Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA

WANITA MENIKAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Fitria Cahya Kusuma Wardani NIM : 069114049

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(2)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN

SEHAT (PHBS) DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA

WANITA MENIKAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Fitria Cahya Kusuma Wardani NIM : 069114049

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(3)

(4)

(5)

Hidup adalah Perjuangan

Sesungguhnya, engkau berbahagia bukan karena memiliki, tapi karena mensyukuri (Mario Teguh)

Jangan ukur berat beban pekerjaan dengan gaji yang kamu peroleh, tapi bekerjalah dengan niat menolong orang lain, maka semua akan

menjadi ringan (mama)

Perlakukan orang lain seperti kamu ingin diperlakukan (anonim)

PENELITIAN INI, AKU PERSEMBAHKAN UNTUK :

ALLAH SWT yang selalu memberikan kemudahan.... KELUARGAKU yang selalu mendukung dan menyemangatiku... TEMAN & SAHABAT yang memberi warna dalam hidupku...


(6)

(7)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA WANITA MENIKAH

Fitria Cahya Kusuma Wardani

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah. Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang wanita menikah. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala model Likert yang terdiri dari dua bagian, yaitu: 1) Skala kepuasan pernikahan, 2) Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Skala kepuasan pernikahan terdiri dari 37 aitem dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0.894. Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari 33 aitem dengan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0.920. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi dari Pearson Product Moment melalui bantuan SPSS versi 17 for windows. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan dengan koefisien korelasi sebesar 0.351 (p = 0.000; p < 0.01), serta koefisien determinasi (R) sebesar 0.123 (p = 0.000; p < 0.01). Hal ini berarti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) memberi sumbangan efektif sebesar 12.3% terhadap kepuasan pernikahan.


(8)

THE RELATION BETWEEN CLEAN AND HEALTHY LIFE BEHAVIOR WITH MARITAL SATISFACTION INMARRIED WOMENS

Fitria Cahya Kusuma Wardani

ABSTRACT

This aim of this research was to find out the positive correlation between Clean and Healthy Life Behavior with marital satisfaction in married womens. The proposed hypothesis is there is a positive relationship between Clean and Healthy Life Behavior with married womens marital satisfaction. The subjects are 99 married womens. The tool used for collecting data was the scale from Likert scale model consist of two parts of scale. First, the marital satisfaction scale. Second, the Clean and Healthy Life Behavior scale. Marital satisfaction scale was consists of 37 item with reliability coefficient Alpha Cronbach for 0.894. Clean and Healthy Life Behavior scale was consists of 33 item with reliability coefficient Alpha Cronbach for 0.920. The method of data analysis was Pearson Product Moment Correlation supported SPSS 17 for windows computer program. The result showed that there was a positive correlation between Clean and Healthy Life Behavior with marital satisfaction with the correlation coefficient of 0.351 (p = 0.000; p < 0.01), and the coefficient of determination (R) for 0.123 (p = 0.000; p < 0.01). It means that Clean and Healthy Life Behavior gives effectively contribution of 12.3% to marital satisfaction.


(9)

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah” dengan baik.

Pada pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan waktu, tenaga, pikiran, informasi serta bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan dengan penuh pengertian, perhatian serta kesabaran memberikan kemudahan, kritik serta nasihat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi nasihat dan semangat selama penulis menyelesaikan studi ini. 5. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi., selaku dosen penguji I yang telah


(11)

6. Ibu Debri Pristinella, M.Si., selaku dosen penguji II yang telah bersedia memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Mujiyana Apt., Sp.Frs selaku ka. Instalasi Farmasi RSUP. Dr. Sardjito yang telah memberikan izin melanjutkan studi pada penulis.

8. Ibu Dra. Nurul Ambariyah Apt., selaku penanggung jawab satelit farmasi IGD RSUP. Dr. Sardjito yang telah mau memberikan bimbingan pada penulis dalam bekerja.

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan segala pengetahuan tentang psikologi yang bermanfaat dan berguna. Terima kasih atas bimbingan Bapak dan Ibu selama ini kepada penulis.

10. Segenap karyawan Fakultas Psikologi: Mbak Nani, Mas Gandung, dan Pak Gi di sekretariat Fakultas Psikologi, serta Mas Mudji di Laboratorium Fakultas Psikologi dan Mas Doni di ruang baca Fakultas Psikologi yang telah memberikan kelancaran selama proses studi penulis selama ini.

11. Mama dan papa tercinta yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dukungan dan kepercayaan penuh kepada penulis dalam setiap keputusan yang diambil, serta adik – adik dan mbah uti yang selalu menyemangati. 12. Eyang kakung dan eyang putri serta seluruh keluarga di Tarakan yang telah

memberikan dukungan serta semangat pada penulis.

13. Bapak Unggul Haryanto, M.Psi., yang telah memberikan bimbingan pada penulis saat mengolah data penelitian serta diskusi yang menarik terkait psikologi.


(12)

14. Pakde Hari, Bude Hermin dan mba Lia di Bogor yang telah memberikan dukungan dan nasihat pada penulis.

15. Kakakku Erry Dharma Setyawan di Tarakan yang telah mau memberikan nasihat, semangat dan mendengarkan curahan hati adiknya.

16. dr. Hendra Pratama yang mau meluangkan waktu untuk berdiskusi dan rajin menanyakan kelanjutan skripsi. Terima kasih untuk waktu yang diluangkan bagi penulis.

17. Ambar, Hilda dan Putri, sahabat sejatiku, teman seperjuangan sejak SMF hingga sekarang. Terima kasih atas suka duka dan segalanya yang telah dibagikan pada penulis.

18. Keluarga satelit farmasi IGD RSUP. Dr. Sardjito : mba Isti, mba Nurul, Thria, Siti, pak Ranto, pak Yo, mas Supri dan mas Syamsu. Terima kasih atas segala hal yang telah dilakukan, kebersamaan dan kegembiraan sehingga memperlancar penulis dalam bekerja dan kuliah.

19. Teman-teman angkatan 2006 dan seperjuangan yang akan selalu penulis kenang : Birgita teman terbaikku atas kebersamaan dan diskusi selama studi, Lisol, Ratih, Vivi, Ance, Maria, Jina, Sekar dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan kegembiraan selama ini. Semoga semua ini menjadi kenangan yang indah bagi kita. 20. Teman – teman angkatan 2007 : Ditra, Ayu, Ira, Yura, Mutia, Rara, Ines, Ina,

Rani, Santa, Ayu, Devi, Heni, Lia, Oie, Ve, Anton, Reno, Dodi dan teman – teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas


(13)

kebersamaan dan kegembiraan selama ini. Semoga semua ini menjadi kenangan yang indah bagi kita.

21. Teman – teman angkatan 2008 : Rosa, Budi, Ela, Intan dan Irin. Terima kasih atas kebersamaan dan kegembiraan selama ini. Semoga semua ini menjadi kenangan yang indah bagi kita.

22. Segenap teman – teman dokter triage dan residen jaga, perawat, petugas kasa, petugas administrasi dan pramu husada IGD RSUP. Dr. Sardjito. Terima kasih atas kebersamaan dan kegembiraan selama ini.

23. Keluarga besar instalasi farmasi RSUP. Dr. Sardjito yang mau membantu kelancaran penulisan skripsi penulis. Terima kasih atas bantuan dan kebersamaan yang dibagikan pada penulis selama ini.

24. Ibu – ibu di perumahan Mitra Griya Asri, RSKIA SADEWA dan RSKB SINDUADI yang mau membantu kelancaran penulisan skripsi.

25. Kepada semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun, penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca.

