SISTEM KEKERABATAN Nilai Anak Perempuan Dalam Ekonomi Keluarga Suku Nias (Suatu analisis gender di Desa Sisobambowo, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias)

BAB III SISTEM KEKERABATAN

III.1.Keluarga Penduduk Desa Sisobambowo merupakan penduduk asli suku Nias, sehingga kehidupan masyarakatnya dipengaruhi oleh adat-istiadat Nias. Keluarga pada masyarakat suku Nias dibentuk melalui ikatan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Perkawinan tidak hanya melibatkan kedua mempelai, tetapi juga melibatkan kaum kerabat dari pengantin laki-laki dan kaum kerabat dari pengantin perempuan. Perkawinan yang ideal bagi suku bangsa Nias adalah perkawinan antara seorang laki-laki dengan perempuan anak saudara laki-laki ibunya mangawuli ba nuwu. Mangawuli ba nuwu pada saat ini bukan lagi keharusan hanya saja orangtua yang menganjurkan kepada anak-anaknya untuk kawin dengan anak pamannya. Orangtua tidak akan memaksa bila anaknya tidak mau. Syarat menikah di Nias adalah dengan emas kawin bõwõ. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah sangambatõ yaitu sebuah keluarga batih, tetapi kelompok yang penting adalah sangambatõ sebua, yakni keluarga luas virilokal virilocal extended fammily, yang terdiri dari keluarga batih senior ditambah lagi dengan keluarga-keluarga batih putra-putranya yang tinggal serumah, sehingga berupa suatu rumah tangga household dan satu kesatuan ekonomis. Gabungan-gabungan dari sangambatõ sebua dari satu leluhur disebut mado. Mado dapat disamakan dengan marga orang Batak, yakni klen besar Universitas Sumatera Utara patrilineal. Fungsi mado terutama adalah untuk mengurus dalam hal pembatasan jodoh dalam perkawinan. Di Nias berlaku exsogami marga dalam batas-batas tertentu, artinya seorang boleh juga kawin dengan orang semarga, asalkan ikatan kekerabatan leluhurnya sudah mencapai sepuluh angkatan ke atas. Adat menetap sesudah menikah di daerah Nias adalah Virilokal yaitu tinggal bersama orangtua si laki-laki, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk tinggal terpisah dari orangtua dan tinggal di tempat lain neolokal. Perempuan yang telah menikah akan menjadi anggota keluarga suaminya. Anak-anak yang dilahirkannya akan mengikuti marga suaminya karena garis keturunan yang dianut oleh masyarakat Nias ialah sistem patrilineal. III.2.Anak Anak merupakan berkat atau anugrah yang sangat diharapkan dalam sebuah keluarga yang baru terbentuk. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh keluarga sebelum dan sesudah kelahiran seorang anak. III.2.1. Acara yang dilakukan sebelum kelahiran seorang anak pra kelahiran Seorang perempuan yang telah menikah dan sedang mengandung, akan dibawa ke rumah orang tuanya oleh mertua dan suaminya. Usia kandungan pada saat ini yaitu tiga sampai lima bulan. Acara ini disebut fangoroma’õ beto upacara memperlihatkan kandungan. Tujuan dari acara ini adalah untuk memohon doa restu atas kehamilan sang istri dan agar kandungan dapat berkembang serta lahir dengan selamat. Universitas Sumatera Utara Pada acara ini, mereka akan membawa seekor anak babi dan tefe-tefe idanõ. Anak babi tersebut akan dipotong dan digunakan