BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
II.1.Lokasi dan Letak Desa
Kabupaten Nias adalah salah satu daerah kabupaten di Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Nias berada satu pulau dengan Kabupaten Nias Selatan yang
disebut dengan Pulau Nias. Desa Sisobambowo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Mandrehe, Kabupaten Nias. Jarak Desa Sisobambowo dengan ibukota kecamatan sekitar 8 Km dan jaraknya ke ibukota kabupaten Gunungsitoli 96 Km. Desa
Sisobambowo berbatasan dengan: - sebelah Utara
: Desa Iraono Geba - sebelah Selatan
: Desa Mazingo - sebelah Barat
: Desa Fulolo Sibohou - sebelah timur
: Desa Hilidaura. Waktu yang diperlukan untuk dapat tiba di desa ini dari ibukota kecamatan
sekitar 30 menit dengan menggunakan kendaraan umum bus dan biaya yang harus dikeluarkan sekitar Rp.5000,00. Sedangkan dari Desa Sisobambowo ke
ibukota kabupaten Nias Gunungsitoli diperlukan waktu sekitar 3 jam dengan menggunakan jasa bus dan ongkos Rp.35.000,00 per orang.
Alat transportasi lain yang melintasi Desa Sisobambowo adalah kendaraan beroda dua yang disebut oleh penduduk dengan “RBT”. Alat transportasi ini
kebanyakan beroprasi pada saat pekan di kecamatan. Dalam seminggu pekan
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan dua kali yaitu pada hari Rabu dan Sabtu. Adapun ongkos yang harus dibayar bila menggunakan jasa “RBT” ini sekitar 15 ribu sampai 20 ribu rupiah.
II.2.Sejarah Desa
Menurut sumber tradisi, adapun nenek moyang suku Nias pertama bertempat tinggal di Gomo, Nias Bagian Tengah. Begitu juga dengan penduduk
desa yang asli suku Nias, nenek moyang mereka barasal dari Gomo. Sebelum tiba di Desa Sisobambowo, mereka telah tinggal untuk sementara waktu di beberapa
tempat. Adapun daerah-daerah yang pernah mereka lalui dan tinggal di daerah
tersebut yaitu Desa Hilimbuyuwu, Hilimburune, Onozitoli dan Hiligafia. Daerah- daerah yang mereka lalui tersebut sekarang berada dalam wilayah administratif
Kecamatan Mandrehe. Mereka berpindah-pindah bukan disebabkan karena ada masalah atau perang tetapi karena hidup mereka dahulu berpindah-pindah dan
mengisi daerah yang masih kosong. Yang termasuk dalam kawasan Hiligafia saat ini yaitu Desa Sisobambowo, Desa Iraonogeba, dan Desa Lolohia. Ketiga desa ini
Sisobambowo, Iraonogeba, dan Lolohia bergabung hanya sampai 25 generasi, kemudian masing-masing berpisah dan membentuk daerah desa masing-masing.
Desa Sisobambowo hingga saat ini telah didiami oleh penduduknya selama 12 generasi. Walaupun demikian diantara penduduknya masih belum
pernah terjadi perkawinan. Di daerah lain seperti Lahemi Sirombu sudah terjadi. Hal ini disebabkan karena penduduknya masih mengganggap mereka masih
bersaudara.
Universitas Sumatera Utara
Kepala Desa yang memimpin Desa Sisobambowo sudah enam orang hingga sekarang. Kepala Desa tersebut yaitu 1Ama Galõ’õ Hia masa jabatannya
25 Tahun, 2Ama Raima Hia masa jabatannya 1 Tahun karena meninggal, 3Ama Hese Hia masa jabatannya 30 Tahun, 4Ama Aro Hia masa jabatannya
34 Tahun, 5Ama Soni Hia masa jabatannya 18 Tahun, 6Ama Reta Hia masa jabatannya dari tahun 2003-2007. Sekarang, belum ada pengganti kepala desa
yang resmi, sehingga jabatan kepala desa dijabat untuk sementara waktu oleh seorang pegawai kantor camat Mandrehe PJS.
