melintang cross flow terhadap bundel tabung, juga akan menjadikan aliran tersebut lebih turbulen. Dengan demikian koefisien perpindahaan panas kalor
konveksi akan bertambah besar dibandingkan aliran tersebut mangalir axial sepanjang tabung tanpa sekat. Kern menambahkan bahwa semakin banyak jumlah
sekat yang digunakan atau dengan kata lain jarak antar sekat semakin kecil, maka aliran akan bertambah derajat turbulensi aliran dan kerugian tekanan. Kern
menyarankan jarak antar sekat minimum 0,2 kali diameter selongsong sampai dengan maksimum sama dengan diameter selongsong.
Mukherjee 1988 mengemukakan pemotongan ideal untuk sekat diambil antara 20 - 35 diameter selongsong, lihat gambar 2.12.c. Apabila
pemotongan sekat diambil kurang dari 20 dengan maksud agar koefisien perpindahan kalor konveksi dalam sisi selongsong jadi bertambah lihat gambar
2.12.b atau pemotogan diambil lebih dari 35 dengan maksud agar kerugian tekanan jadi berkurang maka hasil yang diperoleh umumnya akan merugikan
lihat gambar 2.12.a.
a b
c Sumber: lit. 13
Gambar 2.12 : Efek dari sekat a pemotongan sekat kecil, b pemotongan sekat
besar dan jarak sekat kecil, c pemotongan sekat dan jarak sekat ideal
2.1.2.4 Penutup Cover
Penutup selongsong terdiri dari penutup stasioner front end stationer dan penutup bagian belakang rear end head.
a. Penutup stationer
Merupakan salah satu bagian ujung alat penukar kalor, lihat lampiran A. Pada bagian ini terdapat saluran masuk fluida yang akan mengalir dalam tabung. Ada
dua jenis penutup stasioner yaitu saluran channel dan topi bonnet. Apabila
Universitas Sumatera Utara
fluida dalam tabung bersih, maka biasanya dipergunakan penutup stasioner jenis topi tipe B, hal ini disebabkan karena pembersihan bagian dalam tabung,
penutup jenis topi harus dilepas seluruhnya. Ini berbeda dengan penutup stationer jenis saluran tipe A dan tipe C yang menyatu dengan pelat tabung dimana untuk
pembersihan bagian dalam dari tabung, dapat dilakukan dengan melepas penutupnya.
b. Penutup bagian belakang
Penutup bagian belakang ini terletak pada ujung lain dari alat penukar kalor, lihat lampiran A. Pada alat penukar kalor dengan pelat tabung seperti tipe L, M,
dan N perlu diperhatikan perbedaan koefisien pemuaian bahan selongsong dan bahan tabung. Untuk mengatasi perbedaan yang terjadi, maka dipasang expantion
joint pada selongsong. Untuk tipe S merupakan alat penukar kalor dengan pelat tabung yang digabung antara penahan dan penutupnya.
2.1.2.5 Pelat Tabung Tubesheet
Fungsi pelat tabung ini adalah sebagai tempat terpasangnya pipa. Pelat tabung ini dibuat tebal dan pipa harus terpasang rapat tanpa bocor pada pelat
tabung. Dengan konstruksi fluida yang mengalir pada selongsong tidak akan tercampur dengan fluida yang mengalir di dalam tabung. Penyambungan antara
pelat tabung dengan tabung merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan, karena segala kegagalan penyambungan ini akan menyebabkan
kebocoran dan pencampuran kedua fluida di dalam penukar kalor.
Terdapat dua jenis pelat tabung, yaitu: a.
Pelat tabung stasioner stationary tube sheet, dimana pelat tabung dipasang kokoh pada selongsong. Biasanya pelat tabung ini dipasang dengan cara
compression fitting dengan baut-mur. Untuk keperluan khusus dapat dilakukan sambungan las.
b. Pelat tabung mengambang floating tube sheet; pelat tabung ini tidak
diikatkan pada selongsong, tetapi terpasang dengan baik pada bundel tabung tube bundle. Pemakaian pelat tabung mengambang biasanya dimaksudkan
untuk mengatasi ekspansi termal pada operasi temperatur tinggi. Untuk
Universitas Sumatera Utara
mencegah tercampurnya fluida di dalam alat penukar kalor, pada bagian saluran tabung dipasang tutup pelat tabung.
Dari bentuk dan susunan lubang pada tube sheet dapat diketahui berapa lintasan aliran yang terjadi pada sisi tabung alat penukar kalor, lihat gambar 2.13.
Sumber: lit. 16 hal. 69
Gambar 2.13 : Susunan pelat tabung multi aliran dalam alat penukar kalor untuk
memudahkan sketsa maka tabung tidak ditunjukan
2.1.2.6 Nossel