pada acara tersebut. Tefe- tefe idanõ merupakan acara dimana orangtua dari pihak perempuan akan meletakkan tangannya di piring yang telah diisi air dan dipiring tersebut diletakkan uang logam. Ia akan mengibaskan tangannya ke arah perempuan anaknya yang sedang mengandung beserta kandungannya. Air yang berasal dari kibasan tangan tersebut akan mengenai perempuan yang sedang mengandung dan kandungannya. Dahulu kala, yang digunakan untuk tefe-tefe idanõ ini bukanlah uang logam tetapi perak firõ. Agar nilai perak tersebut sama dengan uang logam yang diletakkan di piring, maka di bawah piring tersebut diletakkan sejumlah uang sesuai dengan kesanggupan keluarga yang datang. Makna tefe-tefe idanõ yaitu fangokafu menyejukkan agar selalu terberkati. III.2.2.Acara yang dilakukan setelah kelahiran anak pasca kelahiran Perempuan yang melahirkan biasanya dibantu oleh seorang dukun beranak solohe. Setelah anak lahir, maka perempuan yang telah melahirkan tersebut memberikan persembahan khusus sebagai ucapan terimakasih kepada solohe. Ucapan terimakasih tersebut diberikan dalam bentuk uang yang diletakkan dalam amplot. Jumlah uang tergantung kerelaan dan kesanggupan keluarga. Setelah melahirkan dan keadaan sang ibu mulai pulih, diadakan upacara pemberian nama kepada bayi yang baru lahir. Nama diberikan oleh orang tuanya atau oleh kakek neneknya. Pada saat ini, nama yang diberikan kepada bayi yang baru lahir banyak berasal dari luar dan menggunakan bahasa Indonesia. Pada saat acara pemberian nama lafatõrõ tõi, akan disembelih dua ekor babi. Satu ekor Universitas Sumatera Utara disembelih untuk saudarakerabat yang hadir pada saat acara tersebut dan seekor lagi untuk dukun yang menolong kelahiran bayi. Bayi yang baru berumur beberapa bulan, akan dibawa ke rumah pamannya la’ohe khõ sibaya. Pada saat acara ini terjadi perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Bayi laki-laki akan membayar utangnya ibu’a gõmõ ndraono sebesar sara balaki satu pon emas kepada pamannya. Bayi perempuan tidak akan membayar utangnya pada saat acara tersebut. Utang akan dibayarkan pada saat ia menikah nanti. Mereka juga akan membawa seekor anak babi dan tefe-tefe idanõ. Ketika bayi pulang bersama orang tuanya, maka pamannya akan memberikan seekor ayam dan baju untuk sibayi. III.2.3.Anak angkat Ono ni sou Keluarga yang belum memiliki anak atau tidak memiliki anak dapat melakukan pengangkatan anak. Anak yang diangkat tersebut posisinya sama dengan anak kandung. Ia akan menjadi penerus keturunan dan pewaris dari keluarga yang mengangkatnya. Ada beberapa hal yang akan dilakukan oleh keluarga yang melakukan pengangkatan anak, yaitu: - Adanya pemberitahuan kepada kaum kerabatnya ibe’e wanõngõni khõ talifusõ. Keluarga atau orangtua yang melakukan pengangkatan anak tersebut meminta pengesahan dari saudara-saudaranya atas anak yang diangkatnya. Keluarga tersebut akan memberikan satu ekor babi sebesar 4 alisi 1 1 Alisi adalah satuan ukuran asli Nias untuk mengukur lingkaran dada babi. Sistem ukuran ini disebut dengan afore. Cara mengambil ukurannya adalah dengan mempergunakan pita dari daun . Universitas Sumatera Utara - Adanya