PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDOESIA (BEI).

(1)

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

 

Oleh :

GALIH AJI PANUTO NPM. 0642010071

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS


(2)

 

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

Disusun Oleh : GALIH AJI PANUTO

NPM. 0642010071

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, PEMBIMBING

Drs. Nurhadi, MSi NIP. 030 227 930

Mengetahui, D E K A N

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. NIP. 030 175 349 


(3)

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) Oleh :

GALIH AJI PANUTO NPM. 0642010071

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 20 Mei 2010

Pembimbing Tim Penguji :

1.

Drs. Nurhadi, M.Si. Dr. JOJOK D. S.Sos, M.Si. NIP. 030 227 930 NIP. 957 000 042

2.

Drs. Nurhadi, M.Si. NIP. 030 227 930

3.

Dra. Ety Dwi Susanti, M.Si. NIP. 030 227 786

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si. NIP. 030 175 349 


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah anugerah dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap

Pertumbuhan Laba Pada Tobacco Manufacture yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI )”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis.

Hasil skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata, namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Bapak Drs. Nurhadi, MSi selaku sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur sekaligus dosen pembimbing skripsi. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Sadjudi, MSi selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

3. Bapak dan ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang telah


(5)

4. Kedua orang tua serta kakak saya yang senantiasa memberikan doa dan motivasi agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Teman – teman Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan

Nasional ”Veteran” Jawa Timur angkatan 2006 yang sudah memberikan semangat dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Oleh karena itu segala ide, kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga dengan terselesainya skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, April 2010

Penulis

               


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

ABSTRAKSI ...xiii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

1.1..Latar Belakang ... 1

1.2..Rumusan Masalah ... 6

1.3..Tujuan Penelitian ... 7

1.4..Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori... 11

2.2.1 Manajemen Keuangan... 11


(7)

2.2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan... 12

2.2.2.2 Macam-macam Laporan Keuangan... 13

2.2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan ... 14

2.2.2.4 Keterbatasan Laporan Keuangan... 15

2.2.3 Analisis Laporan Keuangan ... 16

2.2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 16

2.2.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis... 17

2.2.3.3 Bentuk-bentuk dan Teknik Analisis ... 18

2.2.4 Analisis Rasio Keuangan ... 20

2.2.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan... 20

2.2.4.2 Macam-macam Rasio Keuangan ... 21

2.2.5 Rasio Aktivitas ... 31

2.2.5.1 Pengertian Rasio Aktivitas ... 31

2.2.5.2 Macam-macam Rasio Aktivitas... 32

2.2.6 Laba... 35

2.2.6.1 Pengertian Laba ... 35

2.2.6.2 Pengertian Pertumbuhan Laba... 37

2.2.6.3 Analisis Pertumbuhan Laba... 38

2.2.7 Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba .... 39

2.3 Kerangka Berpikir... 40

2.4 Hipotesis... 41

BAB III : METODE PENELITIAN ... 43


(8)

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 45

3.2.1 Populasi dan Sampel ... 45

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel ... 46

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 47

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 47

3.4.1 Teknik Analisis ... 47

3.4.2 Uji Hipotesis ... 51

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 53

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 53

4.1.1.1 Sejarah Perkembangan PT Bursa Efek Indonesia .. 53

4.1.1.2 Visi dan Misi PT Bursa Efek Indonesia ... 56

4.1.1.3 Gambaran Umum Perusahaan Rokok ... 57

4.1.2 Penyajian Data ... 64

4.1.2.1 Variabel Pertumbuhan Laba ... 64

4.1.2.2 Variabel Inventory Turn Over... 67

4.1.2.3 Variabel Average Collection Period... 69

4.1.2.4 Variabel Working Capital Turn Over... 70

4.1.2.5 Variabel Fixed Assets Turn Over... 72

4.1.2.6 Variabel Total Assets Turn Over... 73

4.2 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 75

4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 75


(9)

4.2.3 Pengujian Hipotesis... 82

4.2.3.1 Uji F... 82

4.2.3.2 Koefisien Determinasi ... 83

4.2.3.3 Uji t... 84

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 85

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Laporan Laba Rugi Perusahaan Rokok... 65

4.2 Hasil Perhitungan Pertumbuhan Laba... 67

4.3 Hasil Perhitungan Inventory Turn Over... 68

4.4 Hasil Perhitungan Average Collection Period... 69

4.5 Hasil Perhitungan Working Capital Turn Over... 71

4.6 Hasil Perhitungan Fixed Assets Turn Over... 73

4.7 Hasil Perhitungan Total Assets Turn Over... 74

4.8 Uji Multikolinieritas... 77

4.9 Nilai Durbin Watson Statistik ... 79

4.10 Tabel Durbin Watson ... 79

4.11 Regresi Linier Berganda Uji t ... 80

4.12 Hasil Perhitungan Uji F... 83


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir... 40

4.1 Grafik Laporan Laba Rugi Perusahaan Rokok ... 66

4.2 Grafik Normal P-Plot ... 76


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Laporan Laba Rugi Perusahaan Rokok Lampiran 2 : Data Penjualan Perusahaan Rokok Lampiran 3 : Data Aktiva Tetap Perusahaan Rokok Lampiran 4 : Data Total Aktiva Perusahaan Rokok Lampiran 5 : Data Persediaan Perusahaan Rokok Lampiran 6 : Data Piutang Usaha Perusahaan Rokok Lampiran 7 : Data Hutang Lancar Perusahaan Rokok Lampiran 8 : Data Aktiva Lancar Perusahaan Rokok Lampiran 9 : Input SPSS


(13)

ABSTRAKSI

GALIH AJI PANUTO, 2010, PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP

PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDOESIA (BEI)

Pertumbuhan laba merupakan salah satu informasi prediksi yang sangat penting bagi para pengguna laporan keuangan yang menggambarkan prospek hasil usaha dan keadaan keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Pertumbuhan laba dapat dianalisis dengan analisis fundamental, yaitu dengan melihat rasio keuangan perusahaan. Salah satu rasio keuangan yang digunakan yaitu rasio aktivitas. Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio aktivitas terhadap pertumbuhan laba.

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari perusahaan rokok yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai pada tahun 2008.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sehingga data

yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan rokok yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama empat tahun, yaitu tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi : Inventory Turn Over

(X1), Average Collection Period (X2), Working Capital Turn Over (X3), Fixed

Assets Turn Over (X4) dan Total Assets Turn Over (X5) sedangkan variabel terikatnya adalah pertumbuhan laba (Y). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda.