II.3.Keadaan Alam
Desa Sisobambowo terletak pada ketinggian 25 M dari permukaan laut. Daerah ini termasuk pada kategori daerah dataran rendah. Produktivitas tanah
dapat dikatakan baik untuk lahan pertanian. Luas daerah atau wilayah Desa sisobambowo adalah 1000 HA, yang dipergunakan untuk pemukiman atau
perumahan, bangunan umum seperti sekolah dan rumah ibadah, pekuburan, sawah dan ladang, serta jalan.
Tanah di daerah ini sangat subur dan dimanfaatkan oleh penduduk untuk ditanami tanaman pertanian dan lahan persawahan. Walaupun penduduk
memperoleh hasil dari lahan pertanian, mereka juga memelihara ternak seperti ayam dan babi.
Desa ini dilalui oleh sungai Moro’o. Letak sungai tidak jauh dari pemukiman penduduk yang bermukim disekitar pinggir jalan raya. Sungai
tersebut digunakan penduduk untuk mandi dan menyuci. Sungai akan semakin ramai bila musim kemarau tiba karena sumur di rumah penduduk sudah mulai
Universitas Sumatera Utara
kering sehingga harus menghemat pemakaian air agar persediaan air untuk dikonsumsi tetap tersedia. Sungai dimanfaatkan oleh penduduk baik anak-anak
maupun orangtua. Anak perempuan yang paling sering membantu ibunya untuk menyuci di sungai, walaupun ada beberapa anak laki-laki yang juga ikut
membantu. Selain mandi dan menyuci aktivitas lain yang dilakukan oleh anak- anak adalah bermain dan berenang hingga kadang kala mereka lupa waktu untuk
pulang ke rumah. Pada musim hujan tiba dan hujan tidak berhenti dalam jangka dua sampai tiga hari, maka air sungai akan meluap dan dapat mengakibatkan
banjir di beberapa ruas jalan yang ada di desa ini bahkan sampai ke rumah penduduk.
II.4.Kependudukan II.4.1.Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Sisobambowo secara keseluruhan adalah 1124 jiwa yang terdiri dari 206 KK Kepala Keluarga. Berdasarkan jenis kelamin
penduduk terdiri dari laki-laki sebanyak 567 jiwa dan perempuan sebanyak 557 jiwa. Komposisi penduduk Desa sisobambowo dapat dilihat pada Tabel II.1
dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel II.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
Laki-laki 567
Perempuan 557
Jumlah 1124
Sumber: Monografi Desa,2007
Tabel II.2 Komposisi Penduduk Menurut Usia dan
Kelompok Pendidikan
Umur Tahun
Jumlah Jiwa
Persentase
0 - 3 136
12,10 4 – 6
81 7,12
7 – 12 63
5,60 13 – 15
66 5,87
16 – 18 138
12,28 19 - keatas
640 56,94
Jumlah 1124
100,00 Sumber: Monografi Desa,2007
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel II.2 diatas dapat diketahui berapa jumlah penduduk berdasarkan usia dan kelompok pendidikan. Secara umum, mereka menamatkan pendidikan
dasarnya di SD yang ada di desa ini dan untuk SLTP dan SLTA di luar Desa Sisobambowo. Dua tahun yang lalu telah dibuka penerimaan siswa baru untuk
SLTA dan tahun ajaran 2007 yang lalu juga telah diterima siswa SLTP. Pada saat anak-anak berada dalam usia pendidikan, mereka secara tidak
langsung telah membantu orang tuanya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Setelah pulang sekolah, ada yang menyusul orang tuanya ke sawah dan juga
mengambil makanan ternak di kebun. Selain itu ada juga yang tinggal di rumah untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah seperti menyapu rumah, menyuci
pakaian dan memasak makanan untuk makan malam keluarga.