pemberitahuan kepada orang sekampung. Orang kampung akan diundang pada acara ini sehingga keluarga menyediakan satu ekor babi sebesar 2 alisi. - Orangtua angkat menyalam orangtua kandung anak yang diangkat sebagai tanda bahwa orangtua kandung mengiklaskan anak tersebut. Orangtua angkat memberikan sara balaki satu pon emas kepada orangtua kadung anak tersebut. - Adanya persetujuan dari paman kandung anak yang diangkat. Maka orangtua yang mengangkat anak memberikan setengah pon emas dan tefe- tefe idanõ serta satu ekor anak babi. Setelah keluarga yang mengangkat anak tersebut melakukan beberapa hal di atas, barulah dibawa dalam doa sesuai dengan agama Kristen yang dianut dan anak tersebut sah menjadi anaknya. III.3.Kelompok Kekerabatan Dalam upacara-upacara yang dilakukan oleh masyarakat Nias terdapat beberapa kelompok kekerabatan yang ikut hadir. Misalnya, dalam suatu pesta perkawinan, ada yang menjadi sowatõ, sirege, uwu, dan fadono. Sowatõ merupakan keluarga yang mengadakan upacara. Dalam upacara perkawinan, pihak perempua disebut sebagai sowatõ, sementara itu pihak laki-laki disebut sebagai tome tamu. Saudara laki-laki dan saudara perempuan dari ayah pengantin perempuan disebut sebagai sirege dalam upacara perkawinan. Dalam kehidupan sehari-hari kelapa muda yang dililitkan pada batas ketiak babi tungkai depan. Hitungan pokoknya adalah 32 cm. Universitas Sumatera Utara mereka disebut sebagai talifusõ saudara. Sirege akan mendapatkan bagian dari mahar yang diberikan oleh pihak laki-laki. Uwu merupakan kelompok kekerabatan dari pihak ibu. Uwu merupakan sumber hidup anak dalam suatu keluarga. Sehingga, uwu selalu mendapatkan penghargaan dan penghormatan yang tinggi dari keluarga. Keluaga yang memberikan pemberi istri kepada seorang laki-laki disebut sebagai sitenga bõ’õ. Fadono merupakan anak perempuan yang telah menikah beserta keluarganya. Kelompok ini merupakan pekerja dalam upacara perkawinan. Fadono memiliki sejumlah utang adat bila keluarga asalnya membuat suatu upacara seperti upacara perkawinan. Utang adat tersebut harus dibayar terus- menerus sampai tiga generasi. Pada generasi ke empat, tergantung kesadaran dan masih terjalinnya hubungan yang baik diantar mereka. Utang fadono tersebut akan berkurang setiap generasi. Utang adat pada generasi pertama yaitu satu ekor babi ukuran 8 alisi minimal 6 alisi. Utang adat pada generasi kedua yaitu satu ekor babi ukuran 6 alisi minimal 4 alisi. Utang adat pada generasi ketiga yaitu satu ekor babi ukuran 4 alisi minimal 2 alisi. Universitas Sumatera Utara Skema Kelompok Fadono Keterangan: C Merupakan fadono, ia akan berutang bila A meninggal dan B menikah. Bila C dan suaminya meninggal, maka utang tersebut dilanjutkan oleh D. Bila D meninggal,maka utang dilanjutkan oleh E. F tidak akan ikut membayar utang tersebut karena ia berasal dai keturunan laki-laki. G tergantung kesadarannya apakah ia akan membayar atau tidak. H akan membayar utang adat, bukan melanjutkan. Bila H dan suaminya meninggal maka I melanjutkan utang tersebut, dan K akan meneruskannya bila I meninggal. J dan keturunannya juga akan membayar utang adat. Universitas Sumatera Utara