Pengenalan dan Sosialisasi Budaya Integritas

57 Action Plan merupakan rencana langkah‐langkah spesiQik bagi setiap individu untuk membangun integritas dirinya sesuai dengan visi integritas organisasi. Tanpa rencana tahapan langkah yang benar akan terjadi kesalahan prioritas dan awalan tindakan yang konter‐produktif. Dan yang terkahir , dan yang banyak dilupakan, adalah resources yang berupa waktu, alat, dana untuk mendukung proses pengembangan integritas ini. Sumberdaya perlu dialokasikan secara tepat waktu dan tepat jumlah. Tanpa dukungan sumberdaya ini insan pekerja akan frustasi karena semua hal yang sudah jelas dan benar, ternyata tidak bisa dilaksanakan disebabkan oleh sumberdaya yang tidak memadai . VISAR VISION INSENTIVES SKILLS ACTION PLAN RESOURCES = CHANGE INSENTIVES SKILLS ACTION PLAN RESOURCES = CONFUSION VISION SKILLS ACTION PLAN RESOURCES = CHANGE TOO GRADUAL VISION INSENTIVES ACTION PLAN RESOURCES = ANXIETY VISION INSENTIVES SKILLS RESOURCES = FALSE START VISION INSENTIVES SKILLS ACTION PLAN = FRUSTATION Sumber: Topchick, 2001: 97‐100.

a. Pengenalan dan Sosialisasi Budaya Integritas

Langkah awal dari setiap rencana perubahan adalah pengenalan dan sosialisasi perubahan. Demikian pula dengan Budaya Integritas yang belum secara jelas dan pasti bagi masyarakat pegawai perlu kiranya dilakukan program pengenalan dan sosialisasi terlebih dahulu. Pencanangan budaya integritas sebagai budaya lembaga perlu memberikan ruang waktu dan ruang pikir yang cukup bagi seluruh pegawai yang nantinya menerima konsekuensi kerjanya. Buah konsekuensi‐konsekuensi positif yang biasanya masih akan diperoleh di kemudian hari mungkin belum cukup bisa diterima karena konsekuensi‐konsekuensi awal perubahan lebih sering dirasakan membebani. Oleh karena itu pengenalan perubahan yang baik harus selalu menyampaikan pesan manfaat dan beban secara sepadan. 58 Dikatakan suatu organisasi atau lembaga telah siap untuk berubah readiness to change, jika para individu dalam organisasi tersebut telah menerima secara sepadan arti dari manfaat perubahan tersebut untuk jangka panjang dan memahami konsekuensi beban jangka pendek perubahan Haid M., et al, 2009. Pengukuran kesiapan yang sering salah dilakukan adalah mengukur pemahaman manfaat perubahan untuk jangka panjang pemahaman visi saja, tetapi sering lupa mengenai pemahaman konsekuensi ‘beban’ jangka pendek. Penerimaan maksud dan manfaat jangka panjang tidak serta merta menjadi penerimaan konsekuensi beban perubahan jangka pendek para pegawai. Adalah sangat penting bagi para pegawai untuk menerima keadaan yang ‘bersakit‐sakit dahulu, bersenang‐senang kemudian’ dengan jangka waktu yang pasti. Terutama periode bersakit‐sakit harus dipastikan kapan berakhir, dan tidak seharusnya terlalu lama. Manfaat budaya integritas bagi organisasi sudah jelas seperti dijelaskan di atas, namun manfaat integritas bagi pegawai sering‐sering dilupakan. Dalam situasi lingkungan yang serba tidak jujur, sering menjadi hambatan bagi individu untuk berbuat jujur seorang diri. Ia akan dikucilkan; ia akan bekerja sendiri; ia akan dihambat dan dipersulit. Oleh karena itu lebih ringan bagi individu jujur untuk ikut bertindak tidak jujur, bahkan ada rasa nyaman dan aman jika bertindak tidak jujur secara bersama. Sehingga untuk membangun budaya integritas adalah sangat penting disadarkan manfaat budaya integritas bagi setiap pribadi atas perilaku integritas dan support‐support atasan dan lembaga untuk perilaku integritas tersebut. Manfaat untuk pribadi atas integritas akan kembali pada nilai‐nilai religius dan kedamaian hati. Integritas akan dekat dengan arti religius dan pahala akhirat. Namun arti dan manfaat integritas untuk kehidupan sosial‐psikologis yang: damai, tidak merasa dicurigai, tentram, bebas dari keberpihakkan, dan bisa bergaul kemana saja tanpa beban adalah manfaat yang pada hakikatnya merupakan kebahagiaan duniawi yang selalu dicari manusia. Untuk hal ini perlu terbangunnya kesadaran bathin seluruh pegawai pada tahap sosialisasi budaya integritas. Jika diperlukan untuk hal yang satu ini akan dibutuhkan dukungan dari para ulama dan pakar agama. Secara simultan dukungan kebijakan lembaga untuk perilaku integritas adalah penting diwujudkan dalam suatu ketetapan baku dan bukan dalam bentuk janji‐janji belaka. Dengan pendekatan sosialisasi seperti ini maka integrasi antara artefak integritas, perilaku integritas, dan nilai‐nilai integritas dapat secara konsisten telah diwujudkan dalam langkah pertama lembaga. Artefak integritas diwujudkan dalam program sosialisasi ini sendiri. Perilaku integritas dicontohkan dengan kebijakan lembaga yang baku dalam bentuk ketetapan untuk dukungan‐ dukungan perilaku pegawai. Sikap dan nilai‐nilai integritas dicontohkan dan dipercayakan oleh lembaga kepada para ulama dan para pakar agama yang lain. Sesuai dengan teori budaya organisasi dan konsistensi budaya Schein 1995 maka pendekatan sosialisasi ini sangat serupa. 59 Program Sosialisasi Integritas Kebijakan Baku Perilaku Integritas Kebijakan Baku Perilaku Integritas ARTEFAK PERILAKU NILAI PROGRAM SOSIALISASI YANG TERINTEGRASI SEBAGAI AWAL PEMBENTUKAN INTEGRITAS LEMBAGA 60

a. Keteladanan