3. Melakukan uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu time series atau ruang cross sectional. Jadi
dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual Y observasi – Y prediksi pada waktu ke-t et. Identifikasi ada
tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson d-tes yaitu :
∑
e
t
- e
t-i 2
D =
∑
et
2
Sumber : Gujarati 1995:215 Keterangan :
D : nilai Durbin Watson
e
t
: residual pada waktu ke – t e
t – i :
residual pada waktu ke – 1 satu periode sebelumnya N :
banyaknya data
3.4.2 Uji Hipotesis
a. Uji F digunakan untuk mengetahui hubungan secara simultan antara
variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Prosedur uji F dengan rumus sebagai berikut :
1. H
: β
1
; β
2
; . . . ; β
i
= 0, tidak ada pengaruh variabel X
1
. . . X
5
terhadap Y
t = N
t = 2
t = N
t = 2
H
i
: β
1
, β
2
, β
3
, β
4
, β
5
≠ 0, ada pengaruh variabel X
1
. . .X
5
terhadap Y 2.
Level of signifikan = 0,05 dengan derajat bebas = n – k – 1 Dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel
3. Mencari F hitung dengan rumus :
R
2
n – k – 1 F hitung =
k 1 – R
2
Dimana : R
2
: koefisien
determinasi k
: jumlah variabel bebas
n : jumlah
data Kriteria pengujian :
1. Apabila F
hitung
≤ F
tabel
maka H diterima dan H
i
ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat 2.
Apabila F
hitung
F
tabel
maka H ditolak dan H
i
diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat b.
Uji t dipergunakan untuk menguji dan mengetahui hubungan regresi secara terpisah atau menguji hipotesis umum. Pengujian dilakukan
untuk melihat arti masing-masing variabel bebas secara terpisah terhadap variabel terikat dengan persamaan sebagai berikut :
β
1
t hitung = Se
β
1
Dengan derajat kebebasan sebesar n – k – 1 dimana : β
1
: koefisien regresi
Se β
1
: standart error
koefisien regresi n : jumlah
sampel k
: jumlah parameter regresi
Sumber : Sumodiningrat 1996:178 Dan formulasi hipotesis nol H
dan hipotesis altrernatif H
i
H :
β
i
= 0, tidak ada pengaruh X
1
. . . X
5
terhadap Y H
i
: β
i
≠ 0, ada pengaruh X
1
. . . X
5
terhadap Y Kaidah pengujian :
1. Apabila - t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
maka H diterima dan H
i
ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat 2.
Apabila – t
hitung
t
tabel
t
hitung
maka H ditolak dan H
i
diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1.1 Sejarah Perkembangan PT Bursa Efek Indonesia BEI
Sejarah Bursa Efek Indonesia yang didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1912 namun kemudian ditutup karena
perang dunia I. Pada tahun 1977 bursa dibuka kembali dan dikembangkan menjadi bursa modal yang modern dengan menerapkan Jakarta Automated
Trading Systems JATS yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penyelesaian,
serta depositori saham yang dimiliki oleh PT Kustodian Depositori Efek Indonesia KDEI.
Perdagangan surat berharga dimulai di pasar modal Indonesia sejak 3 Juni 1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang
dikenal sebagai kebangkitan pasar modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah pasar
modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh pesat periode 1992 – 1997. Krisis di Asia Tenggara tahun 1977 membuat pasar modal
jatuh. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG turun ke posisi paling rendah. Bagaimanapun masalah pasar modal tidak lepas dari arus investasi yang aka
menentukan pertumbuhan ekonomi sebuah kawasan, tidak terkecuali Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.