25
xiii dapat menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku
pasangan sesuai yang diinginkan maka akan menimbulkan perasaan senang dan bahagia.
10 Kesetaraan peran
Aspek ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada
pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi.
Pria dapat bekerjasama dengan wanita sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Pria tidak merasa malu jika penghasilan
wanita lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan kepuasan pribadi.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek –
aspek kepuasan pernikahan terdiri dari komunikasi, kegiatan rekreasi, orientasi keagamaan, resolusi konflik, manajemen keuangan, orientasi
seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, masalah kepribadian dan kesetaraan peran.
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan
Spanier dan Lewis 1979 1980; dalam Callan Noller, 1987 menyebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan
26
xiii pasangan menikah yaitu faktor pranikah, faktor sosial dan ekonomi
serta faktor hubungan interpersonal dengan penjelasan sebagai berikut: 1
Faktor pranikah Faktor pranikah terdiri dari kesamaan,sumber daya pribadi
setiap individu dan dukungan untuk menikah dari orang tua serta teman. Penelitian menunjukkan bahwa kesamaan latar belakang ras,
status sosial ekonomi, kepercayaan agama serta afiliasi, kecerdasan, usia dan status cenderung sebagai penentu penting dari stabilitas dan
kualitas pernikahan. Sumber daya pribadi seperti stabilitas emosi, pendidikan, kelas sosial, fungsi interpersonal, konsep diri yang
positif dan kesehatan fisik juga memiliki efek positif pada stabilitas dan kualitas pernikahan. Prediksi keberhasilan pernikahan
kebanyakan berasal dari hubungan baik dengan orang tua yang memberikan teladan baik dari sebuah pernikahan yang bahagia dan
yang menyetujui pilihan pasangan pernikahan Lewis, 1973; dalam Callan Noller, 1987. Persetujuan dari teman dan kerabat lainnya
membantu memberikan iklim di mana pernikahan dapat tumbuh dan berkembang.
2 Faktor sosial dan ekonomi
Faktor sosial dan ekonomi terdiri atas kesejahteraan ekonomi, istri, status pekerjaan, ukuran pekerjaan rumah tangga dan rasa
pasangan dari apa yang melekat di masyarakat. Sekali lagi, penelitian tampaknya mendukung peran variabel - variabel ini.
27
xiii Meskipun tidak menjamin kepuasan dan stabilitas pernikahan bagi
mereka yang cukup mampu secara finansial. Ada beberapa bukti bahwa persepsi seseorang terhadap situasi sosial dan ekonomi
daripada situasi aktual seseorang merupakan faktor yang lebih penting Goode 1956, Green 1960; dalam Callan Noller, 1987.
Sehubungan dengan istri yang bekerja, bagaimana perasaan pasangan tentang apa yang dilakukan istri adalah lebih penting
daripada apakah ia bekerja atau tidak. Secara umum, semakin sedikit jumlah orang dewasa di rumah, semakin tinggi kepuasan pernikahan.
Akhirnya, memiliki keluarga dan teman-teman yang senang dengan pernikahan, tanpa orang lain yang mengganggu dapat meningkatkan
kemungkinan pernikahan yang bahagia. 3
Faktor hubungan interpersonal Variabel-variabel karakteristik interpersonal berfokus pada
hubungan yang sebenarnya antar pasangan daripada lebih banyak faktor eksternal. Variabel karakteristik interpersonal terdiri dari rasa
penerimaan yang positif satu sama lain, manfaat emosional dari pernikahan, komunikasi, interaksi dan kecocokan peran. Hal positif
mengacu pada
sebagian besar
perasaan positif
terhadap pasangannya. Ini melibatkan persepsi terhadap kesamaan, daya tarik
fisik dan seksual, konsensus nilai dan validasi diri terhadap yang lain. Diantara manfaat emosional yang penting bahwa pernikahan
membantu untuk mengekspresikan kasih sayang dan diri, saling
28
xiii ketergantungan emosional, cinta, kepuasan seksual, dorongan
pertumbuhan pribadi dan rasa otonomi serta kesetaraan. Inti hubungan antara komunikasi dan kepuasan pernikahan adalah
tingkat keterbukaan diri, akurasi dalam pemahaman dan empati. Interaksi berupa menghabiskan waktu bersama, berbagi kegiatan dan
minat. Kecocokan peran melibatkan kesepakatan tentang apa yang diharapkan dari peran itu, berbagi dan bisa saling melengkapi peran
lainnya. Semakin besar manfaat yang diperoleh dari area - area interpersonal, maka semakin tinggi tingkat kepuasan pernikahan
pasangan. Jacob et al. 1978; dalam Callan Noller, 1987 misalnya, menemukan bahwa pasangan tidak tertekan saat
menghabiskan lebih banyak waktu dalam kegiatan bersama dan dilaporkan lebih sering memperlihatkan emosi kasih sayang yang
positif. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan pasangan
terdiri dari faktor pranikah, faktor sosial dan ekonomi serta faktor hubungan interpersonal.
C. Wanita Dewasa yang Menikah