Yogyakarta, Mei 2013


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 12


(15)

1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) .. 12

2. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga ... 13

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 17

B. Kepuasan Pernikahan ... 19

1. Pengertian Kepuasan Pernikahan ... 19

2. Aspek Kepuasan Pernikahan ... 21

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan ... 25

C. Wanita Dewasa yang Menikah ... 28

D. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Kepuasan Pernikahan pada Wanita Menikah 30 E. Skema Dinamika ... 35

F. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Identifikasi Variabel ... 36

C. Definisi Operasional ... 36

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 36

2. Kepuasan Pernikahan ... 37

D. Subjek Penelitian ... 38


(16)

1. Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ... 39

2. Skala Kepuasan Pernikahan ... 41

F. Kredibilitas Alat Ukur ... 43

1. Validitas... 43

2. Seleksi Aitem ... 44

3. Reliabilitas ... 46

G. Metode Analisis Data ... 48

H. Pelaksanaan Try Out ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Pelaksanaan Penelitian ... 50

B. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ... 51

C. Deskripsi Data Penelitian ... 54

D. Hasil Penelitian ... 56

1. Uji Asumsi ... 56

1) Normalitas ... 56

2) Uji linearitas ... 58

2. Uji Hipotesis ... 58

E. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

1. Bagi Wanita Menikah ... 66


(17)

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN – LAMPIRAN ... . 70


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Jawaban Subjek pada Skala Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) ... 40

Tabel 2. Blue Print Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sebelum Uji Coba ... 41

Tabel 3. Skor Jawaban Subjek pada Skala Kepuasan Pernikahan ... 42

Tabel 4. Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan Sebelum Uji Coba ... 43

Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Setelah Uji Coba dan untuk Penelitian ... 45

Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Kepuasan Pernikahan Setelah Uji Coba dan untuk Penelitian ... 46

Tabel 7.1 Deskripsi Usia Subjek Penelitian ... 51

Tabel 7.2 Deskripsi Pendidikan Subjek Penelitian ... 51

Tabel 7.3 Deskripsi Pendidikan Suami Subjek Penelitian ... 52

Tabel 7.4 Deskripsi Pekerjaan Subjek Penelitian ... 52

Tabel 7.5 Deskripsi Pekerjaan Suami Subjek Penelitian ... 52

Tabel 7.6 Deskripsi Usia Perkawinan Subjek Penelitian ... 53

Tabel 7.7 Deskripsi Jumlah Anak Subjek Penelitian ... 53

Tabel 7.8 Deskripsi Usia Anak Subjek Penelitian ... 53

Tabel 7.9 Deskripsi Kepemilikan Pembantu pada Subjek Penelitian .... 54

Tabel 7.10 Deskripsi Anggota Keluarga Subjek Penelitian ... 54


(19)

Tabel 9. Ringkasan Uji Normalitas ... 57 Tabel 10. Ringkasan Uji Linearitas ... 58 Tabel 11. Hasil Uji Analisis Korelasi ... 59


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Format Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dan Kepuasan Pernikahan (Uji Coba) ... 71 Lampiran 2 : Uji Reliabilitas dan Seleksi Aitem ... 78 Lampiran 3 : Format Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

dan Kepuasan Pernikahan (Penelitian) ... 90 Lampiran 4 : Uji Asumsi ... 96 Lampiran 5 : Uji Hipotesis (Analisa Korelasi) ... 100


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan organisasi sosial terkecil karena di tengah keluarga anak dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa (Kartono, 1992; dalam Mumtahinah, 2008). Menurut Wallace (1995; dalam Mumtahinah, 2008), anggota keluarga terdiri dari suami, istri serta anak – anak baik laki – laki maupun perempuan yang sesuai dengan statusnya, anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing – masing dimana seorang suami mempunyai peran yang dikaitkan dengan keperkasaan dan perlindungan. Selain itu, suami juga secara aktif mencari nafkah di luar rumah (Dagun, 1990; dalam Mumtahinah, 2008). Di sisi lain, menurut Wallace (1995; dalam Mumtahinah, 2008), wanita sebagai istri berperan ekspresif yaitu peran yang dikaitkan dengan kasih sayang, pelayanan, pengasuhan atau pemeliharaan. Tidak hanya itu, seorang wanita juga berperan sebagai pendidik bagi anak – anaknya dan sebagai pengatur rumah tangga (Kartono, 1992; dalam Mumtahinah, 2008).

Wanita yang menikah disibukkan dengan bermacam–macam peran rumah tangga dalam setiap harinya seperti berbelanja, memasak, mengurus anak dan suami serta membersihkan rumah. Hal ini dilakukan agar kondisi keluarga menjadi sehat, teratur dan rapi. Tidak hanya itu, pada upaya pemberantasan penyakit, baik itu menyangkut pencegahan, pengobatan,


(22)

maupun rehabilitasi selalu melibatkan wanita, khususnya wanita yang diposisikan sebagai care giver yang berarti wanita berperan menjaga, merawat dan mengobati anggota keluarga apabila menderita sakit (Pujiyanti & Triratnawati, 2011). Pada upaya pencegahan penyakit, wanita dapat melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk menjaga dan merawat kesehatan anggota keluarga.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan program pemerintah untuk mencegah timbulnya penyakit, menanggulangi penyakit dan masalah kesehatan lainnya serta mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber pada masyarakat dimana masih rendahnya praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi tentang kesehatan (Fitriani, 2011). Oleh karena itu, masih dijumpai berbagai masalah kesehatan akibat rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal ini tampak dimana kualitas sanitasi yang buruk berdampak pada meninggalnya 100.000 balita dalam kurun waktu satu tahun. Balita ini meninggal dunia setelah sebelumnya menderita diare. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mempraktekkan pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga menjadi pemicu sanitasi yang buruk. Menurut Ketua V Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Jateng Nuraeni Harjanto, diperlukan pengertian kaum wanita dalam hal sanitasi. Hal ini dikarenakan wanita lebih dekat dengan sanitasi seperti pengelolaan sampah maupun penataan lingkungan yang sehat (Rima News, 2011).


(23)

Ada sepuluh indikator yang merupakan pedoman untuk mengetahui sejauhmana rumah tangga telah melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan kematian wanita melahirkan berjumlah 360 kematian dari setiap 100.000 wanita melahirkan sehingga angka kematian wanita melahirkan di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia. Selain itu, masih tingginya kebiasaan para wanita yang melahirkan dengan bantuan dukun bayi sehingga pendarahan maupun infeksi yang terjadi tidak dapat tertangani akibat pelayanan kesehatan yang kurang baik. Akan tetapi, wanita yang melakukan persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan akan merasa nyaman karena persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten sehingga keselamatan wanita dan bayi terjamin. Lalu, persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan menggunakan peralatan steril dan bersih sehingga membuat wanita merasa aman saat persalinan. Tidak hanya itu, wanita juga merasa mantap melakukan persalinan karena tenaga kesehatan sanggup mengatasi masalah yang mungkin muncul selama proses persalinan (Firani, 2001).

Memberi ASI eksklusif juga merupakan salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pada tahun 2010, pemberian ASI eksklusif meningkat mencapai 40,57% (target 80%) dimana pemberian ASI eksklusif di empat Kabupaten/Kota di Yogyakarta masih berkisar 20 – 39%, sedangkan Kabupaten Sleman sudah mencapai ≥ 60% (Profil Kesehatan, 2011). ASI eksklusif perlu diberikan karena bayi yang baru lahir perlu


(24)

mendapatkan asupan gizi, maka wanita harus menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi (Suraji, 2003; dalam Jafar, 2011). Di sisi lain, memberi ASI eksklusif akan mempunyai pula manfaat bagi fisik wanita dimana membantu mengatasi pendarahan pasca melahirkan, menunda kehamilan secara alami dan mengurangi resiko kanker payudara. Selain itu, wanita akan merasa bangga karena dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Tidak hanya itu, manfaat psikologis lain bagi wanita yang menyusui adalah meningkatkan kepekaan kepada bayinya. Lalu, ikatan kasih sayang berupa kelekatan dengan bayi akan lebih intensif melalui sentuhan saat menyusui. Tidak hanya itu, wanita yang menyusui akan meningkat rasa percaya dirinya karena sebagai seorang wanita telah mampu memberikan ASI bagi bayinya (Suwinita, 2012).

Upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan dimana hal ini belum disadari dan dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat (Kusumawati, 2004; dalam Amalia, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, 2011).


(25)

Pernikahan merupakan proses bersatunya dua individu yang berbeda untuk membangun sistem baru dalam keluarga yang dibentuk. Pernikahan dipandang berbeda – beda bagi pria dan wanita. Hal ini tampak dimana wanita mempunyai antusiasme yang lebih besar serta harapan yang lebih positif terhadap pernikahan dibandingkan pria (Santrock, 2002). Dunia secara universal memandang bahwa pernikahan mampu memenuhi kebutuhan fundamental individu yang terikat di dalamnya. Pernikahan yang ideal merupakan suatu hubungan yang intim, memiliki komitmen, persahabatan, keterikatan perasaan cinta, pemenuhan kebutuhan seksual dan kesempatan mengembangkan diri secara emosional (Gardiner & Kosmitzky, 2005; Myers, 2000; dalam Papalia & Olds, 2009). Saat ini makin banyak orang yang merasa bahwa kepuasan pasangan menjadi ukuran paling penting bagi keberhasilan sebuah pernikahan. Pria maupun wanita mencapai kepuasan dengan menjadi pemberi nafkah atau pembenah rumah tangga dan orang tua yang bertanggung jawab pada keluarga (Cherlin, 2004; dalam Papalia & Olds, 2009).