III.4.Sistem Pelapisan Sosial Masyarakat Nias mengenal pelapisan sosial menurut umur, dimana setiap individu yang lebih muda usianya wajib dan harus menghormati individu yang lebih tua dan yang dituakan. Sistem pelapisan sosial lainnya adalah adanya perbedaan kedudukan antara orang yang sudah kawin dengan orang yang belum kawin. Orang yang belum kawin biasanya secara adat dianggap belum dewasa, belum memiliki hak dan kewajiban dalam adat. Sebaliknya orang-orang yang sudah menikah meskipun usianya relatif muda sudah dianggap dewasa dan telah berhak mencampuri hal-hal yang berhubungan dengan adat. Misalnya anak laki- laki berhak memberikan persetujuan untuk menetukan jodoh dari saudara perempuannya bila ayahnya telah meninggal. Berikut ini adalah kelompok kekerabatan vertikal pemanggilan nama: kakek tua, nenek awe, ayah ama, ibu ina, anak ono, cucu ma’uwu, cicit maho. Universitas Sumatera Utara Skema Sistem Kekerabatan Keterangan: a: Kakek tua e: Anak ono b: Nenek awe f: Cucu ma’uwu c: Ayahama g: Cicit maho d: Ibu ina Selain pelapisan sosial menurut umur, pelapisan sosial juga dapat dilihat menurut bosi. Bosi merupakan tingkatan atau tahta dalam suatu wilayah adat. Desa Sisobambowo termasuk dalam Ori Moro’o wilayah atau negri adat Moro’o yang terdiri dari lima marga si lima ina yaitu Gulo, zebua, Waruwu, Hia, dan Zai. Yang berkedudukan dalam bosi tidak diberikan karena umur yang paling tua Universitas Sumatera Utara atau lebih tua tetapi bersifat turun-temurun. Dalam Ori Moro’o si lima ina terdapat tiga tingkatan bosi yang dikenal yaitu: - Bosi Zi Fulu tingkat ke sepuluh Bosi Zi Fulu diduduki oleh ketua adat dari lima marga di Ori Moro’o. Misalnya Tuha Ombu-Ombu dari Desa Iraonogambo. - Bosi Zi Siwa tingkat ke sembilan Bosi Zi Siwa diduduki oleh empat orang dalam tiap marga. Yang berada dalam bosi yang ke sembilan ini dari marga Hia yaitu: a. Ama Sori Hia Desa Iraonogeba, b. Alm.Ama Sari Hia Desa Sisobambowo, c. Ama Etika Hia Desa Sisobambowo, d. Ama Tini Hia Desa Lolohia. - Bosi Zi Walu tingkat ke delapan Bosi Zi Walu diduduki oleh satua mbanua tokoh-tokoh masyarakat dalam satu desa. Pelapisan sosial menurut bosi mempengaruhi besarnya mahar yang akan dibayar pada waktu menikahi seorang perempuan. Makin tinggi kedudukan ayah si perempuan, maka mahar yang dibayar akan semakin besar. Mahar dibayar sesuai dengan tingkatan orangtua pengantin perempuan. Berikut ini adalah jenis- jenis mahar berdasarkan tingkatan bosi orangtua perempuan. Universitas Sumatera Utara III.4.1.Mahar untuk tingkatan ke sepuluh Bosi mbõwõ ba zifulu mobõli : lima gana’a ba lima mbawi Mahar untuk tingkatan yang ke sepuluh lima pon emas dan lima ekor babi Mahar yang diterima oleh orangtua perempuan So’ono: - Siakhi zi walu = 3 x 4 alisi 2 - õba bulu ndru’u = 1,5 x 4 alisi babi - sulõ mbõra = 1,5 x 4 alisi babi - sangawuli = 1,5x 4 alisi babi - kola = 4 x 4 alisi babi - su’a mbawi = 2 x 4 alisi babi - tõla naya mbanua = 2 x 4 alisi babi - aya dua = 2 x 4 alisi babi - sitatalu zi walu = 4 x 4 alisi babi - sa’a zi walu = 6 x 4 alisi babi - famoloi manu = 4 x 4 alisi babi - sia’a mbõwõ bõli niha = 12x 4 alisi babi - aya nina = 10 