II.4.2.Agama
Agama yang dianut oleh penduduk Desa Sisobambowo yaitu agama K.Protestan dan K.Khatolik. Penganut K.Protestan lebih banyak daripada
penganut K.Khatolik.
Tabel II.3 Komposisi Penduduk Menurut Agama
Agama Jumlah jiwa
Persentase K.Protestan
994 88,43
K.Khatolik 130
11,57 Jumlah
1124 100,00
Sumber: Monografi Desa,2007
Universitas Sumatera Utara
Anak-anak sejak kecil telah diajarkan oleh orang tua masing-masing untuk beribadah pada hari minggu di gereja masing-masing. Mereka beribadah terpisah
dari ibadah orang tua orang dewasa dan dilaksanakan pada pagi hari. Ibadah anak Sekolah Minggu dilaksanakan pada pagi hari yakni pada pukul 08.00 wib,
sedangkan ibadah orang dewasa sekitar pukul 11.00 wib. Seluruh kegiatan keagamaan seperi perayaan hari-hari besar agama
dilaksanakan di gereja seperti ibadah Minggu dan perayaan Natal serta Paskah. Persekutuan diadakan di rumah-rumah penduduk pada hari dan jam yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Anak-anak ikut ambil bagian dalam mengisi acara setiap perayaan yang diadakan di gereja.
II.4.3.Pendidikan
Pada umumnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan di daerah pedesaan masih rendah. Hal ini juga dapat ditemui di Desa Sisobambowo,
dimana lulusan SD sangat banyak, sementara itu lulusan tingkat SLTP, SLTA dan Akademi serta Sarjana jumlahnya masih sedikit.
Universitas Sumatera Utara
Tabel II.4 Komposisi Penduduk Menurut
Lulusan Pendidikan Umum
No Pendidikan Jumlah jiwa
1 T.Kanak-kanak
2 SD
330 3
SMPSLTP 196
4 SMUSLTA
57 5
AkademiD1-D3 21
6 Sarjana S1-S3
25 Jumlah
629 Sumber: Monografi Desa,2007
Berdasarkan tabel diatas lulusan tingkat pendidikan desa ini masih sangat rendah. Jumlah lulusan sarjana dan SMU masih sedikit, sedangkan lulusan SD
adalah jumlah yang terbesar. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya biaya untuk pendidikan dan kesadaran penduduk yang kurang akan pentingnya pendidikan.
Beberapa orang ada yang sempat melanjutkan pendidikannya di tingkat SMPSMU, tetapi tiba-tiba berhenti sekolah dan kerap kali pergi merantau ke luar
daerah Nias.
Universitas Sumatera Utara
Tabel II.5 Komposisi Siswa SD Sisobambowo
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
I 23
21 II
23 19
III 16
14 IV
11 11
V 13
8 VI
9 11
Jumlah 95
84 Sumber: SDN Sisobambowo,2007
Tabel II.6 Komposisi Siswa SLTP Negri 4 Mandrehe
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
VIIA 34
16 VIIB
32 17
Jumlah 66
33 Sumber: SLTPN 4 Mandrehe,2007
Universitas Sumatera Utara
Tabel II.7 Komposisi Siswa SLTA Negri 2 Mandrehe
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelas Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
X A 23
18 X B
23 17
X IPA 12
17 X IPS
27 10
Jumlah 85
62 Sumber: SLTA Negri 2 Mandrehe,2007
Dari Tabel II.5,II.6,II.7 dapat diketahui bahwa jumlah siswa laki-laki lebih banyak dibanding dengan jumlah siswa perempuan. Dalam Tabel II.5 tidak
terlalu jauh perbandingan antara siswa SD laki-laki dengan siswa SD perempuan. Pada Tabel II.6 dan Tabel II.7 terlihat perbedaan jumlah yang jauh antara siswa
laki-laki dan perempuan, terutama komposisi siswa SLTPN 4 Mandrehe.
