahwa suatu keputusan dapat dinilai dari segi moral jika pada saat keputusan itu dibuat dengan memperhitungkan atau memasukkan nilai- nilai moral.

Sensitivitas etis mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi konten etika dari mengingat situasi (Sparks dan Hunt, 1998). Jelas bahwa beberapa individu terlibat dalam kegiatan yang tidak etis meskipun pengetahuan mereka tentang sifat tidak etis dari perilaku mereka. Namun, beberapa orang memilih untuk membuat keputusan etis, bukan karena mereka memilih untuk berperilaku tidak etis, tetapi karena mereka tidak memiliki kapasitas untuk mengakui bahwa situasi tertentu memiliki komponen alam etis. Sensitivitas etika merupakan faktor penting

commit to user

di mana keputusan dibuat selain variabel pribadi (Hunt dan Vitell, 1993; Patterson, 2001).

Sensitivitas etika adalah salah satu bagian dari pembuatan- keputusan moral proses, yang terdiri dari:

a) Kesadaran moral. Mengidentifikasi sifat moral dari sebuah situasi tertentu.

b) Moral pengadilan. Membuat keputusan yang secara moral benar dalam konteks tersebut.

c) Moral niat. Memutuskan untuk menempatkan nilai yang lebih tinggi pada norma-norma mora terhadap lain norma-norma.

d) Tindakan moral. Terlibat dalam perilaku moral (Rest, 1986; Butterfield et al., 2000; Jones, 1991).

Sensitivitas etis merupakan kemampuan untuk menyadari nilai- nilai etika atau moral dalam suatu keputusan etis (Rustiana, 2003). Sensitivitas etis dalam penelitian ini dikaitkan dengan persepsi karyawan yang bekerja di bagian akuntansi perusahaan mengenai tax evasion.

Ada tiga definisi dalam memahami model-model dalam pembuatan keputusan-keputusan etis yaitu:

a) Isu moral (moral issue). Isu moral tersebut timbul pada saat ada tindakan seseorang yang mungkin dapat merugikan atau menguntungkan orang lain atau dengan kata lain suatu tindakan atau keputusan pasti memiliki konsekuensi-konsekuensi terhadap orang lain dan pasti melibatkan suatu pilihan atau kemauan dari si pembuat keputusan.

commit to user

moral walaupun mungkin orang tersebut tidak mengenali isu moral tersebut. Pengertian agen moral ini sangat sangat penting karena elemen pokok dari pengambilan keputusan moral terlibat disini yaitu mengenai isu moral yang ada.

c) Keputusan etis (ethical decision), sebagai keputusan yang baik secara legal maupun moral diterima dalam masyarakat luas. Sebaliknya keputusan yang tidak etis (unethical decision) adalah keputusan yang baik secara legal dan moral tidak diterima oleh masyarakat luas.

Ada 6 model dalam mengklarifikasikan model keputusan etis (Jones, 1991), yaitu:

a) Rest’s Model. Ada empat komponen model ini untuk membuat keputusan etis oleh individu, dimana seorang agen moral dalam membuat keputusan harus mengenali isu moral yang ada, membuat penilaian moral (moral judgment), memutuskan untuk menempatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah moral di atas masalah yang lain (membentuk pandangan moral atau moral intent), dan bertindak terhadap masalah-masalah moral yang ada.

b) Trevino’s Model, sebagai person situation interactional model. Dalam hal ini diawali dengan adanya dilema etika yang kemudian berlanjut ke tahap kesadaran (cognition stage). Penilaian moral dibuat ditahap kesadaran ini yang kemudian dikembangkan oleh faktor-faktor individu dan situasi. Yang termasuk dalam faktor-faktor individu meliputi kekuatan ego (ego strength), ketergantungan lapangan (field dependence ) dan kedudukan kendali (locus of control), sedangkan

commit to user

(immediate job context), kultur organisasi dan karakteristik dari pekerjaan.

c) Ferrel & Gresham’s Model, dengan membuat sebuah kerangka kerja kontingen (contigency framework) untuk membuat keputusan etis dalam pemasaran. Dalam model ini isu etika atau dilema muncul dari lingkungan sosial atau budaya. Faktor kontingensi yang mempengaruhi si pembuat keputusan (decision-maker) adalah faktor-faktor dari dalam individu itu sendiri yang meliputi pengetahuan, nilai-nilai, perilaku dan tujuan maupun faktor-faktor dari organisasi yang meliputi kepentingan orang lain dan kesempatan. Keputusan yang dihasilkan dari proses ini, pertama menunjukkan pada perilaku (behavior) yang selanjutnya ke tahap evaluasi dari perilaku tersebut yang kemudian merupakan titik awal dari umpan balik terhadap faktor- faktor individu dan organisasi.