x 4 alisi babi - fanunu manu = 1,5 x 4 alisi babi babi 2 Bila yang tertulis dalam bagian mahar 3x4 alisi babi, maka babi yang diberikan adalah 3 ekor babi yang ukurannya 4 alisi. Sementara itu, bila yang tertulis dalam bagian mahar 1,5x4 alisi babi, maka babi yang diberikan adalah 1 ekor babi ukuran 4 alisi dan 1 ekor lagi ukuran 0,5x4 alisi 2 alisi. Harga babi ditentukan berdasarkan per lahare. Misalnya 1 alisi=9 lahare, dst. Jadi, harga babi tersebut yaitu 9xRp.36.000,-=Rp.324.000,-Rp.36.000,- merupakan harga babi ketika peneliti berada dilapangan. Universitas Sumatera Utara Mahar yang diterima oleh sirege: - Famatõrõ = 2 x 4 alisi babi - õba sebua = 3 x 4 alisi babi - sanulo ana’a = 1,5 x 4 alisi babi - sanu’a bawi = 2 x 4 alisi babi - bulu sidua = 2 x 4 alisi babi - howu-howu zatua = 2 x 4 alisi babi - fanika gera-era = 1,5 x 4 alisi babi Mahar yang diterima oleh uwunga’õtõ nuwu: - tawi naya nuwu = 1,5 x 4 alisi babi - adu ba nuwu = 2 x 4 alisi babi - tõla naya nuwu = 8 x 4 alisi babi - nga’õtõ nuwu simatonga ba nuwu Untuk pamannya paman,setengah bagian dari paman III.4.2.Mahar untuk tingkatan yang ke sembilan Bosi mbõwõ ba zisiwa mobõli : lima gana’a ba õfa mbawi Mahar untuk tingkatan yang ke sepuluh lima pon emas dan empat ekor babi Mahar yang diterima oleh orangtua perempuan So’ono: - Siakhi zi walu = 3 x 4 alisi babi - õba bulu ndru’u = 1,5 x 4 alisi babi Universitas Sumatera Utara - sulõ mbõra = 1,5 x 4 alisi babi - sangawuli = 1,5x 4 alisi babi - kola = 4 x 4 alisi babi - su’a mbawi = 2 x 4 alisi babi - tõla naya mbanua = 2 x 4 alisi babi - aya dua = 2 x 4 alisi babi - sitatalu zi walu = 4 x 4 alisi babi - sa’a zi walu = 6 x 4 alisi babi - sia’a mbõwõ bõli niha = 12x 4 alisi babi - aya nina = 10 x 4 alisi babi - fanunu manu = 1,5 x 4 alisi babi Mahar yang diterima oleh sirege: - Famatõrõ = 2 x 4 alisi babi - õba sebua = 3 x 4 alisi babi - sanulo ana’a = 1,5 x 4 alisi babi - sanu’a bawi = 2 x 4 alisi babi - bulu sidua = 2 x 4 alisi babi - howu-howu zatua = 2 x 4 alisi babi - fanika gera-era = 1,5 x 4 alisi babi Mahar yang diterima oleh uwunga’õtõ nuwu: - tawi naya nuwu = 1,5 x 4 alisi babi - adu ba nuwu = 2 x 4 alisi babi Universitas Sumatera Utara - tõla naya nuwu = 8 x 4 alisi babi - nga’õtõ nuwu simatonga ba nuwu Untuk pamannya paman,setengah bagian dari paman III.4.3.Mahar untuk tingkatan yang ke delapan Bosi mbõwõ ba ziwalu mobõli : õfa gana’a ba õfa mbawi Mahar untuk tingkatan yang ke delapan empat pon emas dan empat ekor babi Mahar yang diterima oleh orangtua perempuan So’ono: - Siakhi zi walu = 2 x 4 alisi babi - õba bulu ndru’u = 1 x 4 alisi babi - sulõ mbõra = 1 x 4 alisi babi - sangawuli = 1 x 4 alisi babi - kola = 3 x 4 alisi babi - su’a mbawi = 1,5 x 4 alisi babi - tõla naya mbanua = 2 x 4 alisi babi - aya dua = 1,5 x 4 alisi babi - sitatalu zi walu = 3 x 4 alisi babi - sia’a mbõwõ bõli niha = 8 x 4 alisi babi - aya nina =8 x 4 alisi babi - fanunu manu = 1 x 4 alisi babi Universitas Sumatera Utara Mahar yang diterima oleh sirege: - Famatõrõ =1,5 x 4 alisi babi - õba sebua = 3 x 4 alisi babi - sanulo ana’a = 1,5 x 4 alisi babi - sanu’a bawi = 2 x 4 alisi babi - bulu sidua = 2 x 4 alisi babi - howu-howu zatua = 2 x 4 alisi babi - fanika gera-era = 1,5 x 4 alisi babi Mahar yang diterima oleh uwunga’õtõ nuwu: - tawi naya nuwu = 1 x 4 alisi babi - adu ba nuwu =1,5 x 4 alisi babi - tõla naya nuwu = 6 x 4 alisi babi - nga’õtõ nuwu simatonga ba nuwu Untuk pamannya paman,setengah bagian dari paman. Dari tiga jenis mahar di atas, terdapat perbedaan mahar menurut bosi orangtua perempuan. Namun, ada kalanya mahar akan bertambah besar bila anak perempuan tersebut telah sarjana dan memiliki pekerjaan yang tetap. Tetapi hal itu tergantung kepada orangtua perempuan tersebut. Selain jenis-jenis mahar diatas yang harus dibayar, ada tambahan mahar sebagai tanda penghormatan. Tambahan mahar tersebut yaitu: Universitas Sumatera Utara - famokai danga nina = 1,5 x 4 alisi babi diterima oleh ibu pengantin perempuan - sigu-sigu nomo = 1,5 x 4 alisi babi diterima oleh yang punya rumahtempat diadakan pesta - fanaitagõ mbalõ gõmõ = 2 x 4 alisi babi diterima oleh orang-orang yang ikut menghitung mahar - famalali dawi guri = 2 x 4 alisi babi diterima oleh orangtua pengantin perempuan - famatõ mbulu nohi safusi = 2 x 4 alisi babi diterima sebelum penghitungan mahar, untuk mengambil daun kelapa - diwo nama = 2 x 4 alisi babi diterima oleh ayah pengantin perempuan - diwo nina = 2 x 4 alisi babi diterima oleh ibu pengantin perempuan - diwo gawe = 2 x 4 alisi babi diterima oleh nenek pengantin perempuan - diwo nono sia’a = 2 x 4 alisi babi diterima oleh saudara laki-laki yang sulung pengantin perempuan - diwo nono sitatalu = 1,5 x 4 alisi babi diterima oleh saudara laki-laki yang tengahkedua pengantin perempuan - diwo nono siakhi = 2 x 4 alisi babi diterima oleh saudara laki-laki yang bungsu pengantin perempuan Universitas Sumatera Utara - famafali mbalõ halõwõ = 2 x 4 alisi babi diterima oleh saudara laki-laki ayah pengantin perempuan, yang membantu terlaksananya pesta - balõ ndrela = 1 x 4 alisi babi diterima oleh penghubung antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan - mbolo-mbolo = 1 x 4 alisi babi sebagai pemberitahuan kepada penduduk desa - diwo nuwu = 1 x 4 alisi babi diterima oleh paman pengantin perempuan - babi untuk pesta yang berada di tingkat ke sepuluh dan ke sembilan = 1 ekor ukuran 9 alisi, 1 ekor ukuran sepuluh alisi, dan 1 ekor yang 8 alisi sebagai tarawatõ babi yang dimasak dan dibagi-bagikan waktu pesta - babi untuk pesta yang berada di tingkat ke delapan dan ke sembilan = 1 ekor ukuran 9 alisi dan 1 ekor ukuran 10 alisi, dan 1 ekor ukuran 6 alisi sebagai tarawatõ babi yang dimasak dan dibagi-bagikan waktu pesta. Mahar janda lakha yang akan menikah lagi sangat berbeda dengan mahar anak perempuan yang belum pernah menikah. Mahar janda akan semakin mahal bila yang menikah dengannya semakin jauh dari hubungan kerabat suaminya yang pertama. Janda pada masyarakat Nias disebabkan karena kematian suami bukan akibat perceraian. Berikut ini adalah mahar untuk janda: Universitas Sumatera Utara - lakha nifalali tufo Seorang janda yang dinikahi kembali oleh adik kandung suaminya yang telah meninggal. Mahar yang harus dibayarkan yaitu õfa atambali 4,5 pon emas. - lakha