II.5.Sistem Perekonomian
Pekerjaan sebagai petani merupakan jumlah yang terbesar yaitu 319 orang 80,15 dari seluruh mata pencaharian yang ada di desa ini. Petani-petani di
desa ini berangkat pada pagi hari untuk bekerja dan kembali ke rumahnya pada petang hari. Ada juga yang bekerja hanya sampai siang hari dan kembali ke
rumahnya untuk makan siang dan beristrahat.
Universitas Sumatera Utara
Petani di Desa Sisobambowo menghasilkan padi beras, karet, kelapa kopra, biji pinang dan biji coklat. Petani pada umumnya menanam padi di sawah
miliknya sendiri, tetapi ada juga yang menyewa lahan persawahan untuk dikelola. Padi yang ditanam petani sangat beragam jenisnya dan mereka akan membuat
kesepakatan waktu untuk menanam padi tersebut. Setelah panen, padi akan dijual sebagaian untuk kebutuhan keluarga dan sebagian lagi disimpan agar persediaan
beras tetap tersedia.
Tabel II.8 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian
Jumlah jiwa
Persentase
1 Karyawan:
- PNS - ABRI
- Swasta 12
1 5
3,01 0,25
1,26 2
WiraswastaPedagang 10
2,51 3
Tani 319
80,15 4
Pertukangan 15
3,77 5
Buruh Tani 30
7,54 6
Pensiunan 1
0,25 7
Jasa 5
1,26 Jumlah
398 100,00
Sumber: Monografi Desa,2007
Universitas Sumatera Utara
Petani yang memiliki kebun karet biasanya berangkat pada pagi hari. Bila mereka memiliki sawah maka yang bertugas untuk menyadap karet adalah anak-
anaknya. Ketika musim hujan karet tidak akan disadap. Dalam satu bulan, petani memperkirakan karet boleh disadap hanya dua minggu. Hal ini disebabkan karena
hujan diperkirakan dua minggu dalam sebulan. Petani yang memiliki kebun kelapa akan memetik buahnya dan dijadikan
kopra. Selain kopra, buah kelapa tersebut dapat dijual perbutir di pekan yang diadakan dua kali dalam seminggu di kecamatan. Buah kelapa tersebut dijual
Rp.1000,00butir. Hasil produksi biji pinang tidak begitu banyak karena pohon pinang jumlahnya tidak banyak dan biji pinang yang masih muda digunakan
untuk bahan sirih. Sekitar lima atau enam tahun yang lalu, penduduk mulai menanam
tanaman coklat. Biji coklat harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum dijual oleh petani kepada toke yang ada di desa ini. Seterusnya, toke akan membawa hasil
produksi pertanian tersebut ke Gunungsitoli untuk dijual. Harga hasil produksi pertanian selalu dihitung tiap Kilogram dan harganya tidak stabil.
Uang yang dihasilkan dari penjualam produksi pertanian akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Untuk bahan makanan seperti gula,
telur, indomie dan sebagainya dapat diperoleh di kedai yang ada di desa ini. Untuk dapat mengkonsumsi ikan segar, penduduk harus menunggu penjual ikan yang
menggunakan sepeda dan sepeda motor dari Kecamatan Sirombu. Selain sebagai petani, ada juga penduduk yang bematapencaharian sebagai
pedagang, tukang, PNS dan lain-lain. Mereka umumnya juga memiliki lahan pertanian yang diolah sendiri. Setelah pulang dari kantor misalnya PNS, mereka
Universitas Sumatera Utara
akan ke sawah atau ke kebun miliknya. Walaupun mata pencaharian penduduk beragam, tetapi mereka juga ikut bertani untuk menambah penghasilan.
Anak-anak ikut membantu orang tuanya bekerja setelah pulang dari sekolah. Mereka akan pergi ke sawah, menyadap karet dan mengambil makanan
ternak. Ada juga anak yang tinggal dirumah untuk menyiapkan makanan untuk makan malam keluarga, menyuci piring, membersihkan rumah dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III SISTEM KEKERABATAN