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita yang telah menikah lebih tinggi nilai kesehatan psikologisnya dibandingkan wanita yang belum menikah hanya bila pernikahan mereka membahagiakan (Hess & Soldo, 1985; dalam Prasetya, 2004). Di sisi lain, pernikahan yang tidak bahagia terbukti dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga (Markman, Renick, Floyd & Stanley, 1993; dalam Prasetya, 2004). Tidak hanya itu, penelitian lain juga mencatat bahwa kualitas pernikahan yang rendah dapat menurunkan


(26)

kesehatan psikologis dan meningkatkan stres serta berkorelasi dengan meningkatnya depresi terutama pada wanita (Ross, Mirowsky & Goldsteen, 1990; dalam Prasetya, 2004). Oleh karena itu, pernikahan yang tidak memberikan rasa bahagia pada pasangan yang menjalaninya rawan terhadap konflik dan tindakan kekerasan.

Kehidupan pernikahan tidak lepas dari konflik yang terjadi antara suami dan istri. Konflik yang berkepanjangan dalam rumah tangga dapat berujung pada sulitnya mencapai kepuasan dalam pernikahan. Umumnya, konflik dalam sebuah pernikahan dapat menganggu kenyamanan seorang wanita dalam membina pernikahan. Pernikahan yang kurang memuaskan tentu membawa dampak perilaku yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental wanita itu sendiri, pasangannya dan juga anak – anak dalam keluarga tersebut (Nurrachman & Bachtiar, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan kaum wanita terbukti berpengaruh terhadap kesehatan emosional anak – anak mereka, sementara tidak demikian dengan kepuasan pernikahan kaum pria (Belsky & Fish, 1991; dalam Prasetya, 2004). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik yang terjadi dalam rumah tangga dapat menimbulkan stres pada wanita yang berujung pada ketidakpuasan terhadap pernikahan yang dijalani sehingga memiliki risiko perceraian yang tinggi.

Fonollera (1994; dalam Prasetya, 2004) menegaskan bahwa kepuasan pernikahan dianggap penting dalam menjaga kelanggengan sebuah pernikahan. Hal ini didukung oleh sebuah penemuan yang mencatat bahwa


(27)

wanita pemohon perceraian di Filipina mengalami ketidakpuasan pada pernikahan yang membawa mereka pada kondisi stres di segala hal. Di sisi lain, jumlah perceraian semakin meningkat di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Dirjen Badilag MA) dalam tahun 2010 telah ada 285.184 perkara yang berakhir pada perceraian di Pengadilan Agama se-Indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak lima tahun terakhir. Hal ini tampak dimana dalam 5 tahun terakhir peningkatan perkara yang masuk bisa mencapai 81 persen. Dirjen Badilag MA mencatat terdapat 10.029 kasus perceraian dipicu masalah cemburu, 67.891 kasus perceraian dipicu masalah ekonomi dan perceraian karena masalah ketidakharmonisan dalam rumah tangga mencapai 91.841 perkara (Detik News, 2011). Oleh karena itu, ada sekitar 200.000 kasus perceraian setiap tahun di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh masalah komunikasi diantara pasangan suami dan istri yang berakibat pada ketidakharmonisan dalam pernikahan (Suara Pembaruan, 2008).

Berdasarkan data yang dimiliki Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Sekar Melati Yogyakarta, kasus kekerasan dalam rumah tangga pada tahun 2009 tercatat sebanyak 70 aduan, tahun 2011 sebanyak 33 aduan kasus dan hingga tahun 2012 telah ada sebanyak 14 aduan kasus. Penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga cukup beragam, seperti persoalan ekonomi, hingga suami yang kerap mabuk-mabukan (Seruu, 2012). Menurut Hasbianto (1996; dalam Saputra, 2009) mengatakan bahwa secara psikologis tindak kekerasan pada istri dalam rumah tangga dapat


(28)

menyebabkan gangguan emosi, kecemasan dan depresi. Hal ini didukung oleh sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga yang dialami istri dapat berdampak pada fisik, psikis dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga (Prastiwi, 2007).

Pria dan wanita yang menikah relatif merasakan manfaat kesehatan dibandingkan dengan mereka yang belum menikah. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh positif dan keterlibatan pasangan yang mampu mendorong perilaku sehat pasangannya (Berkman, 1995; Rook, 1990; Umberson 1992; dalam Gallo, Matthews, Troxel & Kuller, 2003). Hal ini didukung oleh penelitian pada 493 wanita di Healthy Women Study Amerika yang dilakukan selama 13 tahun pada masa dan setelah transisi menopause. Penelitian ini mencatat bahwa wanita dengan kepuasan pernikahan yang tinggi memiliki tingkat lebih rendah pada faktor risiko penyakit kardiovaskular bila dibandingkan pada wanita dengan kepuasan pernikahan yang rendah, belum menikah, bercerai dan janda (Gallo, Matthews, Troxel & Kuller, 2003). Maka, dapat disimpulkan bahwa pernikahan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi wanita, hanya bila kepuasan pernikahan yang dimiliki tinggi.

Mulai banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa psikopatologi berhubungan erat dengan fungsi pernikahan yang berfokus pada kepuasan pernikahan (Jacobson, 1985; dalam Whisman, Uebelacker & Weinstock, 2004). Hal ini ditemukan pada penelitian yang dilakukan pada 841 pasangan menikah pada tujuh negara bagian di Amerika. Penelitian ini mencatat bahwa


(29)

tingkat kecemasan dan depresi seseorang secara signifikan berhubungan dengan tingkat kepuasan pernikahan yang dijalani. Hal ini tampak dimana tingkat psikopatologi berupa kecemasan dan depresi yang tinggi memiliki hubungan dengan tingkat kepuasan pernikahan yang rendah. Namun, pengaruh depresi secara signifikan lebih kuat daripada pengaruh kecemasan terhadap kepuasan pernikahan seseorang pada pasangannya. Di sisi lain, tidak ada pengaruh antara perbedaan gender dengan psikopatologi yang dialami dalam pernikahan (Whisman, Uebelacker & Weinstock, 2004).

Pernikahan yang memuaskan dapat mengurangi tingkat stres baik secara fisik maupun emosi, sehingga menyebabkan pasangan tersebut hidup lebih lama dan mempunyai kehidupan yang lebih sehat dibandingkan dengan pasangan yang tidak puas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah suatu penilaian subjektif pasangan mengenai apakah hubungan pernikahan yang telah dijalani membahagiakan atau tidak. Hal ini sejalan dengan Gullota, Adams & Alexander (1986; dalam Aqmalia & Fakhrurrozi, 2007) yang mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai perasaan individu terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahan sehingga berkaitan dengan perasaan bahagia yang dirasakan dari hubungan yang dijalani.

Melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), wanita dapat menjaga dan merawat kesehatan anggota keluarga. Persalinan ditolong tenaga kesehatan merupakan salah satu upaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dapat memberikan rasa aman, nyaman dan mantap saat wanita


(30)

akan melakukan persalinan karena ditangani oleh tenaga yang kompeten dan menggunakan peralatan steril sehingga terhindar dari infeksi. Selain itu, rasa bangga yang dirasakan saat pemberian ASI eksklusif juga akan meningkatkan kepekaan, kelekatan berupa kasih sayang dan rasa percaya diri pada wanita. Perasaan aman, bangga, mantap, nyaman, percaya diri serta kepekaan dan kelekatan yang dirasakan wanita saat melakukan upaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan membawa pada perasaan bahagia karena dapat menjalankan peran sebagai wanita. Lalu, evaluasi subjektif berupa perasaan bahagia yang dialami wanita akan membawa pada kepuasan terhadap pernikahan yang dijalani.

Berdasarkan hal – hal yang telah disampaikan di atas, menjadi ketertarikan peneliti untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan pertanyaan berikut: "Apakah ada hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah?"