Melalui analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan

laba. Sedangkan secara parsialdiketahui bahwa Fixed Assets Turn Over dan Total

Assets Turn Over berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Sedangkan Inventory Turn Over, Average Collection Period, Working Capital

Turn Over tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia, di Indonesia juga terus mengalami peningkatan. Pada kondisi ini maka industrialisasi di Indonesia juga mengalami perkembangan. Dalam era pasar modal yang semakin besar, persaingan antara perusahaan-perusahaan akan semakin ketat pula sehingga perusahaan-perusahaan yang dihadapi bukan terbatas pada lingkup nasional saja tapi juga internasional. Disamping itu perkembangan pasar modal yang pesat menciptakan berbagai peluang atau alternatif investasi bagi para investor. Di sisi lain perusahaan pencari dana harus bersaing dalam mendapatkan laba dalam pasar modal. Oleh karena itu perusahaan semakin dituntut agar lebih tanggap dalam menghadapi segala permasalahan yang timbul baik pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.

Laba merupakan salah satu informasi keuangan yang menarik perhatian bagi para investor karena lebih berkepentingan untuk prospek perusahaan di masa yang akan datang. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba pada masa yang akan datang merupakan salah satu indikasi kinerja dan prospek perusahaan sehingga keandalan informasi laba suatu perusahaan di masa yang akan datang sangat menarik investor.

Kemampuan menghasilkan laba yang maksimal pada suatu perusahaan sangat penting karena pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan, seperti


(15)

investor dan kreditur mengukur keberhasilan perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan yang terlihat dari kinerja manajemen dalam menghasilkan laba di masa (Suprihatmi, 2005:02). Untuk dapat menilai kinerja perusahaan maka pihak-pihak yang berkepentingan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan.

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Dengan mengelolah lebih lanjut laporan keuangan akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang (Prastowo, 2005:56).

Pada perkembangannya perusahaan rokok di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup bagus. Produksi rokok pada lima tahun terakhir telah mengalami peningkatan produksi dari 223 miliar batang pada tahun 2004 menjadi 240 miliar batang pada tahun 2008. Peningkatan rata-rata 4,78 % per tahun. Penerimaan cukai untuk tahun yang sama meningkat dari Rp 29,1 triliun menjadi Rp 49 triliun, atau meningkat rata-rata 13,64 % per tahun. Pertumbuhan produksi

pada skala mikro menjadi pemicunya (www.tempo.com).

Ibarat dua sisi mata uang, industri rokok dibutuhkan tetapi di sisi lain ruang geraknya dibatasi. Bagaimana tidak, industri rokok selama ini memberikan pemasukan cukai yang sangat besar bagi pemerintah. Industri rokok, pada 2008, menyumbang cukai sebesar Rp 57 triliun. Jumlah produksi rokoknya pun mencapai 240 miliar batang per tahun.

Kendati demikian, Pemerintah Indonesia memperketat regulasi industri ini, di antaranya pita cukai rokok makin mahal, larangan iklan rokok di televisi,


(16)

dan yang terbaru adalah pengesahan Rancangan Undang-Undang Retribusi Daerah dan Pajak Daerah yang memberi hak kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak peredaran rokok 10% - 15%. Belum lagi pemerintah pun memasukkan sektor rokok dalam Daftar Negatif Investasi. Artinya, investor tak bisa lagi mendirikan pabrik rokok di republik ini. Tak hanya itu, sekarang terdapat suatu paradigma atau concern di masyarakat modern bahwa konsumsi rokok akan sangat merugikan kesehatan.

Dampak yang ditimbulkan dari kebijakan yang dilakukan pemerintah mengenai cukai dan pembelian pita rokok sangat berpengaruh terhadap industri rokok. Sebut saja PT Bentoel Internasional Investama yang harus melakukan akuisisi dengan PT British American Tobacco karena PT Bentoel Internasional Invesatama mengalami penurunan baik dalam penjualan maupun laba. Tidak saja PT Bentoel Internasional Investama yang mengalami penurunan, namun PT Gudang Garam juga mengalami penurunan laba bersih sebesar 46,69 % pada tahun 2006 (www.tempo.co.id).

Meskipun dampak dari aturan pembatasan merokok terus bermunculan dan cukai serta pita rokok terus dinaikkan, produsen rokok nasional terus berusaha untuk mencetak laba. Hal ini pun menjadi alasan investor asing masih terus me-ngincar pabrik-pabrik rokok di Indonesia. Tengok saja, pada semester I/2009, Gudang Garam dan HM Sampoerna sama-sama membukukan kenaikan laba bersih cukup tinggi. Laba Gudang Garam bahkan melonjak hingga 60%, dipicu turunnya beban pokok penjualan. Prestasi pabrik rokok kebanggaan warga Kediri, Jawa Timur, itu menyalip kenaikan laba pesaing terberatnya, HM Sampoerna,


(17)

yang meraih kanaikan laba bersih 28% yang didorong peningkatan penjualan (www.swa.co.id).

Saat ini terdapat empat perusahaan rokok yang listing di Bursa Efek

Indonesia (BEI), yakni Gudang Garam dengan kode saham GGRM, HM Sampoerna (HMSP), PT Bentoel International Investama (RMBA) dan British American Tobacco Indonesia (BATI).

Laba yang dicapai oleh PT Gudang Garam Tbk mengalami fluktuasi yaitu : pada tahun 2005 naik sebesar 5,55 %, pada tahun 2006 turun sebesar -46,67 %, pada tahun 2007 naik sebesar 43,24 %, dan pada tahun 2008 naik sebesar 30,27 %.

Laba yang dicapai PT HM Sampoerna Tbk secara berturut-turut yaitu : pada tahun 2005 naik sebesar 19,64 %, tahun 2006 naik sebesar 48,15 %, tahun 2007 naik sebesar 2,65 %, dan pada tahun 2008 naik sebesar 7,49 %.

Laba yang dicapai PT Bentoel International Investama (RMBA) Tbk juga mengalami fluktuasi yaitu : tahun 2005 naik sebesar 33,64 %, tahun 2006 naik sebesar 25,64 %, tahun 2007 naik sebesar 66,94 %, dan pada tahun 2008 turun sebesar -1,56 %.

Laba yang dicapai British American Tobacco Indonesia (BATI) juga mengalami fluktuasi yaitu : tahun 2005 turun sebesar – 193,53 %, tahun 2006 turun sebesar - 425,56 %, tahun 2007 turun sebesar – 44,92 %, dan pada tahun 2008 naik sebesar 153,14 %.

