Pembahasan Hasil Penelitian
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Proses membentuk portofolio optimal saham berdasarkan strategi aktif menggunakan single index model dan strategi pasif menggunakan indexing diawali dengan melalui beberapa tahapan, yaitu: (1)Menghitung Realized Return dan Expected Return masing-masing saham; (2)Menghitung realized return pasar dan expected return pasar; (3)Menghitung Beta dan Alpha masing-masing saham; (4)Menghitung tingkat risiko investasi. Kemudian dari hasil perhitungan tersebut, investor dapat menerapkan pembentukan portofolio saham menggunakan strategi aktif single index model dan strategi pasif indexing. Berikut merupakan tahap pembentukan portofolio saham optimal:
1. Menghitung Return dan Risiko Masing-masing Saham Sampel Penelitian
a. Menghitung expected return ( E (R i ) ), dan realized return ( R i ) masing-masing saham. Realized return adalah return yang telah terjadi, sedangkan expected return adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang (Hartono, 2013). Realized return diperoleh dari perubahan harga penutupan saham i pada bulan ke t dikurangi harga penutupan saham i pada bulan t-1, kemudian hasilnya dibagi dengan harga penutupan saham i pada bulan ke t-1 atau dapat diketahui dengan rumus:
P t (i) āP
t ( i) =
t ā1( i)
P t ā1(i)
Expected return dapat dihitung dengan menjumlahkan realized return kemudian dibagi dengan jumlah periode penelitan yang ditunjukkan dengan rumus:
Ī£R i
E (R i )=
Saham yang memiliki realized return dan expected return tertinggi adalah ADRO dengan nilai masing-masing sebesar 1,2579 dan 0,0524, sedangkan saham yang memiliki realized return dan expected return terendah adalah SMGR dengan nilai masing-masing sebesar 0,0313 dan 0,0009. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 2 dan juga dalam lampiran 4.
Tabel 2.
Realized Return ( R i ) dan Expected Return ( E (R i ) ) Masing-masing Saham Periode Agustus 2015- Juli 2017
Kode No
E(Rš) Saham
Sumber: Lampiran 4, halaman 104-129 Sumber: Lampiran 4, halaman 104-129
LQ45 t ā LQ45 t ā1 ā¦(4.3)
LQ45 t ā1
Expected return pasar dihitung dengan menjumlahkan return pasar tiap bulan kemudian dibagi dengan jumlah periode penelitan yang dapat ditunjukkan dengan rumus:
Ī£R M
E (R M )=
n ā¦(4.4)
Return pasar tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2015 sebesar 0,0777, sedangkan return pasar terendah terjadi pada bulan September 2015 sebesar -0,0854. Selain itu, expected return pasar mampu mencatatkan nilai positif sebesar 0,0083. Data return pasar dan expected return pasar periode Agustus
2015- Juli 2017 terdapat dalam tabel 3 dan juga dalam lampiran
Tabel 3.
Return Pasar ( R M ) dan Expected Return Pasar (E(R M ))
Periode Agustus 2015- Juli 2017 Harga
Rš- Periode
{Rš-E(Rš)}Ā² Saham
Rš
E(Rš)
Jul-15 813,10 Agt-15
-0,0603 0,0036 Sep-15
-0,0937 0,0088 Okt-15
0,0694 0,0048 Nov-15
-0,0139 0,0002 Des-15
0,0401 0,0016 Jan-16
0,0018 0,0000 Feb-16
0,0352 0,0012 Mar-16
-0,0015 0,0000 Apr-16
-0,0176 0,0003 Mei-16
-0,0233 0,0005 Jun-16
0,0414 0,0017 Jul-16
0,0291 0,0008 Agt-16
0,0283 0,0008 Sep-16
-0,0118 0,0001 Okt-16
-0,0030 0,0000 Nov-16
-0,0836 0,0070 Des-16
0,0237 0,0006 Jan-17
-0,0165 0,0003 Feb-17
0,0092 0,0001 Mar-17
0,0240 0,0006 Apr-17
Harga Rš- Periode
{Rš-E(Rš)}Ā² Saham
Rš
E(Rš)
0,0337 E( R m )=
Sumber: Lampiran 5, halaman 130
c. Menghitung Beta dan Alpha masing-masing saham. Menurut Husnan (2001) penilaian terhadap Beta sendiri
dapat dikategorikan ke dalam tiga kondisi, yaitu:
1) Apabila Beta = 1, berarti keuntungan saham i berubah secara proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar.
2) Apabila Beta > 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat
keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih besar dibandingkan dengan risiko sistematis pasar.
