3
3 diperlukan ilmu pengetahuan segitiga bola untuk mengetahui arah Kiblat atau arah azimutal berapa derajat dari arah utama Mata angin Utara, Barat, Selatan dan Timur.
Selanjutnya ditentukan arah Utara – Selatan di tempat pengamat dengan berbagai cara, dengan Kompas, dengan bayang – bayang Matahari, dengan Theodolit. Akurasi pengukuran dan
penebaran sajadah ketika hendak shalat perlu dilakukan seakurat mungkin terutama bagi yang akan shalat di tempat yang tidak ada garis shaf namun umumnya bisa terjadi penyimpangan 1 –
5 derajat. Mungkin hal itu bisa dijadikan pedoman untuk toleransi arah Kiblat dari Indonesia yang mengarah ke tanah Haram tanah Suci, kota Mekah, tempat Ka’bah berada.
II. Fatwa MUI tentang arah kiblat
Akhir - akhir ini terjadi ke simpang siuran persepsi tentang arah Kiblat di kalangan umat Islam, terutama yang berkaitan dengan pergeseran arah Kiblat dan kalibrasi arah Kiblat. Apakah ada
pergeseran Arah Kiblat ? Revisi fatwa MUI tentang arah Kiblat Umat Islam Indonesia semula ke arah Barat dan kemudian direvisi ke arah Barat Daya merupakan revisi redaksional, tidak
dimaksudkan mendiskripsikan adanya pergeseran arah Kiblat Umat Islam Indonesia. Jadi pergantian fatwa MUI tentang arah Kiblat itu bukan merespon adanya perubahan arah Kiblat
akan tetapi merupakan penegasan arah Kiblat umat Islam Indonesia.
Dalam konteks penentuan arah Kiblat Umat Islam selalu diajak untuk mengenal orientasi ruang, kemana arah Utara, Timur, Barat dan Selatan; dan kemana arah Kiblat. Bagi umat Islam di
Indonesia arah Kiblat sekitar 65 ± 4 derajat antara 61 derajat hingga 69 derajat dari Utara ke
Barat atau arah Barat Laut, atau antara 21 – 29 derajat dari arah Barat ke Utara. Angka sudut arah Kiblat dari suatu tempat di Indonesia yang lebih presisi bisa dinyatakan dalam derajat,
menit dan detik busur bila diperoleh dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus segitiga Bola bukan segitiga datar. Arah Kiblat merupakan sudut bola yang dibentuk oleh dua
lingkaran besar lingkaran yang mempunyai pusat dengan bola yaitu lingkaran besar yang menghubungkan antara tempat pengamat dengan Ka’bah dan lingkaran Besar yang melewati
kutub Bumi dan tempat tempat pengamat dalam bola Bumi.
Pada akhirnya pengamat menetapkan arah mata angin di sebuah titik untuk menetapkan arah Kiblat relatif terhadap titik acuan pada lingkaran horizon, yaitu titik Utara, Timur, Selatan dan
Barat. Penentuan arah Kiblat semacam ini memerlukan informasi posisi tempat, bisa saja dipergunakan posisi lintang dan bujur geografis di kota “terdekat” sebagai pendekatan awal atau
mencari data posisi tempat melalui data pada suatu atlas geografi, GPS Global Positioning System
atau data dari BAKOSURTANAL atau menggunakan peta online Google Earth, google map, encarta, wikimapia.org
dsb. Perhitungan arah kiblat sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipelajari, memang memerlukan waktu lebih banyak bagi yang tak terbiasa menggunakan rumus-
rumus trigonometri.
4
III. Pergerakan lempeng tektonik dan arah kiblat