Variabel Variabel Penyajian Data

Tabel 4.2 : Hasil perhitungan Pertumbuhan laba Tahun Triwulan BATI BINI GGRM HMSP I -175,73 12,53 -71,42 -63,09 II 70,82 43,73 109,24 108,17 III 60,31 13,19 51,57 53,46 2005 IV -47,42 -27,00 16,44 -0,92 I -108,37 -71,57 -86,46 -60,26 II 914,21 167,73 113,07 100,06 III 115,70 64,61 65,20 58,41 2006 IV 77,81 7,36 11,94 17,62 I -93,73 -65,99 -59,88 -68,96 II -29,29 125,17 75,75 89,31 III 695,03 52,12 71,34 44,72 2007 IV 56,28 43,30 18,57 20,70 I -41,11 -83,61 -76,72 -70,79 II -31,88 116,90 165,18 85,58 III 131,12 46,88 68,72 62,22 2008 IV 173,05 88,51 25,04 22,22 Rata-rata 110,43 33,37 31,10 24,90 Sumber : data diolah

4.1.2.2 Variabel

Inventory Turn Over X1 Inventory Turn Over merupakan kemampuan suatu perusahaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Inventory Turn Over merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Rumus untuk menghitung Inventory Turn Over adalah : Sales Inventory Turn Overr Ratio = Inventory Hasil perhitungan Inventory Turn Over dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan tabel 4.3 bisa diketahui bahwa perputaran persediaan yang paling tinggi terjadi pada PT HM Sampoerna HMSP yaitu sebesar 4,53 terjadi pada triwulan keempat tahun 2008. Sedangkan perputaran persediaan yang paling rendah terjadi pada PT Gudang Garam GGRM yaitu sebesar 0,51 terjadi pada triwulan kesatu tahun 2006 dan triwulan kesatu tahun 2008. Tabel 4.3 : Hasil perhitungan Inventory Turn Over Tahun Triwulan BATI BINI GGRM HMSP I 0 ,75 1,52 0,56 1,11 II 1,10 2,32 1,16 2,34 III 1,64 3,15 1,67 3,19 2005 IV 2,07 3,65 2,06 3,94 I 0,64 1,25 0,51 1,15 II 1,36 2,16 1,16 2,69 III 1,21 2,69 1,73 3,21 2006 IV 1,56 3,56 2,26 3,98 I 0,73 0,98 0,58 1,06 II 1,30 1,69 1,13 1,94 III 1,62 1,71 1,93 2,53 2007 IV 3,02 2,18 2,03 3,34 I 0,68 0,65 0,51 0,98 II 1,43 4,28 1,07 2,14 III 2,21 1,59 1,68 2,95 2008 IV 4,32 2,25 2,24 4,53 Rata-rata 1,66 2,23 1,39 2,57 Sumber : data diolah Menurut perhitungan rata-rata dari Inventory Turn Over, PT HM Sampoerna HMSP merupakan perusahaan dengan rata-rata Inventory Turn Over yang paling tinggi yaitu sebesar 2,57. Hal ini menunjukkan bahwa pada PT HM Sampoerna HMSP telah terjadi perputaran persediaan yang tinggi daripada perusahaan rokok lainnya. Sedangkan rata-rata dari Inventory Turn Over yang paling rendah terjadi pada PT Gudang Garam yaitu sebesar 1,40. Hal ini menunjukkan bahwa pada PT Gudang Garam GGRM telah terjadi perputaran persediaan yang rendah daripada perusahaan rokok lainnya.

4.1.2.3 Variabel

Average Collection Period X2 Average Collection Period merupakan kemampuan perusahaan untuk mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rumus untuk menghitung Average Collection Period adalah : Receivables Average Collection Period = Sales per Day Hasil perhitungan Average Collection Period dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 : Hasil perhitungan Average Collection Period Tahun Triwulan BATI BINI GGRM HMSP I 14,40 6,62 25,74 6,28 II 10,89 4,61 13,53 3,64 III 6,69 3,13 12,14 2,35 2005 IV 4,17 2,81 7,14 1,57 I 24,00 10,17 27,63 5,45 II 12,80 4,63 14,26 3,06 III 8,13 3,22 13,25 1,68 2006 IV 7,06 2,89 8,46 0,99 I 34,55 8,26 31,86 5,15 II 15,51 4,47 16,81 2,63 III 7,77 2,65 14,87 1,68 2007 IV 7,97 2,72 8,67 1,54 I 39,67 7,11 29,52 4,59 II 17,46 3,70 17,61 2,21 III 15,50 4,05 12,63 1,63 2008 IV 10,30 2,07 6,21 0,34 Rata-rata 14,80 4,57 16,27 2,80 Sumber : data diolah Berdasarkan tabel 4.4 bisa diketahui bahwa periode penagihan rata-rata yang paling tinggi terjadi pada PT BAT Indonesia BATI yaitu sebesar 39,67 terjadi pada triwulan kesatu tahun 2008. Dan periode penagihan rata-rata yang paling rendah terjadi pada PT HM Sampoerna HMSP yaitu sebesar 0,34 terjadi pada triwulan keempat tahun 2008. Menurut perhitungan rata-rata dari Average Collection Period, PT Gudang Garam GGRM merupakan perusahaan dengan rata-rata Average Collection Period yang paling tinggi yaitu sebesar 16,27. Hal ini menunjukkan bahwa pada PT Gudang Garam GGRM telah terjadi periode penagihan rata-rata yang lebih tinggi daripada perusahaan rokok lainnya. Sedangkan rata-rata Average Collection Period yang paling rendah terjadi pada PT HM Sampoerna HMSP yaitu sebesar 2,80. Hal ini menunjukkan bahwa pada PT HM Sampoerna HMSP telah terjadi periode penagihan rata-rata yang lebih rendah daripada perusahaan rokok lainnya.

4.1.2.4 Variabel

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 38 86

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 25 130

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN TRADE RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 16 98

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 3

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

0 0 21