Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
Berpakaian merupakan rangkaian kegiatan bina diri yang sangat kompleks dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Dalam kegiatan tersebut
anak autis membutuhkan koordinasi otak dan anggota gerak dan kemampuan anggota badan lainnya. Koordinasi ini meliputi koordinasi
antara angota gerak tangan dan mata. Dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, dalam berpakaian anak autis membutuhkan waktu yang
relatif lama. Dalam satu kali pembelajaran, bisa jadi anak hanya mampu melakukan satu tahapan berpakaian saja. Selain itu pakaian yang
digunakan juga perlu dimodifikasi. Baik dari segi ukuran kancing yang lebih besar atau jenis kancingnya. Warna pakaian pun sangat berperan
penting untuk menarik perhatian anak autis agar dapat fokus dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dan wawancara dengan guru kelas saat pelajaran bina diri di Sekolah Khusus Autis Bina
Anggita Yogyakarta anak kurang memahami apa yang diajarkan oleh guru. Selain itu, materi pembelajaran yang diberikan masih umum
sehingga siswa belum memahami tentang cara berpakaian.Pada observasi yang dilakukan oleh peneliti, anak autis belum bisa memasukkan kancing
kedalam lubang kancing, sedangkan saat memasukkan kancing pada lubangnya tangan anak autis sangat kaku mengakibatkan kancing tidak
dapat tepat masuk ke lubang kancing. Hal ini disebabkan karena motorik anak yang belum baik sehingga kegagalan yang berulang-ulang malah
5
yang sering kali membuat anak bosan dan akhinya menolak untuk melakukan pembelajaran.
Berbagai permasalahan diatas jika tidak diperbaiki maka akan berdampak pada terhambatnya kemandirian anak, terlebih jika anak
berpakaian dirumah dan saat anak kembali ke masyarakat anak akan mengalami kesulitan. Berdasarkan fakta dan masalah yang ada dikelas
maka peneliti dan guru sepakat dengan fakta yang menunjukkan bahwa kemampuan bina diri berpakaian anak autis masih rendah. Kemampuan
pengembangan diri berpakaian anak autis di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta perlu ditingkatkan, karena anak akan hidup
dimasyarakat dan lingkungan keluarga. Peneliti mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan guru bina
diri yang merupakan guru kelas tersebut. Dari hasil diskusi tersebut, peneliti dan guru memberikan upaya pemecahan masalah dalam
meningkatkan kemampuan bina diri berpakaian anak autis dengan menerapkan metode latihan tata cara berpakaian secara bertahap dan
berulang-ulang dengan tujuan memperbaiki dan mengajarkan tata cara berpakaian ataupun langkah-langkah berpakaian yang baik dan benar
kepada anak. Tindakan yang dilakukan terkait dengan masalah bina diri khususnya bina diri berpakaian anak autis adalah dengan penggunaan
metode yang sesuai.
6
Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalui upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu Sugihartono
dkk, 2007: 82. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode latihan drill. Kelebihan dari metode latihan drill itu sendiri yakni dalam
waktu relative singkat, dapat diperoleh penguasaan dan keterampilan yang diharapkan akan tertanam pada setiap pribadi anak kebiasaan belajar
secara rutin dan disiplin. Kekurangan dari metode drill adalah latihan yang dilakukan dalam pengawasan ketat dan serius dapat menimbulkan
kebosanan, latihan yang terlalu berat dapat menyebabkan murid membenci mata pelajaran maupun terhadap guru yang mengajar, membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku, serta latihan yang selalu diberikan dibawah bimbingan dan perintah gur dapat melemahkan inisiatif
dan kreatifitas siswa. Penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain yang
dilakukan oleh Rijal Nurdiana 2015 dalam penelitiannya berjudul “Pengggunaan Metode Latihan Drill Pada Pembelajaran Pengembangan
Diri Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpakaian Anak Cerebral Palsy Kelas V di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta”. Tujuan Penelitian tersebut
adalah untuk
mengetahui adanya
peningkatan berpakaian
dengan penggunaan metode latihan drill. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa penerapan metode latihan drill dapat meningkatkan keterampilan berpakaian anak Cerebral Palsy.
7
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada orangtua mengenai fungsi dan pelaksanaan pembelajaran bina diri
berpakaian disekolah, sehingga ketika anak belum dapat menggunakan pakaian sendiri tidak semata-mata menjadi kesalahan sekolah. Disamping
itu, kegiatan pembelajaran bina diri, khususnya bina diri berpakaian ini tidak hanya dapat dilakukan guru disekolah tetapi juga dapat dilakukan
oleh orangtua dirumah. Sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai yakni kemandirian anak autis.