(b) Mencari Nafkah
(b) Mencari Nafkah
Manusia bekerja untuk memuaskan keinginan-keinginan primer atau mendasarnya, yaitu rasa lapar, haus, dan seks, serta sejumlah keinginan dan hasrat sekunder yang diciptakan oleh peradaban komersial seperti peradaban kita.
Ajaran Buddha adalah sebuah ajaran tentang ketekunan dan usaha atau pengerahan benar. Kebalikan dari ketekunan adalah kelalaian — hanyut tanpa tujuan, kelambanan, dan kemalasan adalah rintangan-rintangan baik untuk kemajuan materi maupun moral. Orang yang aktiflah yang menjalani hidup bertujuan, yang memberkati dunia dengan kekayaan dan kebijaksanaan. Oleh karenanya, pekerjaan adalah esensial untuk hidup yang bahagia. Hidup tanpa bekerja akan menjadi sebuah liburan yang kekal, yang merupakan neraka kebosanan.
Kehidupan kita ketika tidak tertidur, sebagian besar dihabiskan untuk mencari nafkah. Jadi, sangatlah mudah untuk memahami mengapa kita harus setidaknya cukup bahagia dalam pekerjaan kita. Akan tetapi, memilih sebuah karir yang sesuai, seperti memilih seorang pasangan hidup, adalah salah satu tugas yang terpenting dan juga salah satu yang tersulit dalam hidup.
Aspek ekonomi dari sebuah komunitas secara mendalam mempengaruhi aspek-aspek lainnya. Buddha mengatakan bahwa masyarakat, sebagaimana seluruh fenomena yang terkondisi, tidak memiliki bentuk akhir, dan karenanya, berubah seiring dengan berjalannya waktu. Dorongan-dorongan utama dari perubahan sosial adalah ideologi dan ekonomi — karena manusia didorong untuk bertindak oleh kepercayaan-kepercayaan dan hasrat-hasrat. Beberapa sistem menekankan ekonomi; sedangkan Buddha menekankan ideologi, karena sebuah struktur ekonomi hanya dapat mempengaruhi, namun tidak pernah dapat menentukan pemikiran manusia.
Manusia harus hidup dan yang menjadi perhatian terbesarnya adalah caranya mencari nafkah. Seseorang yang lapar adalah seseorang yang Manusia harus hidup dan yang menjadi perhatian terbesarnya adalah caranya mencari nafkah. Seseorang yang lapar adalah seseorang yang
Oleh karenanya, di antara hak-hak asasi manusia yang ada, hak untuk bekerja harus dijamin untuk semua orang, sebagai sebuah prasyarat untuk kehidupan yang baik. Merupakan tugas dari negara untuk menegakkan keadilan serta menyediakan kesejahteraan secara material dan spiritual bagi warganya.
Walaupun Buddhisme mengakui bahwa makanan penting untuk bertahan hidup, Buddhisme juga menekankan bahwa manusia tidak hidup hanya dengan makanan. Hal ini bukanlah segalanya. Bagaimana dia mendapatkannya dan mengapa dia melakukannya sama-sama relevan. Dia tidak seharusnya mencari nafkah dengan metode-metode yang merugikan kesejahteraan makhluk-makhluk hidup — anakula ca kammanta, “pekerjaan yang penuh damai”, seperti di dalam Khotbah mengenai Berkah-Berkah (Maha-mangala Sutta). Jadi, Buddha melarang lima macam perdagangan bagi seorang umat Buddha perumah tangga, dan menahan diri dari perdagangan-perdagangan tersebut merupakan Mata Pencaharian Benar, langkah ketujuh dari Jalan. Perdagangan-perdagangan tersebut adalah: berdagang senjata, manusia, daging (termasuk beternak binatang untuk dijagal), minuman keras dan obat-obatan berbahaya, serta racun. Perdagangan-perdagangan ini menambah penderitaan yang sudah ada di dunia.
Kegiatan ekonomi juga seharusnya dianggap sebagai alat untuk mencapai sebuah akhir — yaitu pengembangan penuh dari manusia itu sendiri. Pekerjaan harus melayani manusia, bukan memperbudaknya. Seseorang Kegiatan ekonomi juga seharusnya dianggap sebagai alat untuk mencapai sebuah akhir — yaitu pengembangan penuh dari manusia itu sendiri. Pekerjaan harus melayani manusia, bukan memperbudaknya. Seseorang
Buddha lebih lanjut mengatakan bahwa kemajuan, kemakmuran, dan kebahagiaan seorang umat perumah tangga bergantung pada usaha yang keras dan mantap — tidak diragukan lagi, hal ini agak mematahkan semangat orang-orang yang menginginkan sesuatu tanpa berusaha. Efisiensi dalam bekerja, terhormat atapun hina, memberikan sumbangsih yang berguna dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan secara sosial. Hal ini memberikan makna dan minat pada pekerjaan seseorang, selain memungkinkannya untuk menyokong dirinya sendiri dan keluarganya dengan nyaman. Pemeliharaan dan peningkatan sumber daya-sumber daya dan bakat-bakat seseorang, yang diperoleh ataupun diwariskan, dengan kehidupan yang seimbang, hidup tidak lebih dari pendapatannya, memastikan bebas dari hutang adalah sebuah indikator pasti dari penglihatan atau pengertian benar. Terakhir, sebuah kehidupan dengan moral dan spiritual yang tidak tercela harus menjadi tujuan dari mata pencaharian benar.
Kehidupan adalah satu dan tidak dapat dibagi, dan kehidupan bekerja adalah bagian dari keseluruhan. Seseorang yang tidak bahagia di tempat kerjanya, juga tidak bahagia di rumah. Ketidakbahagiaan menyebar. Demikian pula, kehidupan bisnis adalah bagian dari kehidupan. Oleh karenanya, Dhamma dari Yang Terberkahi harus menyusupi dan meresapi seluruh kehidupan seseorang karena hanya kekayaan yang berakar dari usaha benarlah yang dapat menghasilkan kebahagiaan sejati.