d) Hunt’s & Vitel’s, Model dimana faktor-faktor lingkungan seperti budaya, industri, organisasi dan pengalaman seseorang mempengaruhi persepsi terhadap keberadaan etis problem, alternatif-alternatif tindakan dan konsekuensi-konsekuensinya. Persepsi ini sejalan dengan norma deontologis (deontological norm) dan evaluasi terhadap konsekuensinya. Konsekuensinya yang menujukkan pada penilaian pada evaluasi deontologi dan teologi yang kemudian menunjukkan pada penilaian etis. Penilaian mempengaruhi tujuan (intention) sama halnya dengan tekanan situasi (situasional constraint) yang mempengaruhi perilaku. Putaran umpan balik dimulai dari perilaku

commit to user

experience ).

e) Dubinsky and Loken’s Model, yang mendasarkan pada teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) dari Fishbein & Ajzen. Model ini diawali dengan perilaku umum (behavioral beliefs), hasil evaluasi (outcome evaluations), norma yang berlaku (normative beliefs) dan motivasi untuk menyetujui (motivation to comply). Dua variabel pertama berpengaruh pada sikap etis dan perilaku tidak etis. Dua variabel yang terakhir berpengaruh pada norma subjektif pada perilaku etis dan tidak etis. Pada akhirnya sikap dan norma subjektif menunjukkan pada tujuan untuk bertindak secara etis dan tidak etis serta berpengaruh pada perilaku yang nyata. Tidak ada putaran umpan balik dalam hal ini.

Dari kelima macam model pengambilan keputusan etis ini menunjukkan bahwa tidak satupun dari model-model tersebut yang memasukkan karakteristik dari hal moral itu sendiri, baik sebagai variabel independen atau variabel moderat (yaitu variabel independen yang diduga atau dapat merubah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen). Jika dari sintesa model tersebut dijadikan dasar untuk menilai perilaku etis, maka perilaku dan pengambilan keputusan etis dalam organisasi ini adalah sama atau identik satu dengan yang lain.

Model yang terakhir atau keenam adalah Issue Contingency Model. Argumen utamanya ialah pembuatan etika merupakan hal yang kondisional, yaitu tergantung atau sesuai dengan karakteristik-karakteristik dari masalah moral itu, yang secara keseluruhan disebut intensitas moral.

commit to user

keputusan dan perilaku etis (Nuryatno & Synthia, 2001).

B. PENELITIAN TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Tax evasion, gender & usia

Suatu peristiwa moral tertentu, dalam hal ini adalah tax evasion, melalui proses penentuan yang kompleks berdasarkan pengalaman dan latar belakang budaya yang berbeda-beda, maka akan menimbulkan persepsi yang berbeda pula antar individu.

Penelitian Mc.Gee dan Tyler (2006) mengenai etika penggelapan pajak di 33 negara menyimpulkan bahwa ada faktor-faktor demografis yang mempengaruhi persepsi seseorang dalam melakukan penggelapan pajak seperti usia, gender, tingkat pendidikan, dan besarnya pendapatan. Hal serupa juga dilakuan Mc.Gee dengan melakukan komparasi antara China, Jepang, dan Korea

Beberapa studi telah membandingkan pendapat antara pria dan wanita mengenai isu atas etika. Beberapa studi menyatakan bahwa wanita lebih etis dibandingkan pria (Akaah & Riordan 1989; Baird 1980; Brown & Choong 2005; Sims, Cheng & Teegen 1996), Sementara itu ada pula beberapa studi yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika (Roxas & Stoneback 2004; Sikula & Costa 1994; Swaidan, Vitell, Rose & Gilbert 2006).