(31)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas konsep serta pandangan khususnya dalam hal kepuasan pernikahan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wacana mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pernikahan.

2. Manfaat Praktis

Bagi wanita menikah pada umumnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, 2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Harini, 2010). Hal ini dikarenakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga dilakukan untuk mencapai rumah tangga sehat.

Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Sepuluh indikator telah ditetapkan untuk mengetahui apakah sebuah rumah tangga telah mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari semua perilaku yang harus dipraktikkan di rumah tangga dan dipilih karena dianggap mewakili atau


(33)

dapat mencerminkan keseluruhan perilaku (Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, 2011).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sehingga tahu, mau dan mampu untuk menolong dirinya sendiri dan mampu untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.

2. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga

Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga yaitu suatu alat ukur atau suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan rumah tangga (Wahyuni, 2007). Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga yang digunakan mengacu pada standar pelayanan minimal bidang kesehatan yang terdiri dari sepuluh indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Kamisah, 2009). Kesepuluh indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga dijelaskan sebagai berikut:

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan


(34)

steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

2) Memberi ASI ekslusif

Bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrum) yang sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.

3) Menimbang bayi dan balita

Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Dengan demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi yang dicurigai menderita gizi buruk.

4) Menggunakan air bersih

Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat - alat dapur dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang sehari - harinya memakai air


(35)

minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotor air limbah.

5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan mejadi bersih dan bebas dari kuman. 6) Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk.

7) Memberantas jentik di rumah

Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat - tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau WC, vas bunga,


(36)

tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah bebas jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus menghindari gigitan nyamuk).

8) Makan buah dan sayur setiap hari

Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain kegiatan sehari - hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, mencuci mobil dan turun tangga. Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.


(37)

10) Tidak merokok di dalam rumah

Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru - paru kronis, merusak gigi, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan keguguran.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa indikator – indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Hal-hal yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor intern dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut faktor


(38)

ekstern yang berasal dari lingkungan (Kamisah, 2009). Faktor – faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1) Faktor internal a. Keturunan

Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah diturunkan dari orangtuanya. Sifat - sifat yang dimilikinya adalah sifat - sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya.

b. Motif

Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan rohani.

2) Faktor eksternal

Yaitu faktor - faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan. Faktor - faktor ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur - unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu. a. Unsur - unsur perilaku bagi individu

Meliputi pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya, sarana yang


(39)

diperlukan untuk melakukannya, serta dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya. b. Unsur - unsur perilaku bagi individu sebagai anggota kelompok

Meliputi pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya, sarana yang diperlukan untuk melakukannya, dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya, serta norma atau dukungan kelompok bahwa apa yang akan dilakukan itu benar atau bisa diterima oleh kelompoknya.

Melalui uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari faktor keturunan dan faktor motif. Di sisi lain, faktor eksternal yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terdiri dari unsur perilaku bagi individu dan unsur perilaku bagi individu sebagai anggota kelompok.

B. Kepuasan Pernikahan

1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

Gullota, Adams dan Alexander (1986; dalam Aqmalia & Fakhrurrozi, 2007) mengatakan bahwa kepuasan pernikahan merupakan


(40)

perasaan seseorang terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahan. Hal ini berkaitan dengan perasaan bahagia yang pasangan rasakan dari hubungan yang dijalani.

Kepuasan pernikahan menurut Hawkins (1969; dalam Anniza, 2009) adalah perasaan subjektif yang dirasakan oleh suami maupun istri yang berupa kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang didapat dalam segala aspek pernikahan. Kepuasan ini merupakan bagian dari kepuasan hidup secara keseluruhan dan juga menentukan kualitas pernikahan setiap pasangan. Selain itu, Bradbury, Fincham dan Beach (2000; dalam Anniza, 2009) mengemukakan bahwa kepuasan pernikahan merupakan refleksi dari perasaan positif yang dirasakan pasangan lebih banyak daripada perasaan negatif terhadap hubungan mereka sehingga pernikahan dapat terus bertahan. Di sisi lain, Billideau (1997; dalam Anniza, 2009) menegaskan bahwa kepuasan pernikahan dapat tercapai dengan adanya kemampuan komunikasi yang kuat, kepuasan yang besar dalam kasih sayang, seksualitas, waktu bersama, keuangan dan juga kepercayaan religius yang kuat. Hubungan yang harmonis antar kedua belah pihak keluarga juga menentukan. Menurunnya kepuasan pernikahan dapat disebabkan oleh pandangan yang tidak realistis mengenai pernikahan dan kepengurusan anak.

Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan adalah evaluasi subjektif berupa perasaan bahagia


(41)

yang dirasakan wanita yang didapat dalam segala aspek pernikahan sehingga pernikahan dapat terus bertahan.

2. Aspek Kepuasan Pernikahan

Menurut Olson & Fowers (1989,1993; dalam Saragih, 2003) ada beberapa aspek - aspek dalam pernikahan yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pernikahan. Aspek - aspek tersebut antara lain:

1) Komunikasi

Aspek ini melihat bagaimana perasaan dan sikap individu dalam berkomunikasi dengan pasangannya. Aspek ini berfokus pada rasa senang yang dialami pasangan suami istri dalam berkomunikasi, dimana mereka saling berbagi dan menerima informasi tentang perasaan dan pikirannya. Laswell (1991; dalam Saragih, 2003) membagi komunikasi pernikahan menjadi lima elemen dasar, yaitu: keterbukaan diantara pasangan (openness), kejujuran terhadap pasangan (honesty), kemampuan untuk mempercayai satu sama lain (ability to trust), sikap empati terhadap pasangan (empathy) dan kemampuan menjadi pendengar yang baik (listening skill).

2) Kegiatan rekreasi

Aspek ini menilai pilihan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang yang merefleksikan aktivitas yang dilakukan secara personal atau bersama. Aspek ini juga melihat apakah suatu kegiatan dilakukan sebagai pilihan individu atau pilihan


(42)

bersama serta harapan - harapan dalam mengisi waktu luang bersama pasangan.

3) Orientasi keagamaan

Aspek ini menilai makna keyakinan beragama serta bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari - hari. Jika seseorang memiliki keyakinan beragama, dapat dilihat dari sikapnya yang peduli terhadap hal - hal keagamaan dan mau beribadah. Umumnya, setelah menikah individu akan lebih memperhatikan kehidupan beragama. Orang tua akan mengajarkan dasar - dasar dan nilai - nilai agama yang dianut kepada anaknya. Mereka juga akan menjadi teladan yang baik dengan membiasakan diri beribadah dan melaksanakan ajaran agama yang mereka anut.

4) Resolusi konflik

Aspek ini berfokus untuk menilai persepsi suami istri terhadap suatu masalah serta bagaimana pemecahannya. Diperlukan adanya keterbukaan pasangan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang muncul serta strategi yang digunakan untuk mendapatkan solusi terbaik. Aspek ini juga menilai bagaimana anggota keluarga saling mendukung dalam mengatasi masalah bersama - sama serta membangun kepercayaan satu sama lain.

5) Manajemen keuangan

Aspek ini menilai sikap dan cara pasangan mengatur keuangan, bentuk - bentuk pengeluaran dan pembuatan keputusan tentang


(43)

keuangan. Hurlock (1999; dalam Saragih 2003) menjelaskan bahwa konsep yang tidak realistis, yaitu harapan - harapan yang melebihi kemampuan keuangan, harapan untuk memiliki barang yang diinginkan, serta ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat menjadi masalah dalam pernikahan. Konflik dapat muncul jika salah satu pihak menunjukkan otoritas terhadap pasangannya juga tidak percaya terhadap kemampuan pasangan dalam mengelola keuangan.

6) Orientasi seksual

Aspek ini berfokus pada refleksi sikap yang berhubungan dengan masalah seksual, tingkah laku seksual serta kesetiaan terhadap pasangan. Penyesuaian seksual dapat menjadi penyebab pertengkaran dan ketidakbahagiaan apabila tidak dicapai kesepakatan yang memuaskan. Kepuasan seksual dapat terus meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini bisa terjadi karena kedua pasangan telah memahami dan mengetahui kebutuhan mereka satu sama lain, mampu mengungkapkan hasrat dan cinta mereka, juga membaca tanda - tanda yang diberikan pasangan sehingga dapat tercipta kepuasan bagi pasangan suami istri.

