Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Usaha perusahaan atau yang menjalankan perusahaan, sesungguhnya merupakan padanan kata dari pedagang atau kegiatan perdagangan, yang mengandung makna melakukan kegiatan terus menerus, terang-terangan dalam rangka mencari keuntungan. 1 Bentuk perusahaan di Indonesia ada yang berbentuk badan hukum dan ada yang tidak berbentuk badan hukum. Sebagai salah satunya bentuk perusahaan yang tidak berbentuk badan hukum adalah Usaha Dagang UD. Perusahaan Dagang PD atau Usaha Dagang UD merupakan perusahaan perseorangan yang biasanya dilakukan atau di jalankan oleh satu orang pengusaha. 2 Bentuk perusahaan UD, perusahaan perseorangan yang pengusahanya langsung bertindak sebagai pengelola yang juga di bantu oleh beberapa orang pekerja. Salah satu contohnya adalah perusahaan konveksi. Perusahaan konveksi bergerak di bidang pembuatan pakaian baik baju, kemeja, jaket, celana dan lain sebagainya. Perusahaan konveksi yang dikelola oleh satu orang, baik dari segi keuntungan, segi kerugian, segi tanggung jawab, itu semua diterima dan ditanggung oleh satu orang. Dalam era modern ini suatu perusahaan bukannya tanpa adanya masalah, namun muncul beberapa masalah dalam pelaksanaannya. Masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan perusahaan ini antara lain, seperti menyangkut ketetapan harga, ingkar janji antara pelaku usaha dan konsumen, perikatan antara pelaku 1 Sri Redjeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, CV. Mandar Maju, Bandung, hal V. 2 Sentosa Sembiring, 2001, Hukum Dagang, PT. Citra Aditya Bakti, hal 18 . usaha dengan konsumen dan perlindungan konsumen. Masalah-masalah yang timbul merupakan dari kurang telitinya suatu perusahaan perseorangan yang dikelola sendiri oleh pengusahanya. Masalah-masalah yang disebutkan di atas mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan antara pelaku usaha dengan konsumen, dimana konsumen berada di posisi yang lemah. Konsumen yang biasa dikatakan sebagai raja, namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Konsumen selalu dijadikan sebagai kerangka konsumtif, sehingga mengakibatkan konsumen menjadi korban dalam hubungan jual beli dengan pelaku usaha. Banyak contoh-contoh pengaduan konsumen terkait produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Dimana produk-produk tersebut tidak sesuai dengan apa yang sudah diperjanjikan dalam perjanjian jual beli antara pelaku usaha dengan konsumen. Rendahnya kesadaran konsumen akan hak-haknya disebabkan, antara lain, tingkat pengetahuan konsumen yang rendah, sumber-sumber informasi penyadaran yang masih jarang dan juga karena adanya suatu sistem perdagangan yang merugikan kepentingan konsumen. Konsumen seringkali dirugikan, dan atas kerugian itu tidak ada celah bagi konsumen untuk menggugat kepada produsen atau pelaku usaha. Perusahaan konveksi Indradila dalam bidang garmen pembuatan kebutuhan sekunder seperti baju, celana , kemeja dan lain sebagainya tidak memenuhi apa yang menjadi standar pesanan dalam pembuatan baju pelatihan mahasiswa di salah satu universitas, dimana konveksi Indradila teridentifikasi telah melakukan ingkar janji atau wanprestasi mengenai cacat produk yang tidak sesuai dengan perjanjian jual beli yang sudah disepakati. Dalam situasi ini konsumen dirugikan dalam hal materiil berupa barang fisik yang cacat produk, atau yang tidak memenuhi kualitas. Kondisi konsumen yang dirugikan tentu memerlukan peningkatan upaya untuk melindunginya, hal ini dimaksudkan agar tercipta keseimbangan posisi antara konsumen dan pelaku usaha. Dalam menyikapi kondisi diatas, ketika suatu produk diketahui cacat, maka konsumen tentu akan mengajukan keberatan atau meminta pertanggungjawaban terhadap pelaku usaha selaku produsen barang tersebut dengan diikuti dengan tuntutan ganti kerugian. Namun dalam kenyataannya terkadang tidak mudah bagi konsumen untuk mendapatkan pertanggungjawaban dari pelaku usaha. 3 Dalam hal ini yang kerap menjadi permasalahan dalam suatu perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak antara perusahaan konveksi Indradila dengan konsumen adalah apabila suatu produk barang sudah selesai dalam tahapan pembuatan baju kaos dan bahan pokok baju kaos tersebut tidak sesuai dengan contoh baju kaos yang sudah diberikan oleh konsumen. Karena jika didalami contoh baju kaos yang diberikan konsumen memiliki nilai yang tinggi, tetapi baju kaos yang diberikan oleh perusahaan konveksi Indradila justru memliki nilai yang rendah. Karena sudah disepakatinya harga maka pihak konsumen mengalami kerugian dari segi materiil berupa barang fisik yang cacat atau tidak 3 Sofian Parerungan, 2014, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Produk Cacat, http:pn-bangil.go.iddata?p=211 diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 sesuai dan sejumlah