Gereja menghormati Kitab-Kitab Suci
141
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
yang telah “diserahkan”, “diteruskan”, “diwariskan”. Gereja Katolik mewarisi kekayaan tradisi yang luar biasa, walaupun ada juga tradisi
yang berubah atau tidak lagi hidup di kalangan umat. • Di masa lalu Gereja Katolik pernah mempunyai tradisi-tradisi seperti
puasa selama masa puasa, puasa sebelum menerima Komuni, pantang daging pada hari Jumat, mengangkat topi pada waktu melewati depan
gedung gereja karena Sakramen Mahakudus ada di dalamnya, wanita menutup kepala di gereja, dan lain-lain. Tradisi-tradisi itu pernah
menjadi bagian budaya Katolik yang cukup populer dan tradisi semacam itu ternyata cukup membantu memperkuat identitas Katolik. Akan tetapi,
beberapa diantaranya sudah tidak dipraktikkan oleh Umat.
• Dalam arti yang paling dasar, ”tradisi” merupakan pengalaman iman bersama jemaat Kristiani, dalam menghayati hidup dan imannya dalam
Kristus berkat persatuannya di dalam Roh Kudus. Pemeliharaan tradisi dalam Gereja bertujuan agar pewahyuan Allah dipertahankan dan
diungkapkan dalam hidup jemaat. Dan oleh karena Gereja tidak terikat dengan masyarakat, budaya atau bangsa tertentu, maka penetapan tradisi-
tradisi suci selalu menekankan prinsip universalitas berlaku untuk segenap Gereja berkesinambungan dari para saksimurid Kristus dan
para penggantinya, didasari konsesus dalam upaya menjaga kesatuan Tubuh Kristus.
• Tradisi jauh lebih banyak daripada hormat terhadap hal-hal yang kuno. Tradisi merupakan kenyataan yang hidup yang menyimpan pengalaman
iman jemaat yang diterima, diwartakan, dirayakan, dan diwariskan kepada angkatan-angkatan selanjutnya. Konsili Vatikan II memandang
penting peran tradisi ini dalam kehidupan iman Gereja, sebagaimana ditegaskan dalam Konstitusi tentang Wahyu Ilahi: ”Demikianlah Gereja
dalam ajaran, hidup serta ibadatnya melestarikan serta meneruskan kepada semua keturunan, dirinya seluruhnya, iman-nya seutuhnya”.
Tradisi ”berkat bantuan Roh Kudus” berkembang dalam Gereja, ”sebab berkembanglah pengertian tentang kenyataan-kenyataan maupun kata-
kata yang ditanamkan,” dan ”Gereja tiada hentinya berkembang menuju kepenuhan kebenaran Ilahi” Dei Verbum 8.
Macam-macam Tradisi dalam Gereja Katolik
• Sudah kita ketahui bersama, bahwa Tradisi Gereja merupakan pengalaman iman jemaat Kristiani, atas hidup Kristus, dan persatuannya
di dalam Roh Kudus yang telah diwariskan hingga kini. Pengalaman iman itu diungkapkan dalam tradisi yang resmi maupun tidak resmi.
Tradisi yang resmi adalah Tradisi Gereja diungkapkan dalam Kitab Suci, dalam syahadat, dalam liturgi, dan dalam sakramen-sakramen Gereja,
serta dalam rumusan doktrinal dari kuasa mengajar Gereja tertinggi.
142
Buku Guru Kelas X SMASMK
• Untuk menjaga Tradisi, Gereja perdana mengumpulkan dan menyusun tulisan-tulisan suci yang diakui sebagai iman para Rasul oleh semua
Gereja ke dalam kanon Kitab Suci. Kanonisasi Kitab Suci itu menjadi sangat penting terutama untuk membedakan ajaran-ajaran yang salah
dari ajaran-ajaran yang asli. Gereja perdana juga mengembangkan rumusan syahadat sebagai bentuk pengakuan iman yang normatif.
Dengan cara itu, pewahyuan Allah dipertahankan dan diungkapkan dalam hidup jemaat.
• Tradisi-tradisi Gereja yang dipertahankan oleh Gereja terutama tradisi yang tumbuh dan dilakukan dalam kurun waktu yang istimewa, yakni
zaman Yesus dan para rasul, yang disebut zaman Gereja Perdana. Tradisi itu dibangun di atas dasar para rasul dan nabi dengan Kristus Yesus
sebagai batu penjuru Ef 2:20. Maka perumusan pengalaman iman Gereja Perdana, yang disebut Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis
dengan ilham Roh Kudus merupakan pusat dan sumber seluruh Tradisi. Sebab Kitab Suci Perjanjian Baru mengajarkan dengan teguh dan setia
serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.
• Sesudah Gereja perdana, Tradisi mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab Suci: “sebab berkembanglah pengertian
tentang kenyataan-kenyataan serta kata-kata yang diturunkan, baik karena kaum beriman, yang menyimpannya dalam hati, merenungkan
serta mempelajarinya maupun karena mereka menyelami secara mendalami pengalaman-pengalaman rohani mereka” DV art. 8. Lebih
lanjut konsili menegaskan: jelaslah bahwa Tradisi Suci, Kitab Suci dan wewenang mengajar Gereja saling berhubungan dan berpadu DV 10.