7) Keluarga dan teman

Aspek ini dapat melihat bagaimana perasaan dan perhatian pasangan terhadap hubungan kerabat, mertua serta teman - teman. Aspek ini merefleksikan harapan dan perasaan senang menghabiskan


(44)

waktu bersama keluarga besar dan teman - teman. Hurlock (1999; dalam Saragih, 2003) menjabarkan bahwa pernikahan akan cenderung lebih sulit jika salah satu pasangan menggunakan sebagian waktunya bersama keluarganya sendiri, jika ia juga mudah dipengaruhi oleh keluarganya dan jika ada keluarga yang datang dan tinggal dalam waktu lama.

8) Anak dan pengasuhan

Aspek ini menilai sikap dan perasaan tentang memiliki dan membesarkan anak. Fokusnya adalah bagaimana orang tua menerapkan keputusan mengenai disiplin anak, cita - cita terhadap anak serta bagaimana pengaruh kehadiran anak terhadap hubungan dengan pasangan. Kesepakatan antara pasangan dalam hal mengasuh dan mendidik anak penting halnya dalam pernikahan. Orang tua biasanya memiliki cita-cita pribadi terhadap anaknya yang dapat menimbulkan kepuasan bila itu dapat terwujud.

9) Masalah kepribadian

Aspek ini melihat penyesuaian diri dengan tingkah laku, kebiasaan - kebiasaan serta kepribadian pasangan. Biasanya sebelum menikah individu berusaha menjadi pribadi yang menarik untuk mencari perhatian pasangannya bahkan dengan berpura - pura menjadi orang lain. Setelah menikah, kepribadian yang sebenarnya akan muncul. Perbedaan ini dapat memunculkan masalah setelah menikah. Persoalan tingkah laku pasangan yang tidak sesuai harapan


(45)

dapat menimbulkan kekecewaan, sebaliknya jika tingkah laku pasangan sesuai yang diinginkan maka akan menimbulkan perasaan senang dan bahagia.

10) Kesetaraan peran

Aspek ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi. Pria dapat bekerjasama dengan wanita sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Pria tidak merasa malu jika penghasilan wanita lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan kepuasan pribadi.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek – aspek kepuasan pernikahan terdiri dari komunikasi, kegiatan rekreasi, orientasi keagamaan, resolusi konflik, manajemen keuangan, orientasi seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, masalah kepribadian dan kesetaraan peran.

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan

Spanier dan Lewis (1979 & 1980; dalam Callan & Noller, 1987) menyebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan


(46)

pasangan menikah yaitu faktor pranikah, faktor sosial dan ekonomi serta faktor hubungan interpersonal dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Faktor pranikah

Faktor pranikah terdiri dari kesamaan,sumber daya pribadi setiap individu dan dukungan untuk menikah dari orang tua serta teman. Penelitian menunjukkan bahwa kesamaan latar belakang ras, status sosial ekonomi, kepercayaan agama serta afiliasi, kecerdasan, usia dan status cenderung sebagai penentu penting dari stabilitas dan kualitas pernikahan. Sumber daya pribadi seperti stabilitas emosi, pendidikan, kelas sosial, fungsi interpersonal, konsep diri yang positif dan kesehatan fisik juga memiliki efek positif pada stabilitas dan kualitas pernikahan. Prediksi keberhasilan pernikahan kebanyakan berasal dari hubungan baik dengan orang tua yang memberikan teladan baik dari sebuah pernikahan yang bahagia dan yang menyetujui pilihan pasangan pernikahan (Lewis, 1973; dalam Callan & Noller, 1987). Persetujuan dari teman dan kerabat lainnya membantu memberikan iklim di mana pernikahan dapat tumbuh dan berkembang.

2) Faktor sosial dan ekonomi

Faktor sosial dan ekonomi terdiri atas kesejahteraan ekonomi, istri, status pekerjaan, ukuran pekerjaan rumah tangga dan rasa pasangan dari apa yang melekat di masyarakat. Sekali lagi, penelitian tampaknya mendukung peran variabel - variabel ini.


(47)

Meskipun tidak menjamin kepuasan dan stabilitas pernikahan bagi mereka yang cukup mampu secara finansial. Ada beberapa bukti bahwa persepsi seseorang terhadap situasi sosial dan ekonomi daripada situasi aktual seseorang merupakan faktor yang lebih penting (Goode 1956, Green 1960; dalam Callan & Noller, 1987). Sehubungan dengan istri yang bekerja, bagaimana perasaan pasangan tentang apa yang dilakukan istri adalah lebih penting daripada apakah ia bekerja atau tidak. Secara umum, semakin sedikit jumlah orang dewasa di rumah, semakin tinggi kepuasan pernikahan. Akhirnya, memiliki keluarga dan teman-teman yang senang dengan pernikahan, tanpa orang lain yang mengganggu dapat meningkatkan kemungkinan pernikahan yang bahagia.

3) Faktor hubungan interpersonal

Variabel-variabel karakteristik interpersonal berfokus pada hubungan yang sebenarnya antar pasangan daripada lebih banyak faktor eksternal. Variabel karakteristik interpersonal terdiri dari rasa penerimaan yang positif satu sama lain, manfaat emosional dari pernikahan, komunikasi, interaksi dan kecocokan peran. Hal positif mengacu pada sebagian besar perasaan positif terhadap pasangannya. Ini melibatkan persepsi terhadap kesamaan, daya tarik fisik dan seksual, konsensus nilai dan validasi diri terhadap yang lain. Diantara manfaat emosional yang penting bahwa pernikahan membantu untuk mengekspresikan kasih sayang dan diri, saling


(48)

ketergantungan emosional, cinta, kepuasan seksual, dorongan pertumbuhan pribadi dan rasa otonomi serta kesetaraan. Inti hubungan antara komunikasi dan kepuasan pernikahan adalah tingkat keterbukaan diri, akurasi dalam pemahaman dan empati. Interaksi berupa menghabiskan waktu bersama, berbagi kegiatan dan minat. Kecocokan peran melibatkan kesepakatan tentang apa yang diharapkan dari peran itu, berbagi dan bisa saling melengkapi peran lainnya. Semakin besar manfaat yang diperoleh dari area - area interpersonal, maka semakin tinggi tingkat kepuasan pernikahan pasangan. Jacob et al. (1978; dalam Callan & Noller, 1987) misalnya, menemukan bahwa pasangan tidak tertekan saat menghabiskan lebih banyak waktu dalam kegiatan bersama dan dilaporkan lebih sering memperlihatkan emosi kasih sayang yang positif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan pasangan terdiri dari faktor pranikah, faktor sosial dan ekonomi serta faktor hubungan interpersonal.

C. Wanita Dewasa yang Menikah

Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1996). Periode masa dewasa terdiri


(49)

dari masa dewasa dini yang dimulai pada umur 21 – 35 tahun, masa dewasa tengah pada umur 35 – 60 tahun dan masa dewasa akhir pada usia 60 hingga meninggal. Pada wanita dewasa terjadi banyak perubahan pada aspek perkembangan seperti perubahan fisik, kognitif, kepribadian dan sosial. Berikut perkembangan yang terjadi pada wanita dewasa :

1. Perkembangan fisik

Wanita dewasa mengalami perubahan – perubahan fisik yang disertai menurunnya kemampuan fisik seiring bertambahnya usia sehingga kemampuan reproduktif juga berkurang (Santrock, 2002). Pada masa ini wanita dewasa diharapkan mau menerima dan penyesuaian terhadap perubahan fisik yang normal terjadi pada masa ini.

2. Perkembangan kognitif

Pada masa ini wanita dewasa melakukan pemikiran yang pragmatis sehingga lebih realistik terhadap berbagai keadaan. Di sisi lain, produktivitas kerja mengalami puncak tertinggi sehingga kepuasan kerja meningkat. Akan tetapi, daya ingat mulai mengalami kemunduran disertai penurunan kecepatan memproses informasi sejalan pertambahan usia (Santrock, 2002).

3. Perkembangan kepribadian dan sosial

Wanita dewasa pada masa ini mulai membentuk keluarga sendiri melalui pernikahan. Selain itu, wanita dewasa juga mengembangkan minat yang berorientasi pada keluarga (Hurlock, 1996). Kemudian, pada masa ini wanita dewasa mulai memasuki masa pensiun pada usia lima puluh lima


(50)

tahun sehingga diperlukan penyesuaian diri pada berbagai perubahan yang terjadi (Santrock, 2002).