3) Apabila Beta < 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat 3) Apabila Beta < 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat
kovarian saham i dengan varian return pasar yang ditunjukkan dengan rumus:
Ļ im
Ī² i = 2 ā¦(4.4)
Saham yang memiliki beta tertinggi adalah MNCN dengan nilai sebesar 1,9507, sedangkan saham yang memiliki beta terendah adalah INCO dengan nilai sebesar -0,9157. Alpha merupakan nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap pasar, sehingga alpha yang memiliki nilai positif akan dapat menambah return ekspektasi yang independen terhadap return pasar (Adiningrum dkk, 2016). Alpha saham i diperoleh dengan mengurangi expected return saham i dengan hasil perkalian antara beta saham i dengan expected return pasar yang ditunjukkan dengan rumus:
Ī± i = E(R i ) ā( Ī² i ā E(R M )) ā¦(4.5)
Saham yang memiliki alpha tertinggi adalah ADRO dengan nilai sebesar 0,0429, sedangkan saham yang memiliki alpha terendah adalah BSDE dengan nilai sebesar -0,0104. Data ringkasan mengenai beta dan alpha masing-masing saham terdapat dalam tabel 4 dibawah ini dan juga dalam lampiran 8.
Tabel 4.
Beta dan Alpha Masing- masing Saham No
Kode Saham
1 ADHI
0,4993 -0,0023
2 ADRO
3 AKRA
4 ASII
1,5299 -0,0027
5 BBCA
6 BBNI
7 BBRI
8 BBTN
9 BMRI
10 BSDE
1,6364 -0,0104
11 CPIN
12 GGRM
13 ICBP
14 INCO
15 INDF
16 JSMR
0,6841 -0,0022
17 KLBF
1,2644 -0,0083
18 LSIP
19 MNCN
1,9507 -0,0094
20 PTBA
No Kode Saham Īš Ī±š
Sumber : Lampiran 8, halaman 158
d. Menghitung tingkat risiko investasi. Risiko merupakan ketidaksesuaian antara hasil yang
diperoleh dengan hasil yang diharapkan, dimana hasil yang diperoleh bernilai lebih kecil dari hasil yang diharapkan (Hartono, 2013). Risiko investasi yang dihitung terdiri dari varian dari
2 kesalahan residu (Ļ 2 ei ), varian return pasar ( Ļ M ), dan risiko
2 saham (Ļ 2
i ). Hasil perhitungan dari varian kesalahan residu (Ļ ei )
2 , varian return pasar (Ļ 2 M ), dan risiko saham (Ļ i ) diperlihatkan dalam tabel 5 pada halaman 162 dan juga dalam lampiran 9.
Tabel 5.
Varian Kesalahan Residu ( Ļ 2
ei ), Varian Return Pasar
M ) dan Risiko Saham (Ļ i )
No Kode Saham ĻššĀ² ĻĀ²š ĻšĀ² 1 ADHI
Sumber : Lampiran 9, halaman 159
2. Pembentukan portofolio optimal menggunakan strategi aktif Single Index Model
a. Menentukan excess return to beta (ERB) masing-masing saham
Excess return to beta mengukur kelebihan return relatif terhadap suatu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko (Hartono, 2003). ERB saham i didapatkan dari pengurangan antara expected return saham i dengan risk free rate kemudian dibagi dengan beta saham i yang ditunjukkan dengan rumus:
Saham yang memiliki nilai ERB tertinggi adalah ADRO sebesar 0,0413 dan saham yang memiliki nilai ERB terendah adalah INCO sebesar 0,0029. Penelitian ini terdapat 19 saham yang memiliki ERB positif dan 7 saham yang memiliki ERB negatif. Menurut Septyarini (2010), saham dengan nilai ERB negatif berarti saham tersebut mempunyai tingkat pengembalian saham yang masih di bawah tingkat pengembalian bebas risiko. Saham-saham yang memiliki ERB negatif tidak memenuhi syarat untuk membentuk portofolio yang optimal, sedangkan 19 saham yang memiliki nilai ERB yang positif tersebut memiliki peluang Saham yang memiliki nilai ERB tertinggi adalah ADRO sebesar 0,0413 dan saham yang memiliki nilai ERB terendah adalah INCO sebesar 0,0029. Penelitian ini terdapat 19 saham yang memiliki ERB positif dan 7 saham yang memiliki ERB negatif. Menurut Septyarini (2010), saham dengan nilai ERB negatif berarti saham tersebut mempunyai tingkat pengembalian saham yang masih di bawah tingkat pengembalian bebas risiko. Saham-saham yang memiliki ERB negatif tidak memenuhi syarat untuk membentuk portofolio yang optimal, sedangkan 19 saham yang memiliki nilai ERB yang positif tersebut memiliki peluang