Beberapa studi membandingkan pandangan pria dan wanita mengenai etika atas tax evasion. Penemuan ini merupakan gabungan penelitian pada

commit to user

2006), Orthodox Jews (Mc.Gee & Cohn, 2006) dan Taiwan (Mc.Gee & Andres, 2007) yang menemukan bahwa wanita lebih menentang tax evasion. Sementara itu study di Polandia (Mc.Gee & Bernal, 2006), Hong Kong (Mc.Gee & Ho, 2006), Hubei (Mc.Gee & Guo,2006), Macau (Mc.Gee, Noronha & Tyler, 2006) dan Cina bagian selatan (Mc.Gee & Noronha, 2007) menemukan tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan gender. Studi di Romania (Mc.Gee, 2005) menemukan bahwa pria lebih menentang daripada wanita. Sedangkan penelitian di china sendiri yaitu wanita cenderung lebih menentang tax evasion daripada pria (Mc. Gee, 2007)

Selain gender Tingkat usia juga dapat mempengaruhi etika atas tax evasion . Semakin bertambah usia, maka akan semakin menentang tax evasion . Dengan bertambahnya usia, maka seseorang akan semakin sadar untuk lebih menghormati negara. Hal ini didukung oleh penelitian Mc.Gee (2005a) yang mencoba membandingkan antara staf pengajar dan mahasiswa bisnis di Romanian. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa staf pengajar lebih menentang penggelapan pajak dibanding dengan mahasiswa.

Selain itu penelitian Mc.Gee (2007) yang mencoba membandingkan mahasiswa semester awal dan mahasiswa semester akhir di China , hasilnya bahwa mahasiswa semester akhir lebih menentang tax evasion. Hal itu membuktikan bahwa usia mempengaruhi seseorang dalam memandang etika atas tax evasion. Dari penjelasan diatas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

commit to user

evasion dari segi usia karyawan yang bekerja di bagian akuntansi perusahaan. H2: Terdapat perbedaan persepsi antara pria dan wanita pada karyawan yang bekerja di bagian akuntansi perusahaan dalam memandang etika atas tax evasion

2. Tax Evasion dan Etika

Sebagian besar artikel tax evasion melihat dari segi ekonomi keuangan atau dari segi hukum, belum banyak artikel yang penelitian membahas dari segi etika. Penelitian komprehensif mengenai etika atas tax evasion dilakukan oleh Martin Crowe (1944) dalam disertasinya yang berjudul “The Moral Obligation of Paying Just Taxes “. Disertasi tersebut mengulas sisi teologi dan filosofi dari tax evasion melalui sudut pandang umat katolik (dikutip dari Mc. Gee, 2006). Selanjutnya, beberapa artikel penelitian ditulis dalam perspektif berbagai agama. Mc Gee et al., (1997) melakukan studi literatur dari sudut pandang islam. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa tax evasion tidak selalu tidak etis. Tax evasion dapat menjadi etis dalam keadaan tertentu. Graonbacher (1988) meneliti isu tax evasion dari pemikiran masyarakat katolik dan liberal klasik. Sedangkan Cohn (1988) membahas tax evasion dari sudut pandang masyarakat yahudi.

Selain dari sudut pandang agama, penelitian dilakukan dari sisi masyarakat umum dan praktisi. Nylen (1988) melakukan penelitian terhadap chief executive officer perusahaan di Swedia. Dalam penelitiannya dihasilkan bahwa tax evasion merupakan suatu hal yang tidak selalu etis.

commit to user

dengan tax evasion. Survey dilakukan terhadap mahasiswa tingkat atas dan lulusan departemen bisnis dan ekonomi di Universitas Macau. Mereka menemukan bahwa tax evasion tidak selalu tidak etis, tax evasion dapat dianggap etis dalam situasi tetentu. Tax evasion dianggap etis jika pemerintah dianggap korup, atau adanya kebijakan perpajakan yang merugikan.

Sedangkan Sensitivitas etika merupakan kemampuan seseorang untuk menyadari adanya nilai-nilai etika atau moral dalam suatu keputusan. Sensitivitas etis mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi konten etika dari mengingat situasi (Sparks dan Hunt, 1998). Sensitivitas etika merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan yang adil dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana keputusan dibuat selain variabel pribadi (Hunt dan Vitell, 1993; Patterson, 2001). Dengan demikian orang yang mempunyai sensitivitas etika yang tinggi maka ia akan lebih menentang tax evasion. Artinya bahwa sensitivitas etika mempengaruhi seseorang dalam menentukan persepsi atas tax evasion. Maka hipotesisnya adalah:

H3 : Sensitivitas etika berpengaruh terhadap persepsi etika atas tax evasion

3. Tax Evasion dan Gender

Gender adalah penggolongan gramatikal terhadap kata benda yang secara garis besar berhubungan dengan dua jenis kelamin serta ketiadaan jenis kelamin atau kenetralan.

commit to user

yang sangat panjang pembentukan perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal misalnya, melalui sosialisasi, budaya yang berlaku serta kebiasaan-kebiasaan yang ada. Perbedaan gender ini sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Dalam kenyataannya, perbedaan gender telah menyebabkan berbagai ketidak adilan baik bagi pria maupun wanita. Ketidakadilan gender tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya marginalisasi, proses pemiskinan ekonomi, subordinasi pengambilan keputusan, stereotyping dan diskriminasi, pelabelan negatif, kekerasan, bekerja untuk waktu yang lebih lama dan memikul beban ganda (Glover et al., 2002).

Mosse dalam Wijaya (2005) mendefinisikan gender sebagai seperangkat peran yang dimainkan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa seseorang tersebut feminim atau maskulin. Penampilan, sikap, kepribadian, tanggung jawab keluarga adalah perilaku yang akan membentuk peran gender. Peran gender ini akan berubah seiring waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur yang lainnya. Peran ini juga berpengaruh oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis.

Meningkatnya jumlah wanita yang memasuki dunia kerja dalam beberapa tahun terakhir mempengaruhi manajemen dalam pengelolaan diversitas yang berkaitan dengan gender. Isu tentang perbedaan gender dalam judgment etis relevan dalam bisnis, apalagi semakin banyaknya wanita masuk dalam bisnis dan menempati posisi-posisi penting dalam perusahaan sebagai para pembuat keputusan. Pada sebagian besar organisasi

commit to user

dan kekuasaan (power) dalam suatu organisasi (Ratdke, 2000).

Ameen & Millan (1996) menyatakan ada dua alternatif penjelasan mengenai perbedaan gender tentang perilaku tidak etis dalam bisnis. Pendekatan tersebut adalah pendekatan sosialisasi gender (gender sosialization approach) dan pendekatan struktural (structural approach).

Pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa pria dan wanita membawa perbedaan nilai dan perlakuan dalam pekerjaannya. Perbedaan ini disebabkan karena pria dan wanita mengembangkan bidang peminatan, keputusan dan praktik yang berbeda yang berhubungan dengan pekerjaannya. Pria dan wanita merespon secara berbeda tentang reward dan cost . Pria akan mencari kesuksesan kompetitif dan bila perlu melanggar aturan untuk mencapainya. Sedangkan wanita lebih menekankan pada melakukan tugasnya dengan baik dan lebih mementingkan harmonisasi dalam relasi pekerjaan.

Wanita lebih condong taat pada peraturan dan kurang toleran dengan individu yang melanggar aturan. Dalam pendekatan struktural, perbedaan antara pria dan wanita lebih disebabkan karena sosialisasi awal dan persyaratan peran. Sosialisasi awal diatasi dengan reward dan cost yang berhubungan dengan peran. Pada situas ini pria dan wanita merespon secara sama. Pada pendekatan ini memprediksi bahwa pria dan wanita dalam kesempatan atau pelatihan akan menunjukkan prioritas etika yang sama (Rustiana, 2003).

Isu perbedaan gender dalam pertimbangan moral berosilasi antara dua posisi (Matlin, 1993). Perbedaan posisi berpendapat bahwa laki-laki dan

commit to user

posisi, yang kemajuan gagasan bahwa laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama dalam orientasi etika mereka. Persamaan/perbedaan ini telah memicu perdebatan banyak sikap dan perspektif yang berbeda dan mungkin salah satu yang paling berat topik penelitian dalam literatur etika bisnis (Nguyen et al., 2008).

Sementara beberapa penelitian sebelumnya, seperti yang dijelaskan di bawah ini, muncul gagasan bahwa perempuan lebih etis dari laki-laki, bukti dalam hal ini masih dicampur. Investigasi perbedaan gender itu dibenarkan dengan semakin banyaknya perempuan yang masuk ke dunia kerja, kesempatan mereka untuk menduduki posisi manajemen yang lebih tinggi terbuka lebar. Wanita semakin mempopulasikan posisi manajemen di banyak organisasi, dan penting untuk memahami apakah, dan bagaimana, mereka berbeda dari orang-orang ketika menghadapi situasi dengan etika implikasi. Selain itu, memahami dampak potensial dari gender pada sensitivitas etis akan membantu dalam pemahaman kita tentang beberapa variabel yang bermain dalam penilaian etika dan pengambilan keputusan.