Berdasarkan beberapa konsep di atas, peneliti menyimpulkan bahwa usia wanita dewasa yang dianggap dapat menjadi batasan usia dalam penelitian ini adalah usia 21 – 60 tahun. Hal ini dikarenakan pada masa ini wanita dewasa mulai membentuk keluarga melalui pernikahan dan menjadi orang tua dengan berbagai keadaan dalam kehidupan pernikahan yang membutuhkan penyesuaian dalam menjalani pernikahan.

D. Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Kepuasan Pernikahan pada Wanita Menikah

Kepuasan pernikahan merupakan perasaan subjektif seseorang terhadap pasangannya berupa refleksi perasaan positif yang lebih banyak daripada perasaan negatif terhadap hubungan pernikahan sehingga pernikahan dapat terus bertahan (Anniza, 2009). Hal ini berkaitan dengan perasaan bahagia yang individu rasakan dari hubungan yang dijalani (Aqmalia & Fakhrurrozi, 2007). Oleh karena itu, kepuasan pernikahan merupakan bagian dari kepuasan hidup secara keseluruhan sehingga menentukan kualitas pernikahan dari setiap pasangan (Anniza, 2009).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh wanita menikah atas dasar kesadaran sehingga tahu, mau dan mampu untuk menolong dirinya sendiri dan keluarga. Ada sepuluh indikator yang dapat menjadi tolak ukur pelaksanaan Perilaku


(51)

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.

Melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), wanita menikah dapat menjaga dan merawat kesehatan anggota keluarga. Hal ini dapat ditemukan pada pemilihan tenaga penolong persalinan yang dipilih bersama dengan pasangan untuk menjamin keselamatan ibu dan bayi. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang berkompeten akan memberikan rasa aman sehingga wanita akan merasa nyaman dan mantap karena peralatan medis yang digunakan steril dan bersih serta tenaga kesehatan sanggup mengatasi masalah yang mungkin muncul selama proses persalinan. Selain itu, biaya persalinan menggunakan tenaga kesehatan dapat disesuaikan dengan kemampuan sehingga biaya dapat terjangkau. Hal ini akan membuat wanita merasa nyaman saat persalinan. Tidak hanya itu, bayi yang baru lahir dapat langsung diasuh ibu melalui inisiasi menyusui dini dengan pemberian ASI eksklusif sehingga menjalin kelekatan antara ibu dan bayi.

Wanita dapat memberikan asupan gizi pada bayi dengan ASI eksklusif maupun susu formula. Pemilihan asupan gizi yang akan diberikan dapat dipertimbangkan bersama dengan pasangan. Pemilihan asupan gizi menggunakan ASI memberikan manfaat berupa rasa bangga pada wanita


(52)

karena dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Lalu, wanita menjadi lebih peka terhadap bayinya sehingga kelekatan yang terjalin juga semakin dekat. Hal ini akan menambah rasa percaya diri wanita karena merasa mampu menjalankan perannya untuk merawat anak (Suwinita, 2012). Di sisi lain, pemberian ASI eksklusif tidak memerlukan biaya lebih banyak dibandingkan susu formula.

Penimbangan bayi yang dilakukan berkala setiap bulan oleh wanita akan memberikan manfaat berupa terpantaunya perkembangan kesehatan bayi. Hal ini akan membuat wanita merasa mantap untuk melaksanakan posyandu. Di sisi lain, wanita akan merasa nyaman karena penimbangan bayi di posyandu lebih praktis dan gratis karena dilaksanakan di lingkungan rumah. Lalu, wanita juga akan semakin peka terhadap kesehatan bayinya. Tidak hanya itu, pengasuhan yang dilakukan wanita ketika menimbang bayi akan memperkuat kelekatan antara ibu dan bayinya.

Perilaku mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan air bersih dan jamban sehat serta memberantas jentik di rumah dapat dilakukan wanita dengan bantuan pasangan agar dapat terlaksana dengan baik. Hal ini akan membuat wanita merasa nyaman karena merawat keluarga dengan tangan yang bebas dari kuman penyakit. Di samping itu, wanita akan merasa aman karena menggunakan air bersih untuk memasak, jamban yang sesuai syarat sehat dan rumah yang terbebas dari jentik nyamuk. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri wanita karena mampu menjaga


(53)

kesehatan keluarga. Di sisi lain, wanita dapat menghemat anggaran kesehatan yang dikeluarkan untuk pengobatan anggota keluarga apabila sakit.

Perhatian yang diberikan melalui pemberian makan buah dan sayur setiap hari untuk keluarga bermanfaat meningkatkan kesehatan karena asupan gizi terpenuhi. Hal ini akan membuat wanita merasa aman karena kesehatan keluarga terjaga. Selain itu, wanita akan merasa mantap untuk memberikan makan buah dan sayur setiap hari agar kesehatan keluarga meningkat. Di sisi lain, wanita semakin mantap untuk melakukan pemenuhan gizi melalui buah dan sayur setiap hari. Maka wanita dapat melakukan variasi buah dan sayur saat berbelanja. Hal ini akan membuat wanita bangga terhadap kemampuannya memenuhi asupan gizi keluarga.

Saat ini secara ekonomi biaya tahunan perawatan kesehatan cukup tinggi dimana biaya ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup. Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu penyebab tingginya biaya perawatan kesehatan (Ambardini, 2009). Maka kegiatan rekreasi melalui olahraga dapat menjadi salah satu bentuk aktivitas fisik yang dapat dilakukan wanita beserta keluarga. Di sisi lain, wanita akan merasakan mantap karena telah melakukan olahraga untuk menjaga kesehatannya. Tidak hanya itu, aktivitas fisik berupa olahraga dapat lebih menghemat biaya pengeluaran untuk perawatan kesehatan. Hal ini akan memberikan manfaat berupa rasa aman terhadap anggaran keuangan yang dikeluarkan untuk perawatan kesehatan. Lalu, rasa percaya diri wanita akan bertambah seiring meningkatnya kesehatan.


(54)

Perilaku merokok di dalam rumah masih tinggi di masyarakat. Hal ini tampak dimana prevalensi perokok di DIY sebesar 31.6 % dan sebanyak 66.1 % masih merokok di rumah (Profil Kesehatan, 2011). Wanita dapat meminta pasangan untuk tidak merokok di dalam rumah sehingga keluarga terhindar dari bahaya. Hal ini akan memberikan rasa aman pada wanita. Di samping itu, belanja rokok dalam rumah tangga menempati urutan kedua setelah makanan pokok. Hal ini dapat mengurangi anggaran untuk kebutuhan lain seperti pendidikan dan kesehatan (SUSENAS, 2004; dalam Kosen, 2006). Oleh karena itu, wanita perlu membuat keputusan bersama pasangan untuk menghindari bahaya rokok dan berkurangnya anggaran keuangan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur bentuk – bentuk pengeluaran rumah tangga sehingga memberikan rasa nyaman pada wanita.

Manfaat psikologis berupa rasa aman, mantap, nyaman, kelekatan, kepekaan, bangga dan percaya diri yang dirasakan wanita setelah melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) akan membawa pada evaluasi subjektif berupa perasaan bahagia karena telah mampu menjalankan perannya. Lalu, perasaan bahagia yang dialami wanita akan membawa pada kepuasan terhadap pernikahan yang dijalani.


(55)

E. Skema Dinamika

Skema 1. Skema dinamika hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut yaitu ada hubungan yang positif antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan wanita maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pernikahannya. Di sisi lain, dapat terjadi sebaliknya dimana semakin rendah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) maka semakin rendah pula tingkat kepuasan pernikahan yang dirasakan oleh wanita menikah

Upaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Kepuasan pernikahan

Evaluasi subjektif terhadap pernikahan Manfaat psikologis

 Rasa aman

 Rasa nyaman

 Rasa mantap

 Rasa bangga

 Rasa percaya diri

 Kelekatan

 Kepekaan

 Komunikasi

 Kegiatan rekreasi

 Orientasi keagamaan

 Resolusi konflik

 Manajemen keuangan

 Orinetasi seksual

 Keluarga dan teman

 Anak dan pengasuhan

 Masalah kepribadian

 Kesetaraan peran 1. Persalinan ditolong

tenaga kesehatan

2. Memberi bayi ASI eksklusif

3. Menimbang bayi dan balita

4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan

air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban

sehat

7. Memberantas jentik di rumah

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik 10. Tidak merokok di rumah


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional yang memiliki tujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kepuasan pernikahan pada wanita menikah.