Gambaran laba perusahaan rokok menunjukkan bahwa perusahaan rokok mengalami peningkatan dan penurunan (fluktuasi) laba dari tahun ke tahun.


(18)

Dalam kondisi seperti ini informasi mengenai laba di masa yang akan datang akan sangat penting tidak hanya bagi para investor melainkan perusahaan untuk mengetahui kondisi perusahaan dimasa yang akan datang sehingga perusahaan dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil untuk meminimalisasi terjadinya penurunan laba.

Dalam kondisi seperti ini, Interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan sangat diperlukan. Ukuran yang sering digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah rasio. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang

dinyatakan dalam “arithmatical terms”, yang dapat digunkan untuk menjelaskan

hubungan antara dua macam data finansiil (Riyanto, 2001:329).

Salah satu rasio keungan yang digunakan adalah rasio aktivitas. Menurut Harahap (2002:308) Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Sedangkan Menurut Kasmir (2008:172) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

jika piutang dan perputaran persediaan cepat maka arus kas dari customer dapat diinvestasikan untuk pengembalian yang akan meningkatkan pendapatan bersih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas memiliki hubungan positif dengan perubahan laba (Shim dan Siegel 1987:27).

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Alasan dipilih perusahaan rokok adalah karena perusahaan ini telah menyumbangkan dana atau pemasukan bagi negara yang sangat besar yaitu


(19)

dari pajak cukai. Selain itu perusahaan rokok juga merupakan salah satu industri yang menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud mengadakan

penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan

Laba Pada Tobacco Manufacture Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apakah Inventory Turnover Ratio, Average Collection Period, Working

Capital Turnover,Fixed Asset Turnover dan Total Assets Turnover secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

2. Apakah Inventory Turnover Ratio secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

3. Apakah Average Collection Period secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

4. Apakah Working Capital Turnover secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?


(20)

5. Apakah Fixed Asset Turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

6. Apakah Total Assets Turnover secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Inventory Turnover Ratio,Average Collection

Period,Working Capital Turnover,Fixed Asset Turnover dan Total Assets Turnover secara simultan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

2. Untuk mengetahui pengaruh Inventory Turn Over Ratio secara parsial

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

3. Untuk mengetahui pengaruh Average Collection Period secara parsial

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

4. Untuk mengetahui pengaruh Working Capital Turn Over secara parsial

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?


(21)

5. Untuk mengetahui pengaruh Fixed Asset Turnover secara parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

6. Untuk mengetahui pengaruh Total Asset Turnover secara parsial terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat digunakan sebagai pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan

atau teori khususnya teori keuangan yang selama ini sudah didapatkan pada waktu kuliah.

2. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi manajer untuk

pengambilan keputusan atau membuat kebijakan perusahaan khususnya dalam bidang manajemen keuangan.

3. Dapat digunakan sebagai bahan atau informasi dalam pengambilan

keputusan investasi dan memberikan gambaran kepada investor dalam melihat kinerja perusahaan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Iwan Kristantyo (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini mengambil sampel yang digunakan sebanyak 8 perusahaan makanan dan minuman yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Penelitian dilakukan selama periode 2001 – 2004. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan analisis uji regresi linier berganda dengan uji F dan uji t.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dan rasio aktivitas yang terdiri dari rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total aktiva berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan makanan dan minuman yang go publik di Bursa Efek Jakarta teruji kebenarannya.

Yessieca Diamanta (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Aktivitas dan Rasio Profitabilitas Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Metal and Allied Products yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Sampel penelitian ini menggunakan 11 perusahaan mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.


(23)

Penelitian ini menyimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa rasio aktivitas dan rasio profitabilitas berpengaruh dalam memprediksi perubahan laba pada perusahaan metal and allied product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak teruji kebenarannya.

Anita Rahmawati (2002) mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Solvabilitas dan Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Surabaya”. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya selama periode 1999 sampai 2001. Alat uji statisitik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan rasio solvabilitas dan rasio aktivitas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya dengan nilai Fhit (4,762)

> Ftab (2,849). Secara parsial rasio solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya dengan nilai Fhit (3,696) > Ftab (2,179). Secara parsial rasio aktivitas berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya dengan nilai Fhit (2,904) > Ftab (2,179).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Manajemen Keuangan

Menurut Suad Husnan (2000 : 4) manajemen keuangan sering disebut sebagai pengaturan kegiatan keuangan. Manajemen keuangan menyangkut


(24)

kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut dengan manajer keuangan.

Keputusan-keputusan keuangan yang harus diambil oleh manajer keuangan yaitu :

1. Keputusan investasi yaitu keputusan dalam penggunaan dana 2. Keputusan pendanaan yaitu keputusan untuk memperoleh dana

3. Keputusan pembagian laba yang juga disebut sebagai kebijakan deviden Data keuangan yang diperlukan untuk analisis keuangan yaitu diambil dari laporan-laporan keuangan yang pokok seperti neraca dan laporan laba rugi. Neraca merupakan laporan keuangan yang melaporkan jumlah kekayaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Jumlah kekayaan disajikan pada sisi aktiva sedangkan jumlah kewajiban dan miodal sendiri disajikan pada sisi pasiva.

Sedangkan laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya dan laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.

2.2.2 Laporan Keuangan

2.2.2.1 Pengertian laporan Keuangan

Menurut Agnes Sawir (2005:2) Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisr laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat


(25)

diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhirpun disajikan dalam nilai uang.

Menurut Weston & Copeland (1995:24) laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan.

Menurut Kasmir (2008:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi).

Menurut Harahap (2002:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangandan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

2.2.2.2 Macam-macam Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008:28) laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam prakteknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti :

1. Neraca

2. Laporan laba rugi


(26)

4. Laporan catatan atas laporan keuangan 5. Laporan kas

Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada saat tertentu.

Laporan laba rugi merupakan laporan yang memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh perusahaan. Laporan laba rugi juga berisi jumlah pendapatan yang diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu.

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuanga yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapata atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang


(27)

telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.

2.2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan

Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan laporan keuangan, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan beberapa pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.

Menurut Kasmir (2008:10) beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu :

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan pada saat ini

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewjiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode


(28)

8. Informasi keuangan lainnya

Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang biasa dilakukan.

2.2.2.4 Keterbatasan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008:16) beberapa keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yaitu :

1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana data-data yang diambil dari data masa lalu

2. Laporan keuangan dibuat umum artinya untuk semua orang bukan hanya untuk pihak tertentu saja

3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu

4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.


(29)

5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan pada sifat formalnya.

2.2.3 Analisis Laporan Keuangan

2.2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu kata analisis dan laporan keuangan. Kata analisis berarti memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah neraca, laba/rugi, dan arus kas (dana).

Kalau dua pengertian ini digabungkan maka analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap 2002:189).

Menurut Kasmir (2008:66) agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, maka perlu dilakukan analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen, tujuan utama analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan


(30)

analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.

Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimilki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut.

2.2.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis

Menurut Kasmir (2008:68) tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :

1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini

5. Untuk melakukan penelitian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.


(31)

2.2.3.3 Bentuk-bentuk dan Teknik Analisis

Menurut Harahap (2002:216) terdapat beberapa jenis-jenis teknik dalam analisis laporan keuangan yaitu :

1. Metode komparatif

Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya yang relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun hubungannya

- Intra perusahaan - Inter perusahaan - Industrial norm - Budget

2. Trend analysis – horizontal

Analisa ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberapa tahun dan dari sini digambarkan trendnya. Trend analisis ini biasanya dibuat melalui grafik. Dan untuk itu perlu dibantu oleh pengetahuan statistik misalnya menggunakan linier programming, rumus chi square, rumus y = a + bx

a. Indeks b. Numbers

3. Common size financial statement (laporan bentuk awam), metode ini adalah merupakan metoda analisa yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk presentasi. Presentasi itu biasa dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilai penting misalnya aset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi


(32)

4. Metode index time series

Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkonversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100.

5. Analisa rasio a. Likuiditas

b. Profitabilitas/Rentabilitas c. Solvabilitas

d. Leverage e. Aktivitas

f. Market Based Ratio 6. Teknik Analisa lain

a. Analisa sumber dan penggunaan dana b. Analisa break event

c. Analisa gross profit d. Dupont analysis

Analisis du pont adalah analisis yang mempertajam analisis rasio dengan memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset.

7. Analitycal review/transactional analysis 8. Model analisa

a. Bond rating b. Bankruptcy model

c. Net cash flow prediction model d. Take over model


(33)

2.2.4 Analisis Rasio Keuangan

2.2.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Menurut Agnes Sawir (2005:6) analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh.

Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, analis dapat membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal). Kedua, perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang sama (perbandingan eksternal).

Menurut Harahap (2002:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.

Menurut Kasmir (2008:122) analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan.


(34)

2.2.4.2 Macam-macam Rasio Keuangan

Menurut Agnes Sawir (2005:7) rasio keuangan dikelompokkan ke dalam lima kelompok dasar, yaitu : likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian.

1. Rasio Likuiditas

Menurut Agnes Sawir (2005:8) Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo. Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah :

a. Current Ratio (rasio lancar)

Menurut Agnes Sawir (2005:10) current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.

Current Assets

Current Ratio =

Current Liabilities

Sumber : Sawir (2005) b. Quick Ratio (rasio cepat)

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik (Harahap 2002:302).

Current Assets -Inventory

Quick Ratio =


(35)

Sumber : Sawir (2005) c. Cash Ratio (rasio kas)

Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Cash + Marketable Securities

Cash Ratio =

Current Liabilities

Sumber : Sawir (2005) 2. Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (Harahap 2002:306). Rasio-rasio leverage yang umum digunakan adalah :

a. Debt to Total Asset Ratio (rasio utang atau debt ratio)

Menurut Agnes Sawir (2005:13) Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar resiko keuangannya bagi kreditor maupun pemegang saham.

Total Debt

Debt Ratio =

Total assets


(36)

b. Debt to Equity Ratio atau DER(Rasio utang terhadap ekuitas)

Menurut Agnes Sawir (2005:13) Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memnuhi seluruh kewajibannya.

Total Debt

DER =

Total Equity

Sumber : Sawir (2005)

c. Time Interest Earned TIE (rasio laba terhadap beban bunga)

Rasio ini disebut juga rasio penutupan (Coverage Ratio), mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT), sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman (Agnes Sawir 2005:14).

EBIT

TIE =

Interest Charge

Sumber : Sawir (2005)

d. Fixed Charge Coverage FCC (rasio penutupan beban tetap)

Menurut Agnes Sawir (2005:14) Rasio ini mirip denga rasio TIE, namun rasio ini lebih lengkap karena dalam rasio ini diperhitungkan kewajiban perusahaan seandainya perusahaan melakukan leasing (sewa beli) aktiva dan memperoleh utang jangka panjang berdasarkan kontrak sewa beli.

Earning Before Taxes + Interest Charge + Lease

Obligation

FCC =

Interset Charge + Lease Obligation


(37)

3. Rasio Aktivitas

Menurut Agnes Sawir (2005:14) Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain. Rasio aktivitas yang umum digunakan adalah :

a. Inventory Turn over (rasio perputaran persediaan)

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan (Agnes Sawir 2005:15).

Sales Inventory Turn over Ratio =

Inventory

Sumber : Sawir (2005)

b. Average Collection Period (periode penagihan rata-rata)

Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Receivables

Average Collection Period =


(38)

Sumber : Sawir (2005)

c. Working Capital Turnover (rasio perputaran modal kerja) Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Sales

Working Capital Turnover =

Net Working Capital

Sumber : Sawir (2005)

Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

d. Fixed Asset Turnover (rasio perputaran aktiva tetap)

Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap.

Sales

Fixed Assets Turnover =

Fixed Assets

Sumber : Sawir (2005)

e. Total Assets Turnover (rasio perputaran total aktiva)

Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya


(39)

lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.

Sales Total Assets Turn over =

Total Assets

Sumber : Sawir (2005)

4. Rasio profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan (Agnes Sawir 2005:17).

Menurut Kasmir (2008:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan prusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio profitabilitas yang umum digunakan adalah :

a. Gross Profit Margin (marjin laba kotor)

Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atas biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Dalam mengevaluasi dapat dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaingnya (Agnes Sawir 2005:18).

Sales – Cost of Good Sold Gross Profit Margin =

Sales


(40)

b. Net Profit Margin (marjin laba bersih)

Menurut Agnes Sawir (2005:18) Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.

Net Income

Net Profit Margin =

Sales

Sumber : Sawir (2005)

Menurut kasmir (2008:200) margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.

c. Basic Earning Power (daya laba dasar atau rentabilitas ekonomi)

Menurut Agnes Sawir (2005:19) Daya dasar laba mencoba mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, yang menunjukkan rentabilitas ekonomis perusahaan.

EBIT Basic Earning Power =

Total Assets

Sumber : Sawir (2005)

d. Return on Assets (hasil pengembalian atas investasi atau ROI)

Menurut Weston & Copeland (1995:240) rasio ini mencoba mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan.

Net Income

Return on Assets =

Total Assets


(41)

Menurut Kasmir (2008:202) rasio ini menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

e. Return on Equity (hasil pengembalian atas ekuitas atau ROE)

Menurut Agnes Sawir (2005:20) Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelolah modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha.

Net Income

Return on Equity =

Equity

Sumber : Sawir (2005)

Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir 2008:204).

5. Market Value Ratio ( Rasio Nilai Pasar )

Rasio nilai pasar memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang akan dipikirkan investor mengenai kinerja perusahaan pada suatu periode serta prospek perusahaan tersebut pada periode yang akan datang. Jika rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan rasio profitabilitas perusahaan baik, maka rasio nilai pasarnya pun akan menjadi tinggi. Lebih jauh, harga saham perusahaan pun akan


(42)

setinggi nilai yang diharapkan. Rasio penilaian yang umum digunakan antara lain, adalah :

a. Price to Earning Ratio ( Rasio Harga terhadap Laba )

Investor biasanya menghubungakn laba tahun berjalan terhadap current price dengan menggunakan hubungan rasio harga terhadap laba. PER adalah suatu rasio sederhana yang diperoleh dengan membagi harga pasar suatu saham dengan EPS. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Price Price to Earning Ratio =

Earning

Sumber : Sawir (2005)

b. Market to Book Ratio ( Rasio harga pasar terhadap nilai buku)

Rasio ini menggambarkan penilaian pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan. Nilai buku menggambarkan biaya pendirian historis dan aktiva fisik perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Market Value

Market to Book Ratio =

Book Value


(43)

2.2.5 Rasio Aktivitas

2.2.5.1 Pengertian Rasio Aktivitas

Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya (Harahap 2002:308).

Menurut Kasmir (2008:172) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

Menurut Agnes Sawir (2005:14) Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap dan aktiva lain.

2.2.5.2 Macam-macam Rasio Aktivitas

Menurut Agnes Sawir (2005) Rasio aktivitas yang umum digunakan adalah :

a. Inventory Turn over (rasio perputaran persediaan)

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk menilai


(44)

efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan (Agnes Sawir 2005:15).

Sales Inventory Turn over Ratio =

Inventory

Sumber : Sawir (2005)

Semakin kecil rasio ini, semakin jelek begitu juga sebaliknya. Cara menghitung rasio perputaran persediaan dilakukan denga dua cara yaitu : pertama membandingkan antara harga pokok barang yang dijual dengan nilai persediaan dan kedua membandingkan antara penjualan nilai persediaan.

Apabila rasio yang diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang menumpuk (Kasmir 2008:180).

b. Average Collection Period (periode penagihan rata-rata)

Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Receivables

Average Collection Period =

Sales per Day


(45)

Rasio ini dapat dibandingkan dengan persyaratan penjualan. Karena sering sulit mendapatkan data penjualan kredit maka digunakan total penjualan, tidak adanya persamaan persentase penjualan kredit pada perusahaan-perusahaan dapat menyebabkan rata-rata jangka waktu penagihan kurang tepat. Satu tahun dapat diasumsikan 360 hari atau 365 hari, kedua angka ini digunakan dalam lingkup keuangan dan perbedaannya tidak akan mempengaruhi keputusan yang dihasilkan.

c. Working Capital Turnover (rasio perputaran modal kerja) Rasio ini dapat dihitung dengan rumus, yaitu :

Sales

Working Capital Turnover =

Net Working Capital

Sumber : Sawir (2005)

Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

Dari hasil penelitian, apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.


(46)

d. Fixed Asset Turnover (rasio perputaran aktiva tetap)

Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan oleh hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh.

Sales

Fixed Assets Turnover =

Fixed Assets

Sumber : Sawir (2005)

e. Total Assets Turnover (rasio perputaran total aktiva)

Menurut Agnes Sawir (2005:17) Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.

Sales Total Assets Turn over =

Total Assets


(47)

2.2.6 Laba

2.2.6.1 Pengertian Laba

Menurut Baridwan (2000:31) pengertian laba adalah kenaikan modal aktiva bersih yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi dari suatu badan usaha, dan semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.

Sedangkan menurut harahap (2002:115) laba adalah naiknya nilai equity

dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entity dan dari transaksi atau kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi pemilik.

Sedangkan pengertian laba menurut IAI dalam Chariri dan Ghozali (2003:213) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi peranan modal.

Belkaoui dalam Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi

2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu


(48)

3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan

4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu

5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut

2.2.6.2 Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan (Simorangkir, 1993). Berkaitan dengan pertumbuhan laba ini Downes dalam Budhidarmo (1994) menjelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dalam jangka panjang cenderung mempunyai kinerja lebih baik dari pada perusahaan yang mempunyai pertumbuhan lambat.

Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

Untuk mengukur pertumbuhan laba, dapat dilakukan dengan menghitung persentase kenaikan atau penurunan laba tiap tahun selama periode penelitian yang diformulasikan oleh Siegel (1994) adalah sebagai berikut :


(49)

EAT (periode terakhir) - EAT (periode awal)

EAT (periode awal)

2.2.6.3 Analisis Pertumbuhan Laba

Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Angkoso (2006) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan resiko yang harus ditanggung. Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.


(50)

2. Analisis Teknikal

Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahawa untuk menentukan pertumbuhan laba dapat dilakukan dua analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui rasio keuangan.

2.2.7 Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Laba

Weston dan Brigham (1997:296) mengatakan jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, beban bunga akan terlalu tinggi dan karenanya laba akan sangat rendah. Semakin banyak jumlah aktiva akan memperbesar rasio perputaran aktiva suatau perusahaan. Shim dan Siegel (1987:27) mengatakan jika piutang dan perputaran persediaan cepat maka arus kas dari customer dapat diinvestasikan untuk pengembalian yang akan meningkatkan pendapatan bersih. Harahap (2002:308) Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.


(51)

Jika aktivitas dari perusahaan tinggi maka profitabilitas juga akan tinggi dan jika profitabilitas tinggi maka akan mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas memiliki hubungan positif dengan pertumbuhan laba.

