19
xiii diperlukan untuk melakukannya, serta dorongan atau motivasi
untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya. b.
Unsur - unsur perilaku bagi individu sebagai anggota kelompok Meliputi pengertian atau pengetahuan tentang apa yang
akan dilakukannya, keyakinan atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya, sarana yang
diperlukan untuk melakukannya, dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya, serta
norma atau dukungan kelompok bahwa apa yang akan dilakukan itu benar atau bisa diterima oleh kelompoknya.
Melalui uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor
–faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS terdiri dari faktor keturunan dan faktor motif. Di sisi lain,
faktor eksternal yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS terdiri dari unsur perilaku bagi individu dan unsur
perilaku bagi individu sebagai anggota kelompok.
B. Kepuasan Pernikahan
1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
Gullota, Adams dan Alexander 1986; dalam Aqmalia Fakhrurrozi, 2007 mengatakan bahwa kepuasan pernikahan merupakan
20
xiii perasaan seseorang terhadap pasangannya mengenai hubungan
pernikahan. Hal ini berkaitan dengan perasaan bahagia yang pasangan rasakan dari hubungan yang dijalani.
Kepuasan pernikahan menurut Hawkins 1969; dalam Anniza, 2009 adalah perasaan subjektif yang dirasakan oleh suami maupun istri
yang berupa kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang didapat dalam segala aspek pernikahan. Kepuasan ini merupakan
bagian dari kepuasan hidup secara keseluruhan dan juga menentukan kualitas pernikahan setiap pasangan. Selain itu, Bradbury, Fincham dan
Beach 2000; dalam Anniza, 2009 mengemukakan bahwa kepuasan pernikahan merupakan refleksi dari perasaan positif yang dirasakan
pasangan lebih banyak daripada perasaan negatif terhadap hubungan mereka sehingga pernikahan dapat terus bertahan. Di sisi lain, Billideau
1997; dalam Anniza, 2009 menegaskan bahwa kepuasan pernikahan dapat tercapai dengan adanya kemampuan komunikasi yang kuat,
kepuasan yang besar dalam kasih sayang, seksualitas, waktu bersama, keuangan dan juga kepercayaan religius yang kuat. Hubungan yang
harmonis antar kedua belah pihak keluarga juga menentukan. Menurunnya kepuasan pernikahan dapat disebabkan oleh pandangan
yang tidak realistis mengenai pernikahan dan kepengurusan anak. Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepuasan pernikahan adalah evaluasi subjektif berupa perasaan bahagia
21
xiii yang dirasakan wanita yang didapat dalam segala aspek pernikahan
sehingga pernikahan dapat terus bertahan.
2. Aspek Kepuasan Pernikahan
Menurut Olson Fowers 1989,1993; dalam Saragih, 2003 ada beberapa aspek - aspek dalam pernikahan yang dapat digunakan untuk
mengukur kepuasan pernikahan. Aspek - aspek tersebut antara lain: 1
Komunikasi Aspek ini melihat bagaimana perasaan dan sikap individu
dalam berkomunikasi dengan pasangannya. Aspek ini berfokus pada rasa senang yang dialami pasangan suami istri dalam berkomunikasi,
dimana mereka saling berbagi dan menerima informasi tentang perasaan dan pikirannya. Laswell 1991; dalam Saragih, 2003
membagi komunikasi pernikahan menjadi lima elemen dasar, yaitu: keterbukaan diantara pasangan openness, kejujuran terhadap
pasangan honesty, kemampuan untuk mempercayai satu sama lain ability to trust, sikap empati terhadap pasangan empathy dan
kemampuan menjadi pendengar yang baik listening skill. 2
Kegiatan rekreasi Aspek ini menilai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu senggang yang merefleksikan aktivitas yang dilakukan secara personal atau bersama. Aspek ini juga melihat
apakah suatu kegiatan dilakukan sebagai pilihan individu atau pilihan
22
xiii bersama serta harapan - harapan dalam mengisi waktu luang bersama
pasangan. 3
Orientasi keagamaan Aspek ini menilai makna keyakinan beragama serta bagaimana
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari - hari. Jika seseorang memiliki keyakinan beragama, dapat dilihat dari sikapnya yang
peduli terhadap hal - hal keagamaan dan mau beribadah. Umumnya, setelah menikah individu akan lebih memperhatikan kehidupan
beragama. Orang tua akan mengajarkan dasar - dasar dan nilai - nilai agama yang dianut kepada anaknya. Mereka juga akan menjadi
teladan yang baik dengan membiasakan diri beribadah dan melaksanakan ajaran agama yang mereka anut.