B. Identifikasi Variabel

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Variabel bebas : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Variabel tergantung : Kepuasan pernikahan

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu penjelasan mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik – karakteristik variabel yang dapat diamati. Definisi – definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam penelitian ini adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh wanita menikah dalam rumah tangga atas dasar kesadaran sehingga tahu, mau dan mampu untuk menolong dirinya sendiri dan keluarga. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga terdiri dari persalinan


(57)

ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.

Skala ini disusun oleh peneliti dengan acuan penjabaran dari setiap indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga yang akan dikembangkan oleh peneliti. Nilai yang terdapat pada skala ini berupa perolehan skor yang akan menunjukkan kecenderungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan oleh subjek. Semakin tinggi skor totalnya, maka subjek diasumsikan telah melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rumah tangga. Sebaliknya, semakin rendah skor totalnya, maka subjek diasumsikan tidak melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rumah tangga.

2. Kepuasan Pernikahan

Kepuasan pernikahan dalam penelitian ini adalah evaluasi subjektif berupa perasaan bahagia yang dirasakan wanita yang didapat dalam segala aspek pernikahan sehingga pernikahan dapat terus bertahan. Aspek – aspek kepuasan pernikahan antara lain komunikasi, kegiatan rekreasi, orientasi keagamaan, resolusi konflik, manajemen keuangan,


(58)

orientasi seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, masalah kepribadian dan kesetaraan peran.

Skala ini disusun oleh peneliti dengan acuan penjelasan dari setiap aspek – aspek kepuasan pernikahan yang dikembangkan peneliti. Nilai pada skala ini berupa perolehan skor yang akan menunjukkan kecenderungan kepuasan pernikahan subjek. Semakin tinggi skor totalnya, maka subjek diasumsikan mengalami kepuasan pernikahan. Sebaliknya, semakin rendah skor totalnya, maka subjek diasumsikan tidak mengalami kepuasan pernikahan.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan batasan sebagai berikut:

1. Individu yang telah menikah. Hal ini dikarenakan wanita akan menjadi pengatur rumah tangga setelah menikah di dalam keluarga (Santrock, 2002).

2. Individu yang memiliki anak. Hal ini disebabkan wanita setelah menikah akan menjalankan peran sebagai orang tua (Santrock, 2002).

3. Individu yang tinggal dengan suami. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan gender yang kuat antara pria dan wanita dalam pekerjaan rumah tangga (Santrock, 2002).

Sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas ciri – ciri tertentu yang dipandang


(59)

memiliki sangkut paut erat dengan sifat – sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2004). Oleh karena itu, subjek yang dipilih memiliki karakteristik seperti yang ditetapkan oleh peneliti.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala yang diberikan langsung untuk diisi oleh subjek penelitian. Peneliti akan melakukan uji coba dimana alat ukur akan diberikan kepada subjek uji coba untuk diisi. Hasil yang diperoleh dari uji coba alat ukur akan dianalisis, dimana item yang tersisa akan dipergunakan sebagai sumber data pada subjek penelitian. Peneliti akan menggunakan dua buah skala dalam penelitian ini yaitu skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan skala kepuasan pernikahan. Kedua skala ini disusun dengan menggunakan kuesioner model Likert yaitu metode penskalaan dengan penjumlahan skor dari keseluruhan pernyataan yang ada di dalam skala. Uraian kedua skala tersebut antara lain : 1. Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Skala ini disusun oleh peneliti dengan berdasarkan pada sepuluh indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga yang terdiri dari persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.


(60)

Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ini juga memakai metode skala rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings) dengan empat kategori respon yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang – kadang (KD) dan Tidak Pernah (TP). Skor penilaian untuk jawaban subjek pada tiap item skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1

Skor Jawaban Subjek

pada Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Respon Favorabel Unfavorabel

SL (Selalu) 4 1

SR (Sering) 3 2

KD (Kadang – kadang) 2 3

TP (Tidak Pernah) 1 4

Nilai total yang diperoleh dari skala ini akan memperlihatkan frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan oleh subjek. Semakin tinggi skor total yang didapat subjek menunjukkan tingginya frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang didapat subjek menunjukkan rendahnya frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari.

Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ini terdiri dari 60 pertanyaan yang terdiri dari 30 pernyataan favorabel dan 30 pernyataan


(61)

unfavorabel. Blue print untuk skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai berikut :

Tabel 2

Blue Print Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Sebelum Uji Coba

No Indikator No Item Jumlah Presentase

Favorabel Unfavorabel

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

1, 21, 41 11, 31, 51 6 10 %

2. Memberi ASI ekslusif

12, 32, 52 2, 22, 42 6 10 % 3. Menimbang bayi

dan balita

3, 23, 43 13, 33, 53 6 10 % 4. Menggunakan air

bersih

14, 34, 54 4, 24, 44 6 10 % 5. Mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun

5, 25, 45 15, 35, 55 6 10 %

6. Menggunakan jamban sehat

16, 36, 56 6, 26, 46 6 10 % 7. Memberantas

jentik di rumah

7, 27, 47 17, 37, 57 6 10 % 8. Makan buah dan

sayur setiap hari

18, 38, 58 8, 28, 48 6 10 % 9. Melakukan

aktivitas fisik setiap hari

9, 29, 49 19, 39, 59 6 10 %

10 .

Tidak merokok di dalam rumah

20, 40, 60 10, 30, 50 6 10 %

Total 30 30 60 100 %

2. Skala Kepuasan Pernikahan

Skala ini juga disusun oleh peneliti dengan berdasarkan pada sepuluh aspek kepuasan pernikahan yang diuraikan Olson & Fowers


(62)

(1989, 1993; dalam Saragih, 2003) yaitu komunikasi, kegiatan rekreasi, orientasi keagamaan, resolusi konflik, manajemen keuangan, orientasi seksual, keluarga dan teman, anak dan pengasuhan, masalah kepribadian dan kesetaraan peran.

Skala kepuasan pernikahan ini menggunakan metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings) dengan empat kategori respon yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadang – kadang (KD) dan Tidak Pernah (TP). Skor penilaian untuk jawaban subjek pada tiap item skala kepuasan pernikahan dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3

Skor Jawaban Subjek pada Skala Kepuasan Pernikahan

Respon Favorabel Unfavorabel

SL (Selalu) 4 1

SR (Sering) 3 2

KD (Kadang – kadang) 2 3

TP (Tidak Pernah) 1 4

Perolehan total skor atau nilai dari skala ini akan menunjukkan kecenderungan kepuasan pernikahan subjek. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan yang dialami subjek cenderung tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan yang dialami subjek cenderung rendah.


(63)

Skala kepuasan pernikahan ini terdiri dari 60 pertanyaan yang terdiri dari 30 pernyataan favorabel dan 30 pernyataan unfavorabel. Blue print untuk skala kepuasan pernikahan sebagai berikut :

Tabel 4

Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan Sebelum Uji Coba

No Aspek No Item Jumlah Presentase

Favorabel Unfavorabel

1. Komunikasi 1, 21, 31 11, 41, 51 6 10 % 2. Kegiatan

rekreasi

12, 42, 52 2, 22, 32 6 10 % 3. Orientasi

keagamaan

3, 23, 33 13, 43, 53 6 10 % 4. Resolusi konflik 14, 44, 54 4, 24, 34 6 10 % 5. Manajemen

keuangan

5, 25, 35 15, 45, 55 6 10 % 6. Orientasi

seksual

16, 46, 56 6, 26, 36 6 10 % 7. Keluarga dan

teman

7, 27, 37 17, 47, 57 6 10 % 8. Anak dan

pengasuhan

18, 48, 58 8, 28, 38 6 10 % 9. Masalah

kepribadian

9, 29, 39 19, 49, 59 6 10 % 10

.

Kesetaraan peran

20, 50, 60 10, 30, 40 6 10 %

Total 30 30 60 100 %

F. Kredibilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Maka, suatu alat ukur dikatakan memenuhi validitas jika mampu mengukur atribut yang diinginkan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas tinggi jika


(64)

mampu menjalankan fungsi ukurnya serta memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2008). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat profesional judgment (Azwar, 2008). Pada penelitian ini estimasi validitas dilakukan oleh profesional judgment yaitu dosen pembimbing skripsi saat melakukan koreksi pada aitem – aitem alat ukur yang dibuat oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauhmana aitem – aitem tes mewakili keseluruhan aspek – aspek yang ingin diukur.

