Pengaruh Jumlah Grid terhadap Solusi Diskritasi Pengaruh Laju Aliran Massa terhadap APK Validasi

2.3.2 Pengaruh Jumlah Grid terhadap Solusi Diskritasi

Basic mesh adalah kondisi mesh pada level nol. Pada proses komputasi, konstruksi mesh cell adalah berupa kubus dengan ukuran yang sama di tiap area dan terdistribusi merata. Untuk mendapatkan hasil komputasi yang akurat, maka proses kontrol terhadap jumlah dan distribusi mesh perlu dilakukan. Contoh mesh pada perangkat lunak SolidWorks Flow Simulation adalah satu pilihan yang dapat digunakan untuk membangun konstruksi mesh yang optimal untuk melakukan proses solving terhadap daerah objek yang khusus maupun daerah dengan area yang kecil dalam objek. Terdapat dua metode yang digunakan untuk memeperbaiki kualitas mesh ini, yakni: 1. Meningkatkan level mesh Peningkatan level mesh adalah satu langkah yang merepresentasikan proses peningkatan jumlah mesh pada objek, serta memperbaiki non-optimal mesh. 2. Mendefenisikan control plane Pendefenisian ini dilakukan untuk mencegah penggunaan mesh yang berlebihan pada area yang kurang krusial. Jumlah grid sangat mempengaruhi hasil dari solusi dari diskritisasi, semakin banyak jumlah grid yang digunakan maka persamaan diskrit untuk penyelesaian menjadi semakin banyak pula, sehingga didapat solusi diskrit yang mendekati solusi eksaknya. Namun hal ini berakibat pada waktu yang dibutuhkan CPU untuk menyelesaikan persamaan menjadi lebih intensif dan lama. a b c Sumber: lit. 34 hal. 2.10 – 2.11 Gambar 2.27 : a level mesh 3 dan jumlah cell 6.476, b level mesh 5 dan jumlah cell 8.457, c level mesh 7 dan jumlah cell 33.293 Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Pengaruh Laju Aliran Massa terhadap APK

Pengaruh laju aliran massa terhadap alat penukar kalor dilakukan dengan memvariasikan laju aliran massa pada sisi selongsong fluida air 0,063 ms, 0,073 ms, 0,083 ms, dan 0,093 ms.

2.3.4 Validasi

Validasi adalah pembuktian hasil perancangan maupun hasil eksperimen dapat berupa perhitungan, gambar, dan tabel dengan sebagai bahan perbandingannya adalah hasil simulasi CFD sehingga mencapai hasil yang diinginkan atau mencapai simpangan yang terkecil. Dalam pembandingan antara hasil simulasi dengan perhitungan secara teoritis tentunya akan ada perbedaan hasil. Tingkat kesalahan nilai error dapat dihitung dengan: 2.80 Dimana: N perhitungan teoritis : nilai hasil perhitungan integrasi N hasil simulasi : nilai hasil simulasi : simpangan Universitas Sumatera Utara

BAB 3 PERANCANGAN ALAT PENUKAR KALOR

3.1 Detail Komponen-komponen Alat Penukar Kalor Penentuan detail geometri, tipe, dan dimensi dari komponen-komponen yang terdapat dalam selongsong dan tabung alat penukar kalor dilakukan berdasarkan standar TEMA. Jenis material yang digunakan ditentukan berdasarkan jenis-jenis material yang sering dan umum yang digunakan dalam dunia industri. Gambar 3.1 menunjukan gambar susunan alat penukar kalor dari komponen-komponen alat penukar kalor. Gambar 3.1 : Asemmbly alat penukar kalor Tabel 3.1 menunjukan desain alat penukar kalor yang dilakukan oleh peneliti MTM. Tabel 3.1: Data desain alat penukar kalor Tabung Selongsong Sekat - Jumlah lintasan = 1 - Jumlah tabung = 19 - Diameter tabung = 34” 0,0267 m - Bahan Kubo special tube ASME 304 - Susunan segitiga - Panjang = 1,26 m - Jumlah lintasan = 1 - Diameter selongsong = 0,1413 m - Bahan wrought stainless steel - Tebal 0.004 m - Tipe single segmental - Pemotongan sekat = 26,5 - Bahan wrought stainless steel - Jumlah sekat = 18 - Jarak sekat = 0,066 m Sumber: Lit. 22 Bundel tabung Nossel selongsong Nossel tabung sekat pelat tabung selongsong Penutup stasioner Universitas Sumatera Utara