2.3 Kerangka Berpikir

Laporan Keuangan

Neraca Laporan Laba Rugi

Rasio Aktivitas

ITO ACP WCTO FATO TATO

Analisis Regresi Linier Berganda

Pertumbuhan Laba

Ada Pengaruh Tidak Ada Pengaruh

Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir

Keterangan :

ITO : Inventory Turnover

ACP : Average Collection Period WCTO : Working Capital Turnover FATO : Fixed Assets Turnover


(52)

TATO : Total Assets Turnover Penjelasan :

Setiap perusahaan wajib menerbitkan laporan keuangan setiap tahunnya karena laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara rasio aktivitas terhadap pertumbuhan laba. Oleh karena itu dilakukan perhitungan terhadap laporan keuangan perusahaan yang berupa neraca dan laporan laba rugi dengan menggunakan rasio aktivitas.

Dari berbagai macam rasio aktivitas seperti Inventory Turn over Ratio, Average Collection Period, Working Capital Turn Over, Fixed Asset Turn over, Total Assets Turn over kemudian akan dilakukan analisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda untuk mengetahui apakah ada pengaruh atau tidak ada pengaruh terhadap pertumbuhan laba.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji (Nazir, 1999:182). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Secara simultan Inventory Turn Over Ratio, Average Collection Period,


(53)

Turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

- Secara parsial Inventory Turn Over Ratio berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

- Secara parsial Average Collection Period berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

- Secara parsial Working Capital Turn Over berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

- Secara parsial Fixed Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

- Secara parsial Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan. Dimana variabel-variabel tersebut adalah variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen), diantaranya yatiu :

a.Variabel Dependen ( Y )

Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Ukuran pertumbuhan laba menunjukkan berapa persen laba yang dapat dihasilkan perusahaan dalam bentuk laba bersih dalam triwulanan, yaitu dengan membandingkan laba bersih periode terakhir dengan periode awal. Variabel ini diukur dengan satuan persen (%) dan skala pengukuran variabel diukur dengan menggunakan skala rasio. Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan melihat rumus sebagai berikut :

EAT (periode terakhir) - EAT (periode awal)

EAT (periode awal)

b.Variabel Independen ( X )

Variabel bebas atau independen dalam penelitian ini adalah rasio keuangan perusahaan, yaitu : Inventory Turn over Ratio, Average Collection Period, Working Capital Turn Over, Fixed Asset Turn over, Total Assets Turn over.


(55)

1. Inventory Turn over Ratio (X1)

Sales Inventory Turn over Ratio =

Inventory

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang atau mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Skala pengukuran variabel diukur dengan menggunakan skala rasio.

2. Average Collection Period (X2)

Receivables

Average Collection Period =

Sales per Day

Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan. Skala pengukuran variabel diukur dengan menggunakan skala rasio.

3. Working Capital Turnover (X3)

Sales

Working Capital Turn over =

Net Working Capital

Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Skala pengukuran variabel diukur dengan menggunakan skala rasio.


(56)

4. Fixed Asset Turnover (X4)

Sales

Fixed Assets Turnover =

Fixed Assets

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan. Skala pengukuran variabel diukur dengan menggunakan skala rasio.

5. Total Assets Turnover (X5)

Sales

Total Assets Turn over =

Total Assets

Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan. Skala pengukuran variabel diukur dengan menggunakan skala rasio.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Dalam penelitian ini populasinya adalah laporan keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan rokok mulai tahun 2005 - 2008 yang terdaftar di Bursa Efek


(57)

Indonesia. Perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak empat perusahaan. Yaitu :

1. PT Gudang Garam Tbk 2. PT HM Sampoerna Tbk

3. PT Bentoel International Investama Tbk 4. British American Tobacco Indonesia Tbk

3.2.2 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 1999:77). Dalam penelitian ini teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling.

Di dalam purposive sampling populasi yang akan dijadikan sampel adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu yang dikehendaki oleh peneliti. Kriteria tersebut adalah laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan dari tahun 2005 - tahun 2008, yang dikeluarkan oleh perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu : PT Gudang Garam Tbk, PT HM Sampoerna Tbk, PT Bentoel International Investama Tbk, British American Tobacco Indonesia Tbk.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan dokumentasi perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia


(58)

berupa laporan keuangan perusahaan triwulanan, yaitu neraca dan laporan laba rugi dari tahun 2005 sampai 2008.

b. Sumber data

Sumber data yang diambil untuk penelitian ini berasal dari laporan keuangan triwulanan perusahaan yang ada di Indonesia Stock Exchange, (www.idx.co.id)

c. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dokumen atau laporan tertulis yang tersedia pada Bursa Efek Indonesia berupa neraca dan laporan laba rugi perusahaan rokok.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Teknik Analisis

Dalam penelitian ini, model analisis data menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Untuk analisis pengaruh dari variable independent

terhadap variable dependent. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variable independent yang mempunyai pengaruh terhadap

variable dependent.

Rumus regresi linier berganda adalah:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 . . . βp Xp + ei

Dimana :

Y = Pertumbuhan Laba X1 = Inventory turn over ratio


(59)

X2 = Average Collection Period

X3 = Working capital turn over

X4 = Fixed Assets Turn Over

X5 = Total Assets Turn Over

β0 = Intersep atau Konstanta

β1 β2 β3 β4 β5 = Koefisien regresi atau kecenderungan marginal antara variabel

bebas

ei = Variabel Pengganggu

merupakan wakil dari semua faktor lain yang dapat mempengaruhi namun tidak dapat dimasukkan dalam model.

Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat (Best Linear Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan t tidak boleh bias. Untuk menguji model tersebut telah termasuk (Best Linear Unbiased Estimator) atau tidak, maka dapat dilakukan beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi oleh regresi linier berganda, diantaranya adalah (Sudrajat, 1988:163) :

1. Melakukan uji multikolineritas

Persamaan regresi linier berganda diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh antar variabel bebas maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias). Jadi multikolinearitas berarti hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau sejumlah variabel yang menjelaskan dari model regresi.


(60)

Identifikasi secara statistik ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung VIF (variance inflation factor) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1

VIF =

1 – Ri2

VIF (variance inflation factor) menyatakan pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi tersebut.

2. Melakukan uji Heteroskedastisitas

Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas bahwa variabel bebas adalah tidak konstan (berbeda) untuk setiap nilai tertentu variabel bebas. Pada regresi linier berganda residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas.

Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut :

di

2

rs = 1 - 6

N (N2 - 1)

Sumber : Gujarati (1995:188) Keterangan :

di : perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-1 N : banyaknya data


(61)

3. Melakukan uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (time series) atau ruang (cross sectional). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke-t (et). Identifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson (d-tes) yaitu :

(et - et-i)2

D =

et2

Sumber : Gujarati (1995:215) Keterangan :

D : nilai Durbin Watson et : residual pada waktu ke – t

et – i : residual pada waktu ke – 1 (satu periode sebelumnya)

N : banyaknya data

3.4.2 Uji Hipotesis

a. Uji F digunakan untuk mengetahui hubungan secara simultan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Prosedur uji F dengan rumus sebagai berikut :

1. H0 : β1 ; β2 ; . . . ; βi = 0, tidak ada pengaruh variabel X1. . . X5

t = N

t = 2

t = N


(62)

Hi : β1, β2, β3, β4, β5≠ 0, ada pengaruh variabel X1. . .X5 terhadap Y

2. Level of signifikan = 0,05 dengan derajat bebas = n – k – 1 Dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel

3. Mencari F hitung dengan rumus : R2 (n – k – 1)

F hitung =

k (1 – R2) Dimana :

R2 : koefisien determinasi

k : jumlah variabel bebas

n : jumlah data

Kriteria pengujian :

1. Apabila Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima dan Hi ditolak,

berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat

2. Apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Hi diterima,

berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat

b. Uji t dipergunakan untuk menguji dan mengetahui hubungan regresi secara terpisah atau menguji hipotesis umum. Pengujian dilakukan untuk melihat arti masing-masing variabel bebas secara terpisah terhadap variabel terikat dengan persamaan sebagai berikut :

β 1

t hitung =


(63)

Dengan derajat kebebasan sebesar (n – k – 1) dimana : β1 : koefisien regresi

Se (β1) : standart error koefisien regresi

n : jumlah sampel

k : jumlah parameter regresi Sumber : Sumodiningrat (1996:178)

Dan formulasi hipotesis nol (H0) dan hipotesis altrernatif (Hi)

H0 : βi = 0, tidak ada pengaruh X1 . . . X5 terhadap Y

Hi : βi≠ 0, ada pengaruh X1 . . . X5 terhadap Y

Kaidah pengujian :

1. Apabila - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka H0 diterima dan Hi ditolak,

berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat

2. Apabila – thitung < ttabel > thitung maka H0 ditolak dan Hi diterima,


(64)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1.1 Sejarah Perkembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI)

Sejarah Bursa Efek Indonesia yang didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1912 namun kemudian ditutup karena perang dunia I. Pada tahun 1977 bursa dibuka kembali dan dikembangkan menjadi bursa modal yang modern dengan menerapkan Jakarta Automated Trading Systems (JATS) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penyelesaian, serta depositori saham yang dimiliki oleh PT Kustodian Depositori Efek Indonesia (KDEI).

Perdagangan surat berharga dimulai di pasar modal Indonesia sejak 3 Juni 1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang dikenal sebagai kebangkitan pasar modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh pesat periode 1992 – 1997. Krisis di Asia Tenggara tahun 1977 membuat pasar modal jatuh. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun ke posisi paling rendah. Bagaimanapun masalah pasar modal tidak lepas dari arus investasi yang aka menentukan pertumbuhan ekonomi sebuah kawasan, tidak terkecuali Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.


(65)

1. Era sebelum tahun 1976

Kegiatan jual beli saham dan obligasi di Indonesia sebenarnya telah dimulai pada abad ke - 19, yaitu dengan berdirinya cabang Bursa Efek

Vereniging Voor de Effectenhandel di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912. Kegiatan usaha bursa pada saat itu adalah memperdagangkan saham dan obligasi perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Obligasi pemerintah Kotapraja dan sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di Belanda. Selain cabang di Batavia, selanjutnya diikuti dengan pembukaan cabang Semarang dan Surabaya. Sejak terjadi Perang Dunia II, pemerintah Belanda menutup ketiga Bursa tersebut pada tanggal 17 Mei 1940 dan mengharuskan semua efek disimpan pada Bank yang telah ditunjuk.

Pasar modal Indonesia mulai aktif kembali pada saat pemerintah RI mengeluarkan obligasi pemerintah dan mendirikan Bursa Efek di Jakarta, yaitu pada tanggal 31 Juni 1952. Keadaan ekonomi dan politik yang sedang bergejolak pada saat itu telah menyebabkan perkembangan bursa berjalan sangat lambat yang diindikasikan oleh rendahnya nilai nominal saham dan obligasi, sehingga tidak menarik bagi investor.

2. Era Orde Baru

Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 pada masa Orde Baru sebagai hasil dari Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian Badan Pembina Pasar Modal,


(66)

pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) dan PT Danareksa. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta. Periode ini juga disebut periode tidur panjang, karena sampai dengan tahun 1988 hanya 24 Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Selama tahun 1988 sampai dengan tahun 1990 jumlah perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Jakarta meningkat menjadi 127 perusahaan. Kemudian pada tahun 1996 jumlah perusahaan meningkat menjadi 238. Periode ini juga dicatat sebagai periode kebangkitan Bursa Efek Surabaya (BES) yang diaktifkan kembali pada tanggal 16 Juni 1989. Semua sekuritas yang tercatat di Bursa Efek Jakarta secara otomatis juga diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya.

Karena peningkatan kegiatan transaksi dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk mengotomatisasi kegiatan transaksi di Bursa. Sistem otomatis yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta diberi nama Jakarta Automated Trade System (JATS) dan mulai beroperasi pada tanggal 22 mei 1995. Dan pada tanggal 19 September 1996 di Bursa Efek Surabaya juga diterapkan sistem otomatis, yang disebut Surabaya

Market Information and Automated Remote Trading (MART). Sistem

S-MART ini diintegrasikan dengan sistem JATS dan sistem KDEI (Kliring Deposit Efek Indonesia) untuk penyelesaian transaksi.


(67)

3. Era Krisis Moneter Sampai Dengan Sekarang

Periode ini adalah ketika Indonesia dilanda krisis moneter. Krisis yang terjadi dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia, termasuk Indonesia, terhadap Dolar Amerika Serikat. Tahun 2000 sistem perdagangan tanpa Warkat (Scripless Trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Sedangkan tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Kemudian pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.1.1.2 Visi dan Misi PT Bursa Efek Indonesia 1. Visi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia suatu tempat yang efisien untuk menghimpun dana bagi investasi dan sebagai tempat yang efisien untuk perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional. Selain itu Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.

2. Misi

Bursa Efek Indonesia bertekad mewujudkan bursa efek berskala internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan


(1)

Lampiran 8

Data Aktiva Lancar Perusahaan Rokok yang Terdaftar di BEI

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Triwulan BATI

BINI

GGRM HMSP

I 505.553

1.192.013

12.850.798

8.512.186

II 585.156

1.288.641

13.379.162

9.754.065

III 526.726

1.360.626

15.226.995

9.656.700

2005

IV 514.365

1.367.677

14.709.465

8.729.173

I 523.098

1.284.916

14.344.898

9.111.708

II 480.753

1.288.820

13.637.800

8.910.506

III 451.654

1.463.673

15.577.925

10.142.743

2006

IV 424.917

1.693.183

14.815.847

9.432.332

I 469.023

1.816.751

14.065.135

9.204.836

II 490.017

2.016.007

15.027.032

11.102.185

III 497.695

2.416.955

16.035.348

11.031.618

2007

IV 500.956

2.976.924

17.124.562

11.056.457

I 435.041

2.986.895

16.869.079

10.581.903

II 439.710

3.107.552

17.955.845

9.644.878

III 436.303

3.581.805

18.324.650

10.797.347

2008

IV 368.721

3.053.065

17.008.576

11.037.287


(2)

Lampiran 9

Input SPSS

ITO

 

ACP

 

WCTO

 

FATO

 

TATO

 

LABA

 

1.10

 

10.89

 

1.28

 

2.58

 

0.47

 

4.26

 

1.64

 

6.69

 

1.74

 

3.64

 

0.73

 

4.10

 

1.52

 

6.62

 

0.94

 

1.83

 

0.43

 

2.53

 

2.32

 

4.61

 

1.57

 

2.74

 

0.63

 

3.78

 

3.15

 

3.13

 

2.10

 

4.42

 

0.89

 

2.58

 

1.16

 

13.53

 

2.30

 

1.69

 

0.59

 

4.69

 

1.67

 

12.14

 

3.28

 

2.65

 

0.86

 

3.94

 

2.06

 

7.14

 

3.99

 

3.40

 

1.12

 

2.80

 

2.34

 

3.64

 

2.43

 

5.05

 

0.89

 

4.68

 

3.19

 

2.35

 

4.57

 

7.70

 

0.87

 

3.98

 

1.36

 

12.80

 

1.22

 

2.18

 

0.47

 

6.82

 

1.21

 

8.13

 

1.80

 

3.05

 

0.64

 

4.75

 

1.56

 

7.06

 

2.67

 

3.68

 

0.83

 

4.35

 

2.16

 

4.63

 

1.97

 

2.60

 

0.70

 

5.12

 

2.69

 

3.22

 

3.19

 

4.10

 

1.02

 

4.17

 

3.56

 

2.89

 

4.68

 

5.30

 

1.28

 

2.00

 

1.16

 

14.26

 

2.07

 

1.78

 

0.61

 

4.73

 

1.73

 

13.25

 

3.09

 

2.93

 

0.91

 

4.18

 

2.26

 

8.46

 

3.78

 

3.85

 

1.21

 

2.48

 

2.69

 

3.06

 

3.37

 

5.83

 

1.18

 

4.61

 

3.21

 

1.68

 

5.14

 

9.89

 

1.71

 

4.07

 

3.98

 

0.99

 

7.74

 

12.36

 

2.33

 

2.87

 

1.62

 

7.77

 

3.24

 

3.78

 

0.73

 

6.54

 

3.02

 

7.97

 

3.70

 

6.35

 

0.99

 

4.03

 

1.69

 

4.47

 

2.98

 

3.60

 

0.76

 

4.83

 

1.71

 

2.65

 

4.41

 

5.68

 

1.05

 

3.95

 

2.18

 

2.72

 

2.15

 

7.45

 

1.19

 

3.77

 

1.13

 

16.81

 

1.83

 

2.06

 

0.61

 

4.33

 

1.93

 

14.87

 

2.76

 

3.38

 

0.95

 

4.27

 

2.03

 

8.67

 

3.28

 

4.27

 

1.15

 

2.92

 

1.94

 

2.63

 

2.97

 

5.49

 

0.98

 

4.49

 

2.53

 

1.68

 

4.77

 

8.02

 

1.45

 

3.80

 

3.34

 

1.54

 

6.15

 

8.46

 

1.90

 

3.03

 

2.21

 

15.50

 

2.56

 

3.57

 

0.61

 

4.88

 

4.32

 

10.30

 

4.39

 

4.77

 

0.96

 

5.15

 

1.28

 

3.70

 

1.32

 

3.76

 

0.70

 

4.76

 

1.59

 

4.05

 

2.15

 

5.09

 

0.96

 

3.85

 

2.25

 

2.07

 

3.26

 

5.75

 

1.33

 

4.48

 

1.07

 

17.61

 

1.77

 

2.32

 

0.60

 

5.11

 

1.68

 

12.63

 

2.60

 

3.64

 

0.93

 

4.23

 


(3)

2.95

 

1.63

 

7.03

 

5.93

 

1.63

 

4.13

 

4.53

 

0.34

 

10.21

 

8.01

 

2.15

 

3.10

 

Lampiran 10

Output SPSS (Regression)

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TATO, ACP,

ITO, WCTO, FATOa

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .595a .353 .268 .82769 2.288

a. Predictors: (Constant), TATO, ACP, ITO, WCTO, FATO b. Dependent Variable: LABA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 14.233 5 2.847 4.155 .004a

Residual 26.033 38 .685

1

Total 40.266 43

a. Predictors: (Constant), TATO, ACP, ITO, WCTO, FATO b. Dependent Variable: LABA


(4)

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 5.101 .637 8.006 .000

ITO -.361 .245 -.325 -1.474 .149 .350 2.859

ACP .037 .035 .190 1.056 .298 .527 1.896

WCTO .302 .151 .590 2.003 .052 .196 5.101

FATO .260 .124 .618 2.099 .043 .196 5.102

1

TATO -2.645 .858 -1.169 -3.084 .004 .118 8.440


(5)

 

 

 


(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation .77808294

Absolute .112

Positive .112

Most Extreme Differences

Negative -.094

Kolmogorov-Smirnov Z .745

Asymp. Sig. (2-tailed) .636

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 38 86

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 25 130

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN TRADE RETAIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 16 98

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 3

Pengaruh Rasio Likuditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

0 0 21