2. Seleksi Aitem

Dalam proses penyusunan skala diperlukan adanya seleksi aitem guna melihat kualitas aitem – aitem di dalamnya. Selain itu, seleksi aitem bertujuan mengetahui kelayakan aitem – aitem skala untuk kembali dapat diikutsertakan sebagai sumber data. Sedangkan, bagi aitem – aitem yang tak memenuhi syarat kualitas tidak akan diikutsertakan sebagai sumber data. Pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem total memiliki batasan 0,30. Namun, batas kriteria dapat diturunkan ketika jumlah aitem yang lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan. Penurunan batas kriteria dapat dilakukan menjadi 0,25 hingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai. Apabila jumlah aitem yang diinginkan belum tercapai, maka batas kriteria dapat diturunkan kembali pada 0,2. Lalu, tidak disarankan untuk menurunkan batas kriteria


(65)

dibawah 0,2 karena menunjukkan aitem memiliki daya diskriminasi yang sangat rendah (Azwar, 2009). Pada penelitian ini pemilihan aitem untuk kembali diikutsertakan dalam alat ukur penelitian didasarkan pada koefisien korelasi aitem total dengan batasan 0,2. Hal ini dikarenakan peneliti menginginkan jumlah aitem yang lebih banyak untuk mengungkap atribut yang diukur. Sedangkan, pada koefisien korelasi dibawah 0,2 dianggap sebagai aitem dengan daya diskriminasi rendah sehingga dianggap gugur. Hasil pengujian koefisien korelasi aitem total terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5

Sebaran Aitem Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Setelah Uji Coba dan untuk Penelitian

No Indikator No Item Jumlah Presentase

Favorabel Unfavorabel

1. Persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan

1, 21 11, 31, 51 5 15.15 %

2. Memberi ASI ekslusif

32 2, 22, 42 4 12.12 % 3. Menimbang bayi

dan balita

- 13, 33, 53 3 9.09 %

4. Menggunakan air bersih

- 4, 24, 44 3 9.09 %

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

5, 45 15 3 9.09 %

6. Menggunakan jamban sehat

- 6, 26, 46 3 9.09 %

7. Memberantas jentik di rumah

- 17, 37, 57 3 9.09 %

8. Makan buah dan sayur setiap hari


(66)

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

29 - 1 3.03 %

10 .

Tidak merokok di dalam rumah

20 10, 30, 50 4 12.12 %

Total 8 25 33 99.99 %

Tabel 6

Sebaran Aitem Skala Kepuasan Pernikahan Setelah Uji Coba dan untuk Penelitian

No Aspek No Item Jumlah Presentase

Favorabel Unfavorabel

1. Komunikasi 31 11, 41, 51 4 10.8 %

2. Kegiatan rekreasi

12, 52 2, 22, 32 5 13.51 % 3. Orientasi

keagamaan

33 43, 53 3 8.11 %

4. Resolusi konflik

14, 44,54 24, 34 5 13.51 %

5. Manajemen keuangan

5, 35 15, 55 4 10.81 %

6. Orientasi seksual

16, 46, 56

6, 26, 36 6 16.22 % 7. Keluarga dan

teman

7, 37 17 3 8.11 %

8. Anak dan pengasuhan

18, 58 - 2 5.41 %

9. Masalah kepribadian

39 49, 59 3 8,11 %

10. Kesetaraan peran

20 40 2 5,40%

Total 18 19 37 99.99 %

3. Reliabilitas

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2009). Maka, reliabilitas adalah


(67)

sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas tinggi apabila hasil yang diperoleh relatif sama ketika dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang sama. Koefisien reliabilitas merupakan suatu angka untuk mengetahui tinggi maupun rendahnya suatu reliabilitas alat ukur (Azwar, 2008).

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Teknik yang digunakan adalah apabila angka koefisien Alpha (r α) semakin mendekati angka 1,0 maka skala tersebut semakin reliabel untuk dipakai sebagai alat ukur dalam penelitian. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0,0 dapat dikatakan bahwa skala tersebut memiliki reliabilitas yang rendah (Azwar, 2008).

Hasil uji coba skala menunjukkan bahwa reliabilitas pada skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) memiliki koefisien Alpha sebesar 0,920. Kemudian, hasil uji coba juga memperlihatkan bahwa reliabilitas pada skala kepuasan pernikahan mempunyai koefisien Alpha sebesar 0,894. Maka, dapat disimpulkan bahwa skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan skala kepuasan pernikahan mempunyai konsistensi yang tinggi sehingga dapat dipercaya untuk mengungkap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan kepuasan pernikahan yang dialami oleh subjek.


(68)

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dengan bantuan SPSS versi 17 for windows. Analisis korelasi dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan yang positif maupun negatif antara variabel independen yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan variabel dependen yaitu kepuasan pernikahan serta mengetahui seberapa besar signifikan hubungan yang terjadi.

H. Pelaksanaan Try Out

Try out dilaksanakan pada tanggal 13 – 19 November 2012 di tujuh tempat yaitu RSKB Sinduadi, TK Hamong Putra, TK Annur I, TK Annur III, TK Negeri Sleman, RSUP. Dr. Sardjito dan TK Indriarini. Hal ini dilakukan karena tidak semua wanita yang berada di tempat tersebut berkenan mengisi skala ketika try out dilaksanakan. Alasan peneliti memilih wanita yang berada di TK maupun rumah sakit karena semua wanita disana adalah wanita dewasa yang telah menikah. Selain itu, hampir keseluruhan wanita telah memiliki anak minimal satu orang.

Sebelum pelaksanaan try out di beberapa TK, peneliti telah terlebih dahulu meminta ijin secara lisan kepada staf pengajar disana. Try out dilaksanakan pada hari yang sama setelah peneliti mendapatkan ijin dari pihak TK. Lalu, try out yang dilaksanakan pada dua rumah sakit juga melalui ijin secara lisan kepada penanggung jawab shift jaga saat itu. Kemudian, try out dilaksanakan pada hari yang sama setelah peneliti mendapatkan ijin dari


(69)

penanggung jawab shift jaga. Berdasarkan pelaksanaan try out dapat diketahui bahwa dari 59 lembar skala yang peneliti bagikan, diperoleh 50 lembar skala yang layak dianalisis. Hal ini dikarenakan 9 lembar skala sebagian besar tidak diisi keseluruhan oleh subjek.


(1)

Lampiran 4

Uji Asumsi


(2)

a. Uji Normalitas

Descriptives

Statistic Std. Error Skala Kepuasan

Pernikahan

Mean 133.5152 .82421

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 131.8795

Upper Bound 135.1508

5% Trimmed Mean 133.7059

Median 135.0000

Variance 67.252

Std. Deviation 8.20075

Minimum 116.00

Maximum 147.00

Range 31.00

Interquartile Range 13.00

Skewness -.354 .243

Kurtosis -.881 .481

Skala Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Mean 118.8081 .65633

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 117.5056

Upper Bound 120.1106

5% Trimmed Mean 119.0320

Median 118.0000

Variance 42.646

Std. Deviation 6.53043

Minimum 103.00

Maximum 130.00

Range 27.00

Interquartile Range 10.00

Skewness -.300 .243

Kurtosis -.401 .481

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

SkalaKepuasanPernikahan .089 99 .050 .957 99 .003

SkalaPerilakuHidupBersihSehat

(PHBS) .081 99 .109 .969 99 .018


(3)

(4)

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

SkalaKepuasan Pernikahan * SkalaPerilakuHidupB ersihSehat (PHBS) Between Groups

(Combined) 1890.140 24 78.756 1.240 .238

Linearity 814.299 1 814.299 12.819 .001

Deviation

from Linearity 1075.842 23 46.776 .736 .793

Within Groups 4700.587 74 63.521

Total 6590.727 98

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

SkalaKepuasanPernikahan * SkalaPerilakuHidupBersihSehat (PHBS)


(5)

Lampiran 5

Uji Hipotesis

(Analisa Korelasi)


(6)

Correlations

Skala Kepuasan Pernikahan

Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Skala Kepuasan

Pernikahan

Pearson Correlation 1 .351**

Sig. (1-tailed) .000

N 99 99

Skala Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Pearson Correlation .351** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 99 99