7
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Untuk  konteks  Indonesia,  pendidikan  multikultural,  pendidikan  yang dapat  mencetak  peserta  didik  mempunyai  kearifan  lokal,  mempunyai  jiwa
toleransi,  atau  menghasilkan  peserta  didik  yang  berpandangan  inklusif penting  untuk  wujudkan.  Pendidikan  multikultural  inilah  yang  akan
mengantarkan  dan  membangun  manusia  Indonesia  mempunyai  jiwa nasionalisme  dan  akhirnya  dapat  mempertahankan  keutuhan  bangsa  dari
ancaman  disintegrasi.  Apabila  pendidikan  multikultural  diwujudkan  oleh pendidikan  bercorak  keagamaan,  maka  diyakini  dapat  mengantarkan
peserta  didik  berpaham  moderat  dan  inklusif.  Menciptakan  masyarakat semacam ini  merupakan hal  penting bagi bangsa Indonesia yang diketahui
penduduknya multi-etnis, multi-agama, dan plural. Sementara  itu,  Pondok  Pesantren  Salaf  atau  pesantren  yang  masih
mempertahankan  nilai-nilai  tradisional,  menyimpan  potensi  kesadaran multikultural. Diketahui wacana lokal dan rasionalitas lokal selama ini sudah
menjadi  custom  atau  tradisi  pesantren.  Demikian  pula,  konsep  kemajuan bagi  pesantren  ini  juga  bertitik  tolak  dari  tradisi  sehingga  tidak  mengalami
keterputusan  sejarah  Jamaluddin  Mohammad,  2007:1.  Bukankah pesantren  yang  dikenal  dengan  sebutan  salaf  atau  tradisional  inilah  yang
sebenarnya  melanjutkan  tradisi  Walisongo  yang  mengajarkan  nilai-nilai toleransi dalam ajaran Islam.
Asal-usul  pesantren  memang  tidak  bisa  dipisahkan  dari  sejarah pengaruh  Walisongo  abad  XV-XVI.  Oleh  karena  itu,  kesan  bahwa  ajaran
Islam  di  Jawa  pada  abad  XVII  dan  XIX  berada  di  bawah  bayang-bayang Walisongo bukanlah hal yang berlebih-lebihan. Bahkan selama hampir lima
abad  setelah  periode  Walisongo,  pengaruh  mereka  tetap  terlihat  jelas sampai  sekarang.  Kemashuran  mereka  sebagaimana  para  pemimpin
keagamaan yang berpengaruh dilanjutkan melalui keutamaan ulama di mata
8 para  santri  Jawa  selama  berabad-abad
Abdurrahman  Mas‟ud,  2006:  78. Diketahui, Islam yang diperkenalkan Walisongo di Tanah Jawa hadir dengan
penuh kedamaian, terkesan lamban tetapi meyakinkan. Fakta menunjukkan bahwa  dengan  cara  menoleransi  tradisi  lokal  serta  memodifikasinya  ke
dalam  ajaran  Islam  dan  tetap  bersandar  pada  prinsip-prinsip  Islam,  agama baru ini dipeluk oleh bangsawan-bangsawan mayoritas masyarakat Jawa di
pesisir utara Abdurrahman Mas‟ud, 2006: 58.
B.  Tujuan Khusus