wa talifusõta Seorang janda yang dinikahi oleh salah satu kerabat suaminya yang telah meninggal. Mahar yang harus dibayarkan yaitu lima atambali 5,5 pon emas. - lakha wa banuasa Seorang janda yang dinikahi oleh orang yang masih satu kampung dengan suaminya yang telah meninggal. Mahar yang harus dibayarkan yaitu fitu atambali 7,5 pon emas. - lakha wa õrisa Seorang janda yang dinikahi oleh orang yang masih satu õri dengan suaminya yang telah meninggal. Mahar yang harus dibayarkan yaitu siwa atambali 9,5 pon emas. - lakha zi sara idanõ Seorang janda yang dinikahi oleh orang yang bersal dari õri yang berbeda dengan suaminya yang telah meninggal. Mahar yang harus dibayarkan yaitu felendrua atambali 12,5 pon emas. Walaupun mahar telah lunas dibayar, pihak laki-laki akan tetap membayar utang terhadap keluarga isterinya. Utang ini dinamakan bõwõ sitoroi ba danõ. Utang ini akan dibayar ketika mertuanya membuat suatu acara atau bila terjadi Universitas Sumatera Utara sesuatu hal misalnya, kematian. Bila menantu tidak membayar utang tersebut, maka ia akan dikenai hukuman tekhao howu. Pada saat itu, ia harus sekaligus membayar semua utang sitoroi ba danõ dan hubungan antara mertua dengan menantu akan putus. Jadi, mereka tidak akan menjadi fadono lagi sampai kapan pun di rumah mertuanya. Istilah atau pepatah yang digunakan untuk utang yang sudah dan belum dibayar yaitu: Hõnõ mbõwõ no awai Hõnõ mbõwõ si tosai Artinya: Beribu maharutang yang sudah dibayar Beribu maharutang yang belum dibayar III.5.Harta Warisan Penerima harta warisan dalam masyarakat Nias yaitu anak laki-laki. Bila jumlah anak laki-laki dalam sebuah keluarga ada empat orang, maka harta warisan tersebut akan dibagi lima bagian. Anak yang sulung mendapatkan bagian yang lebih dari saudaranya yang lain yaitu dua bagian. Harta warisan biasanya berbentuk rumah, tanah, kebun kelapa, emas dan uang, serta ternak. Keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dan tidak memiliki anak sama sekali, harta warisannya akan jatuh ke tangan anak laki-laki saudara laki-lakinya. Bila keluarga tersebut telah mengangkat seorang anak laki-laki dan dianggap sebagai anak kandung, maka anak tersebut yang akan menjadi pewaris. Anak perempuan tidak akan mendapatkan harta warisan. Anak perempuan juga mendapat bagian walaupun tidak sebesar yang diterima oleh anak laki-laki. Universitas Sumatera Utara Warisan akan diberikan kepada anak perempuan bila ada wasiat atau pesan orangtua agar diberikan kepadanya dan adanya kesepakatan bersama dari anak laki-laki. Pemberian warisan kepada anak perempuan disebut fabualasa khõ ono alawe. Bagian yang diterima oleh anak perempuan sangat kecil dibanding dengan yang diterima saudara laki-lakinya. Bila warisan yang diberikan berupa tanah, maka tanah tersebut dinamakan naha mbagi talõ tempat menanam talas. Dari kiasan tersebut terkandung makna bahwa tanah yang diberikan hanya cukup untuk menanam talas saja sehingga tidak memerlukan lahan yang luas. Skema Sistem Penerima Harta Waris Bila Tidak Memiliki Anak Laki-laki Keterangan: Harta waris dari B dan C akan diterima A. Universitas Sumatera Utara

BAB IV NILAI ANAK PEREMPUAN