4 Resolusi konflik
Aspek ini berfokus untuk menilai persepsi suami istri terhadap suatu masalah serta bagaimana pemecahannya. Diperlukan adanya
keterbukaan pasangan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang muncul serta strategi yang digunakan untuk mendapatkan solusi
terbaik. Aspek ini juga menilai bagaimana anggota keluarga saling mendukung dalam mengatasi masalah bersama - sama serta
membangun kepercayaan satu sama lain. 5
Manajemen keuangan Aspek ini menilai sikap dan cara pasangan mengatur keuangan,
bentuk - bentuk pengeluaran dan pembuatan keputusan tentang
23
xiii keuangan. Hurlock 1999; dalam Saragih 2003 menjelaskan bahwa
konsep yang tidak realistis, yaitu harapan - harapan yang melebihi kemampuan keuangan, harapan untuk memiliki barang yang
diinginkan, serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menjadi masalah dalam pernikahan. Konflik dapat muncul jika
salah satu pihak menunjukkan otoritas terhadap pasangannya juga tidak percaya terhadap kemampuan pasangan dalam mengelola
keuangan. 6
Orientasi seksual Aspek ini berfokus pada refleksi sikap yang berhubungan
dengan masalah seksual, tingkah laku seksual serta kesetiaan terhadap pasangan. Penyesuaian seksual dapat menjadi penyebab
pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak dicapai kesepakatan yang memuaskan. Kepuasan seksual dapat terus meningkat seiring
berjalannya waktu. Hal ini bisa terjadi karena kedua pasangan telah memahami dan mengetahui kebutuhan mereka satu sama lain,
mampu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, juga membaca tanda - tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat tercipta
kepuasan bagi pasangan suami istri. 7
Keluarga dan teman Aspek ini dapat melihat bagaimana perasaan dan perhatian
pasangan terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman - teman. Aspek ini merefleksikan harapan dan perasaan senang menghabiskan
24
xiii waktu bersama keluarga besar dan teman - teman. Hurlock 1999;
dalam Saragih, 2003 menjabarkan bahwa pernikahan akan cenderung lebih sulit jika salah satu pasangan menggunakan sebagian
waktunya bersama keluarganya sendiri, jika ia juga mudah dipengaruhi oleh keluarganya dan jika ada keluarga yang datang dan
tinggal dalam waktu lama. 8
Anak dan pengasuhan Aspek ini menilai sikap dan perasaan tentang memiliki dan
membesarkan anak. Fokusnya adalah bagaimana orang tua menerapkan keputusan mengenai disiplin anak, cita - cita terhadap
anak serta bagaimana pengaruh kehadiran anak terhadap hubungan dengan pasangan. Kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh
dan mendidik anak penting halnya dalam pernikahan. Orang tua biasanya memiliki cita-cita pribadi terhadap anaknya yang dapat
menimbulkan kepuasan bila itu dapat terwujud. 9
Masalah kepribadian Aspek ini melihat penyesuaian diri dengan tingkah laku,
kebiasaan - kebiasaan serta kepribadian pasangan. Biasanya sebelum menikah individu berusaha menjadi pribadi yang menarik untuk
mencari perhatian pasangannya bahkan dengan berpura - pura menjadi orang lain. Setelah menikah, kepribadian yang sebenarnya
akan muncul. Perbedaan ini dapat memunculkan masalah setelah menikah. Persoalan tingkah laku pasangan yang tidak sesuai harapan
25
xiii dapat menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku
pasangan sesuai yang diinginkan maka akan menimbulkan perasaan senang dan bahagia.
10 Kesetaraan peran
Aspek ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada
pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi.
Pria dapat bekerjasama dengan wanita sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Pria tidak merasa malu jika penghasilan
wanita lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan kepuasan pribadi.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek –
aspek kepuasan pernikahan terdiri dari komunikasi, kegiatan rekreasi, orientasi keagamaan, resolusi konflik, manajemen keuangan, orientasi
seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, masalah kepribadian dan kesetaraan peran.
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan