Dana perimbangan untuk Kota Surakarta pada tahun 2004 mencapai jumlah sebesar Rp. 286.598.503.595,- yang
didominasi penerimaan yang berasal Dana Alokasi Umum DAU sebesar Rp. 218.045.000.000,- atau 76,08 . Kemudian dana
bagi hasil pajak dan bukan pajak mencapai angka sebesar Rp. 34.651.050.845,- atau 12,09 dan bantuan dari Provinsi Jawa
Tengah mencapai proporsi 9,91 serta Dana Alokasi Khusus DAK mencapai 1,92 . Sementara prosentase PAD
dibandingkan dengan DAU hanya sebesar 27,07 .
9. Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Koperasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah terus berkembang di Kota Surakarta seiring dengan proses pemulihan perekonomian
daerah. Namun keberadaan UMKM ini masih menghadapi beberapa permasalahan usaha antara lain: masih rendahnya
produktivitas usaha, terbatasnya akses pada sumber-sumber permodalan, rendahnya kualitas kelembagaan usaha. Peran
pemerintah daerah dalam memberikan iklim kondusif bagi perkembangan usaha UMKM juga masih belum optimal
dilakukan.
Keberpihakan pemerintah daerah kepada UMKM dan koperasi ditunjukkan antara lain dengan pemberian fasilitas
berupa perijinan usaha. Pada tahun 2004 terdapat sebanyak 749 pedagang yang mendapatkan ijin usaha dan semuanya
merupakan ijin usaha baru.
Jumlah koperasi mengalami peningkatan cukup signifikan selama kurun waktu 2000 – 2004. Pada tahun 2000 jumlah
koperasi aktif sebanyak 453 koperasi dan kemudian terus meningkat sampai menjadi 502 koperasi pada tahun 2004.
Sebagian besar koperasi yang ada adalah koperasi primer dimana jumlahnya berkembang dari 448 unit koperasi primer
pada tahun 2000 dan meningkat sampai menjadi 496 unit koperasi primer pada tahun 2004.
2.1.3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK di Kota Surakarta terkati erat dengan upaya peningkatan daya saing
daerah, dan mendorong tumbuhnya budaya Inovasi di kalangan masyarakat, melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
Reasearch and Development = RD baik yang dilaksanakan oleh
PERT. WK-RKPD 2008
36
Pemerintah Kota secara langsung maupun oleh lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan di lingkungan Perguruan Tinggi,
Lembaga Swadaya Masyarakat LSM maupun Dunia Usaha.
Kegiatan Penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan oleh masing-masing institusi secara umum masih berjalan sendiri-
sendiri sesuai dengan kebutuhan sesaat yang dihadapi oleh masing- masing institusi, oleh karenanya diperlukan sinergi antar unsur
kelembagaan iptek dalam rangka mendayagunakan berbagai sumber daya iptek untuk mendorong peningkatan kemampuan dan
penguasaan iptek bagi peningkatan daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Sejak diberlakukannya Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian dan Pengembangan IPTEK,
Pemerintah Kota Surakarta mengembangkan suatu model kerjasama antara pemerintah kota dengan lembaga pendidikan
Tinggi ATMI yang didukung oleh lembaga Internasional khususnya Indonesia-German Institute IGI dengan mendirikan lembaga
pendidikan yang didedikasikan sebagai pusat pengembangan SDM berbasis penguasaan iptek, yaitu Surakarta Competency and
Technologi Center SCTC.
Sebagai institusi pendidikan dan latihan diklat di bidang kejuruan teknik yang memenuhi kebutuhan dunia usaha dan
industri. Salah satu tujuan diklat adalah untuk mengentaskan pemuda penganggur dari keluarga miskin melalui diklat kompetensi
ketrampilan di bidang teknologi.
Untuk mendorong peningkatan daya saing produk industri dikembangkan suatu model sinergi antara unsur penelitian dan
pengembangan perguruan tinggi dan industri untuk mendorong tumbuhnya inovasi melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2.1.4. Sarana dan Prasarana
1. Sarana Prasarana Perhubungan dan Transportasi