Penelitian Yang Relevan KAJIAN PUSTAKA

45 Upaya pengembangan pendidikan kearifan lokal tidak akan terselenggara dengan baik tanpa peran serta masyarakat secara optimal. Keikutsertaan berbagai unsur dalam masyarakat dalam mengambil prakarsa dan menjadi penyelenggara program pendidikan merupakan kontribusi yang sangat berharga, yang perlu mendapat perhatian dan apresiasi.

E. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kasiyan, dkk 2009 dengan judul “Pembinaan Muatan Lokal Kerajinan Batik Warna Alami Bagi Guru-Guru SLTP Di Kabupaten Sleman Yogyakarta”. Menggunakan metode presentasi, demonstrasi dan praktik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan wawasan para guru muatan lokal seni kerajinan SLTP di Kabupaten Sleman Yogyakarta yang sebelumnya belum begitu memahami teknik pembuatan kerajinan batik warna alami, sekarang sudah mengetahui bahkan memahami sampai dapat membuat karya sendiri. Dengan adanya kegiatan pelatihan ini dapat membantu para guru dalam melakukan pembelajaran di sekolah masing-masing. Sehingga harapannya, kerajinan batik yang notabene merupakan „local genius‟ warisan adhiluhung yang keberadaannya telah mempunyai akar yang amat kuat pada masyarakat dapat dijaga dan dilestarikan. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas muatan lokal batik dan pengembangan batik. Perbedaannya adalah, dalam penelitian Kasiyan, 46 dkk. lebih ke praktik membatiknya sendiri dengan sasaran para pengajar atau guru yang mengampu muatan lokal batik agar mennggunakan warna alami untuk membatik, sedangkan penelitian ini tidak terfokus terhadap guru muatan lokal saja tetapi pada siswa juga. Selain itu, penelitian Kasiyan, dkk. mengambil setting lebih luas yaitu di Kabupaten Sleman Yogyakarta, sedangkan penelitian ini mengambil setting di SMA Negeri 1 Bantul. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Aji Wibowo 2007 dengan judul“Identifikasi Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Kearifan Lokal Membatik di SD Sribit Kecamatan Bambang Lipuro Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 20102011. Hasil Penelitian Menunjukkan hambatan dari pelaksanaan pelajaran membatik yang berasal dari dalam yaitu rasa takut siswa saat melakukan kegiatan membatik karena panasnya malam yang digunakan untuk membatik. Hambatan yang berasal dari luar yaitu masalah pendanaan, kurangnya tenanga pengajar untuk pembelajaran membatik, dan waktu yang sangat sedikit untuk mengajarkan membatik. Pihak sekolah mengambil dana BOS untuk membeli alat-alat dan perlengkapan batik yang telah rusak atau habis. Penelitian Aji Wibowo relevan dengan penelitian ini karena membahas pengembangan batik di sekolah dan faktor penghambat pelaksanaan membatik. Perbedaannya adalah penelitian Aji Wibowo hanya berfokuskan pada faktor-faktor penghambat pelaksanaan membatik, 47 sedangkan penelitian ini menyoroti aspek-aspek lain yang berkaitan dengan muatan lokal membatik dan pengembangan kearifan lokal di sekolah.

F. Kerangka Berpikir