Ibu Teresa Bunda Teresa Agnes Gonxha Bojaxhiu

43 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

3. YB. Mangunwijaya

Sebagai seorang tokoh agama yang peduli pada nasib rakyat kecil, ia tak lelah membela hak-hak kaum yang tertindas. Seperti saat masyarakat Kedungombo menggugat penggusuran tanah mereka tanpa ganti rugi yang berarti karena di tanah yang akan mereka tempati akan dibuat sebuah waduk. Pada 5 Juli 1994, MA akhirnya mengabulkan tuntutan kasasi 34 warga Kedungombo dengan ganti rugi yang cukup besar. Namun niat baik rupanya tidak selalu ditanggapi dengan baik. Romo Mangun yang setia melakukan pendampingan sejak tahun 1986 itu justru dituding berusaha melakukan Kristenisasi. Mendapat tudingan itu, pria yang pernah mengikuti kuliah singkat tentang kemanusiaan di Amerika Serikat itu hanya terdiam. Selain menaruh kepedulian yang tinggi pada nasib rakyat miskin, Romo Mangun juga dikenal sebagai sosok yang sangat peduli dengan dunia pendidikan. “Anak-anak miskin yang tanpa sepengetahuan mereka terlempar lahir di kalangan kumuh, itulah yang sebetulnya lebih memerlukan pertolongan. Dari pengalaman itu saya mengambil kesimpulan bahwa prioritas selanjutnya yang ingin saya kerjakan adalah mengabdi kepada pendidikan dasar anak-anak miskin.” aku Romo. Kekecewaan Romo Mangun terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Pada 19 Mei 1994, ia membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. Sebelumnya, Romo Mangun membangun gagasan SD yang eksploratif untuk penduduk korban proyek pembangunan waduk Kedungombo, Jawa Tengah, serta penduduk miskin di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Romo Mangun yakin bahwa interaksi saling ajar antar guru dan murid adalah hal yang paling menentukan keberhasilan pendidikan. Menurutnya, meski pendidikan tinggi di Indonesia tidak cukup baik, tapi lantas jangan meninggalkan pendidikan dasar. Perjuangannya dalam membela kaum miskin, tertindas dan terpinggirkan oleh politik dan kepentingan para pejabat menjadikan dirinya beroposisi selama masa pemerintahan Presiden Republik Indonesia Kedua 1966-1988 Orde Baru. Bahkan tak jarang ia bersuara lantang memprotes kesewenang-wenangan seperti pada 26 Mei 1998, Romo Mangun menjadi salah satu pembicara utama dalam aksi demonstrasi peringatan terbunuhnya Moses Gatutkaca di Yogyakarta. Namun sayang, semua kebaikannya harus terhenti karena kehendak Yang Maha Kuasa. Sosok pemuka agama yang santun dan bijak itu harus kembali ke haribaan-Nya ketika menghadiri sebuah acara. Kepergiannya terbilang tiba-tiba tetapi sangat tenang. Usai mengisi seminar ‘Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Sumber: ambardhie.blogspot.com Gambar 1.6 YB. Mangunwijaya 44 Buku Guru Kelas X SMASMK Masyarakat Indonesia Baru’ di Hotel Le Meridien, tubuhnya seketika limbung. Ia pun dilarikan ke Rumah Sakit Saint Carolus, Jakarta. Namun tak lama kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada Rabu, 10 Februari 1999 pukul 14:10 WIB akibat serangan jantung. Jenazahnya kemudian dimakamkan di makam biara komunitasnya di Kentungan, Yogyakarta. Kepergian Romo yang mendadak menyisakan rasa kehilangan yang teramat dalam bagi orang-orang yang pernah mengenal sosoknya. Berbagai komentar dari tokoh masyarakat waktu itu, termasuk Mantan Presiden Republik Indonesia Ketiga 1998-1999 BJ Habibie, menunjukkan bahwa bangsa ini telah kehilangan seorang tokoh yang menjadi suri tauladan. Kebaikan, keteladan, ketekunan, dan jalan kebenaran yang ia tempuh, membuatnya dijadikan contoh oleh banyak orang. Tidak hanya untuk orang yang seiman, mereka yang berbeda keyakinan pun juga mengamini pendapat itu. Di mata kawan-kawannya, ia dikenal sebagai pejuang yang cinta perdamaian, yang memberikan perhatian lebih pada mereka yang menderita dan butuh bantuan. http:id.wikipedia.orgwikiYB Mangunwijaya

4. Munir Munir Said halib

lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 – meninggal di Jakarta di dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38 tahun adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Saat menjabat Dewan Kontras namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang- orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar. Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kota Batu. Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar mengungkap kasus pembunuhan ini. Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda Institut Forensik Belanda menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya. http:id.wikipedia.orgwikiMunir_Said_halib Sumber: http:id.wikipedia.orgwiki Munir_Said_halib Gambar 1.7 Munir