• Tradisi Gereja mempunyai dasar dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, Tradisi Gereja berusaha terus menghayati
dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci. Kekayaan iman itu salah satunya yang kita sebut syahadat. Di dalam
Kitab Suci, kita tidak menemukan syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci. Selain dirumuskan
dalam syahadat, tradisi Gereja juga dipelihara dan diungkapkan melalui berbagai bentuk rumusan doktrinal, baik berupa ensiklik. Rumusan
doktrinal tersebut didasari oleh iman Gereja tentang kuasa mengajar magisterium, yang diakui tidak mengandung kesesatan apapun.
• Di dalam Gereja kita, juga dikenal Tradisi Gereja yang tidak resmi. Kita tahu, bahwa Tradisi Gereja itu merupakan pengalaman iman yang dinamis
dan terus berkembang. Pengalaman iman itu diungkapkan pula dalam berbagai bentuk seni, dari musik, tulisan-tulisan, sastra kekristenan,
baik secara populer dari ajaran para teolog, melalui spiritualitas dan
143
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
tradisi-tradisi doa, serta devosi. Tradisi Gereja diungkapkan juga melalui ceritera-ceritera para kudus, dan hidup orang Kristiani dari masa ke
masa. • Jadi sesungguhnya, kata “tidak resmi” dimaksudkan, bahwa kekayaan
Tradisi Gereja kita ini begitu beragam dan sangat banyak. Kadang ada hal-hal yang belum bisa tertampung. Tetapi kita tahu, bahwa itu semua
hidup dan berkembang. Tentu perkembangannya tidak jauh dari iman kepercayaan, dan apa yang telah dibangun Gereja dari masa ke masa.
Tradisi Gereja yang tidak resmi ini biasanya berkembang sesuai dengan budaya di mana jemaat atau umat itu tinggal. Maka, walaupun sudah
diteruskan, sering ada perkembangan yang disesuaikan dengan hidup dan konteks hidup jemaat. Kita saat ini bisa melihat ada berbagai macam
tradisi yang ada dalam Gereja Katolik. Misalnya saja, gua natal, ziarah dan devosi ke Gua Maria, dan lain sebagainya.
• Kitab Suci bersama Tradisi Gereja ini merupakan tolok ukur iman Gereja, sebagaimana dikatakan oleh Konsili Vatikan II: “Kitab-Kitab itu Kitab
Suci bersama dengan Tradisi suci selalu dipandang dan tetap dipandang sebagai norma imannya yang tertinggi” DV art. 21. Itu berarti iman
Gereja, baik iman Gereja secara keseluruhan iman objektif maupun iman dalam arti sikap masing-masing orang beriman iman subjektif
diukur kebenarannya berdasarkan Kitab Suci maupun Tradisi Gereja.
Langkah Ketiga: Menghayati Tradisi Gereja
a. Banyak orang setelah melihat pagelaran suatu tradisi tidak merasa mendapatkan apa-apa; bahkan sekalipun ia ikut terlibat di dalamnya, ia
seolah pulang dengan kosong, kecuali rasa lelah. Tradisi seolah-olah tidak bermakna bagi hidupnya. Tentu hal tersebut sangat disayangkan. Oleh karena
itu, supaya kalian tidak jatuh pada pengalaman yang sama, rumuskan bersama teman-temanmu: sikap dan tindakan apa yang perlu dikembangkan agar kita
semakin menghayati tradisi yang ada?
b. Salah satu bentuk tradisi adalah sakramen; yang salah satunya adalah Sakramen Ekaristi. Dalam suasana hening, coba releksikan kembali makna
sakramen Ekaristi bagi kehidupan imanmu, sejauhmana dirimu selama ini sungguh-sungguh merayakan sakramen tersebut? Apa yang perlu
ditingkatkan dalam dirimu agar Tradisi Suci tersebut makin bermanfaat dalam memperkembangkan imanmu
c. Setelah sharing, bila diperlukan, guru dapat menyampaikan kesimpulan, misalnya:
• Tradisi Gereja merupakan bentuk pengungkapan atas penghayatan iman Gereja, maka sesungguhya Tradisi merupakan sarana agar iman Gereja
makin berkembang. Tetapi itu semua dapat terjadi bilamana umat turut menghidupi Tradisi tersebut. Kata “menghidupi” dapat diartikan: turut
memahami maknanya, turut memelihara, dan menjalankannya.
144
Buku Guru Kelas X SMASMK
• Dalam menjalankan Tradisi umat perlu melaksanakannya dengan sungguh-sungguh dengan penuh penghayatan, bukan sekedar ikut-
ikutan, bukan pula sekedar kebiasaan. Bila tradisi dijalankan tanpa dipahami maknanya, maka tidak akan berdampak apa-apa pada sikap
iman dan tindakan hidup sehari-hari.
Doa Penutup
Guru mengajak para peserta didik untuk menutup pelajaran dengan doa yang sesuai, misalnya:
Mazmur 11: 1-7
1
Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: “Terbanglah ke gunung seperti
burung”
2
Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur,
untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap.