uang yang sudah diberikan kepada pihak perusahaan konveksi Indradila. Untuk mengatasi permasalahan yang ada pemerintah mengeluarkan suatu landasan hukum yang kuat yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disingkat UUPK, yang memberikan perlindungan kepada konsumen tidak hanya dibidang hukum materiil yang bermaksud mencegah timbulnya kerugian konsumen, tapi juga dibidang hukum acara yang dimaksudkan untuk memudahkan konsumen dalam menuntut pemulihan haknya kepada pelaku usaha. Baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan. Lahirnya UUPK tersebut diharapkan dapat mendidik masyarakat masyarakat Indonesia untuk lebih menyadari akan segala hak dan kewajiban yang dimiliki terhadap pelaku usaha. Dalam Pasal 16 huruf b UUPK ditentukan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa melalui pesanan dilarang untuk tidak menepati janji atas suatu pelayanan danatau prestasi. Dalam pasal 19 UUPK juga ditentukan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan gantirugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Sehubungan dengan Pasal tersebut di atas, kewajiban utama pelaku usaha adalah menjaga dan menjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan serta kegunaan produknya terhadap konsumen. Tanggung jawab sebuah perusahaan salah satunya meminimalkan dampak yang kurang baik kepada lingkungan terutama kepada konsumen dari produk yang dipasarkan. Dewasa ini banyak pelaku usaha dalam bidang konveksi yang kurang paham dengan adanya perjanjian terhadap konsumen mengenai perjanjian jula beli. Tidak hanya pelaku usaha yang mendapat perlindungan namun konsumen juga memiliki hak yang sama dalam mendapat perlindungan. Pemerintah berperan mengatur, mengawasi dan mengontrol sehingga tercipta sistem yang kondusif dalam perjanjian jual beli antara pelaku usaha dengan konsumen dibidang konveksi. Untuk itu jika terjadi permasalahan, konsumen dihadapkan pada bagaimana pertanggungjawaban perusahaan konveksi Indradila. Untuk menjawab permasalahan itu maka diadakan suatu penelitian yang mendalam tentang bagaimana pertanggungjawaban konveksi Indradila sebagai pelaku usaha. Dalam pelaksanaan tanggung jawabnya wajib diwaspadai dari kemungkinan timbul masalah, apalagi menyangkut pertanggungjawaban. Untuk mengantisipasinya lepas tangan dari pihak konveksi Indradila, maka perlu adanya kesadaran setiap hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Konveksi Indradila Terhadap Konsumen Yang Dirugikan Dalam Perjanjian Jual Beli Studi Kasus: Antara Pihak Badan Eksekutif Mahasiswa Dengan Pihak Perusahaan Konveksi Indradila”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah, yaitu : 1. Apa akibat hukum apabila perusahaan Indradila tidak melakukan prestasi dalam menyediakan barang yang berkualitas sebagaimana ditentukan dalam perjanjian ? 2. Bagaimana bentuk tanggung jawab perusahaan konveksi Indradila terhadap konsumen yang dirugikan terkait dengan kualitas produk barang yang tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menentukan batas-batas materi yang akan di bahas di dalam skripsi ini, sehingga pembahasan yang diuraikan nantinya akan terarah dan benar-benar tertuju pada pokok bahasan diinginkan. Permasalahan yang dibahas hanya menyangkut masalah tanggung jawab perusahaan konveksi dan akibat hukum dari tidak dilakukannya prestasi oleh perusahaan. Hal ini sangat diperlukan agar pembahasan selanjutnya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang diangkat. Pertama akan dibahas mengenai akibat hukum apabila perusahaan Inderadila tidak melakukan prestasi. Kedua, akan dibahas mengenai bagaimana pertanggungjawaban perusahaan konveksi Indradila terhadap konsumen yang dirugikan terhadap produk barang yang berkualitas atau bermutu rendah yang tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian. Dua masalah tersebut akan dibahas untuk menemukan jawaban, sehingga memperoleh kejelasan dan kepastian.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini meneliti suatu perusahaan yang berada di denpasar yang dimana sebagai suatu subjek hukum yang memiliki hak dan kewajibannya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab bilamana terjadinya suatu hasil produk barang danatau jasa adanya cacat produk danatau tidak sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati oleh para pihak. Adapun penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini adalah: No. Judul Penelitian Penulis Permasalahan 1. TANGGUNG JAWAB UD. BUMI MAS ELEKTRONIK SEBAGAI SUPPLIER TERKAIT DENGAN CACAT PRODUK BARANG YANG MENJADI OBJEK PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DI KOTA Shinta Vinayanti Bumi 1. Bagaimana tanggung jawab UD. Bumi Mas Elektronik sebagai Supllier terhadap kerugian konsumen berkaitan dengan cacat produk barang yang menjadi objek pada perusahaan pembiayaan konsumen?