3
Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?
4
TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di Surga;
mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.
5
TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan.
6
Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka.
7
Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.
Penilaian Aspek Pengetahuan
1. Sebutkan garis besar kronologis tersusunnya Kitab Perjanjian Lama 2. Jelaskan isi pokok Kitab Perjanjian Lama
3. Jelaskan makna istilah “Perjanjian Lama” 4. Sebutkan bagian-bagian Kitab Perjanjian Lama
5. Jelaskan makna Kitab Suci sebagai Firman Allah dalam bahasa manusia 6. Jelaskan proses tersusunnya Kitab Suci Perjanjian Baru
7. Sebutkan bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Baru 8. Jelaskan alasan membaca Kitab Suci
9. Uraikan satu contoh tradisi di daerahmu, dan jelaskan nilai-nilai luhur apa
yang hendak diungkapkan dalam tradisi tersebut
145
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
10. Sebutkan dua tradisi yang ada dalam Gereja Katolik; dan jelaskan maknanya 11. Jelaskan arti tradisi dalam Gereja Katolik
12. Jelaskan arti Injil Yoh 21: 24-25 dalam kaitannya dengan tradisi dalam Gereja Katolik
Aspek Keterampilan:
1. Membuat pengelompokan Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru 2. Mencari pesan dari perikope Kitab Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru dan
relevansinya bagi kehidupan dirinya sehingga semakin menghayati Kitab Suci adalah Sabda Allah
3. Menyusun, doa, renungan, atau lainnya setelah membaca dan merenungkan perikope Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru
Aspek Sikap
1. Bersyukur atas para saksi iman yang mewariskan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan Tradisi
Gereja 2. Mendoakan para saksi iman
3. Terbiasa membaca Kitab Perjanjian Lama dan atau Perjanjian Baru 4. Melibatkan diri secara aktif dalam menghidupkan tradisi-tradisi dalam Gereja
5. Bersikap hormat saat membaca Kitab Suci dan mengikuti kegiatan Tradisi
Gereja
Pengayaan
Peserta didik mencari dari berbagai sumber mass media cetak maupun elektronik, tokoh agama, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua, dan
sebagainya untuk memperoleh informasi, atau pengalaman atau paham pandangan, yang berkaitan dengan tema: Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru serta tradisi. Hal itu dapat dilakukan dengan studi literatur, pengamatan, survei, wawancara dan teknik pengumpulan data yang dikuasai peserta didik.
Remedial
Remedial diarahkan pada penguasaan indikator-indikator kunci pada bab ini, antara lain:
1. Peserta didik menjelaskan, baik secara tertulis atau lisan, pentingnya membaca Kitab Suci Perjanjian Lama
2. Peserta didik menjelaskan, baik secara tertulis atau lisan isi pokok salah satu Kitab dalam Perjanjian Lama
3. Peserta didik menjelaskan, baik secara tertulis atau lisan makna Tradisi, hubungan Tradisi dengan Kitab Suci, alasan Tradisi dan Kitab Suci dipandang
sebagai sumber Iman Katolik 4. Peserta didik membuat renungan tertulis dari salah satu perikope Kitab Suci
Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru
146
Buku Guru Kelas X SMASMK
Bab IV
Yesus Mewartakan dan Memperjuangkan Kerajaan Allah
Kitab Suci dan Tradisi dapat dipahami sebagai pintu masuk untuk lebih mengenal dan memahami Yesus Kristus. Ia adalah sumber utama iman akan Yesus
Kristus. Pada bab ini kita akan lebih mendalami Yesus Kristus yang kita imani itu. Yesus yang kita imani ialah Yesus Kristus sebagai utusan Bapa untuk mewartakan
Kerajaan Allah dan mewujudkannya.
Misi Yesus mewartakan Kerajaan Allah rupanya bukan tugas yang mudah. Sebelum Yesus tampil di muka umum, sudah banyak paham Kerajaan Allah yang
hidup dan berkembang dalam masyarakatnya. Paham-paham Kerajaan Allah yang berkembang saat itu tidak bisa dilepaskan dari situasi dan kondisi yang dialami
bangsa Yahudi, yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh pula pada sikap dan perilaku masing-masing kelompok dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam relasi mereka dengan sesama, maupun dengan Tuhan.
Di tengah berbagai paham Kerajaan Allah itu, Yesus mewartakan Kerajaan Allah sesuai dengan yang dihayati-Nya sendiri. Dalam mewartakan Kerajaan Allah
tersebut, Yesus berusaha agar pewartaan-Nya dapat dipahami dengan mudah. Itulah sebabnya kerap kali Ia menggunakan perumpamaan. Tetapi Yesus tidak
hanya mengajarkan dan menjelaskan Kerajaan Allah, melainkan menunjukkan tanda-tanda kehadirannya melalui tindakan-Nya.
Untuk lebih memahami perjuangan Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah, dua pokok bahasan berikut akan digumuli bersama:
A. Gambaran tentang Kerajaan Allah pada zaman Yesus B. Yesus mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.
147
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti