Balige dalam mencegah penularan penyakit menular seksual khususnya pada PSK usia remaja dan menyadarkan mereka untuk tidak lagi menjadi PSK.
5.1.2. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diketahui bahwa tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan signifikan dalam pemanfaatan Klinik VCT. Hal
ini menunjukkan bahwa tinggi atau rendah tingkat pendidikan pekerja seks komersial tidak berpengaruh dalam pemanfaatan pelayanan VCT.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan rendah kurang begitu mengetahui manfaat perlunya dilakukan pemeriksaan secara berkala terhadap
penyakit menular seksual. Pendidikan rendah juga belum mendapatkan pengetahuan tentang sex education dalam pencegahan penularan penyakit menular. Oleh karena
pengetahuan yang rendah sehingga banyak responden yang tidak mengetahui tugas dan fungsi Klinik VCT dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular seksual. Hasil pengamatan peneliti saat dilapangan bahwa belum adanya kurikulum
pendidikan yang mempelajari sex education dalam hal pencegahan dan pemberantasan penyakit menular seksual dan khususnya penyakit HIVAIDS.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Menke 1997 yang menyebutkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pemanfaatan klinik VCT pada pasien terinfeksi HIVAIDS. Hasil penelitian Muller 2007 juga menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap
keingginan untuk memanfaatkan pelayanan Klinik VCT.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pendidikan tidak menunjukkan pengaruh terhadap pemanfaatan Klinik VCT HIVAIDS disebabkan informasi tentang HIVAIDS tidak menjadi fokus
pada sarana pendidikan. Pengetahuan tentang penyebab, penularan dan pengobatan HIVAIDS selama ini lebih banyak diperoleh dari media massa atau kelompok-
kelompok pendukung ODHA Hutchinson, 2006 Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Toba Samosir dengan secara
intensive melakukan penyuluhan kesehatan dan memberikan penyuluhan mengenai risiko penyakit menular seksual dan cara pencegahannya ke daerah lokalisasi dan
juga di sekolah-sekolah. 5.1.3. Lama Kerja
Lama kerja merupakan waktu yang dijalani responden berprofesi sebagai Pekerja Seksual Komersil PSK yang berada di Kabupaten Tobasa. Berdasarkan
hasil uji regresi lama kerja memiliki pengaruh signifikan dalam pemanfaatan Klinik VCT KPAD Balige.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyaknya PSK yang datang dari luar daerah Balige dan yang baru tersebut tidak mengetahui keberadaan klinik VCT
KPAD Balige. PSK yang baru tersebut biasanya datang oleh karena ajakan teman dan juga pemanggilan via telepon dari para pelanggannya yang mengajak PSK tersebut ke
Balige. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutchinson
2006 yang menyimpulkan bahwa lama kerja sebagai PSK merupakan salah atu
Universitas Sumatera Utara
faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan di Klinik VCT HIVAIDS. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Muller 2004 yang
menyimpulkan bahwa lama kerja berpengaruh terhadap status kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Klinik VCT HIVAIDS.
Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Toba Samosir pendekatan secara persuasif kepada para PSK yang baru untuk dapat menjaga diri dari PMS dan
mengajak para PSK tersebut untuk tidak tertular penyakit menular seksual. Untuk itu juga perlu dilakukan sosialisasi pemakaian kondom dilokalisasi PSK.
5.1.4. Tingkat Pendapatan
Pendapatan merupakan upah yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang ditetapkan berdasarkan Upah Minimum Kabupaten UMK Rp. 765.000,-
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan memiliki pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan
di klinik VCT KPAD Balige. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PSK yang tidak memanfaatkan
Klinik VCT KPAD Balige karena tidak mengetahui bahwa klinik VCT KPAD Balige tidak memungut biaya konsultasi ataupun biaya obat jika datang ke klinik tersebut.
Disamping hal tersebut, para PSK memiliki persepsi jika berobat ke Klinik VCT KPAD Balige harus mengeluarkan biaya. Oleh karena persepsi tersebut, para PSK
tidak mau berobat karena harus menyisihkan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Dengan penghasilan di bawah UMK adalah sangat berat untuk
mengunjungi Klinik VCT untuk melakukan pemeriksaan dan konsultasi.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian mengenai variabel pendapatan belum dapat ditemukan, walaupun telah dilakukan berbagai upaya pencarian melalui buku bacaan di perpustakaan,
jurnal-jurnal; penelitian, browsing internet. Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kab. Toba Samosir meningkatkan
kerja sama lintas sektor terhadap instansi terkait mengingat berdasarkan wawancara terhadap para PSK banyak yang berpenghasilan di bawah UMK agar menciptakan
lapangan kerja yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhan hidup. Upaya lain yang dilakukan berupa sosialisasi keberadaan Klinik VCT KPAD
Balige mengenai pelayanan yang diberikan di dalam gedung maupun di dalam gedung dan juga Klinik VCT tidak membebani biaya konsultasi, pengobatan maupun
test HIVAIDS terhadap pasien. 5.2
Pengaruh Pengetahuan tentang HIVAIDS Terhadap Pemanfaatan Klinik VCT KPAD Balige
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui melalui pengindaraan mengenai penyakit HIVAIDS yang meliputi penularan, pencegahan, kelompok risiko
tinggi, kerentanan, pemanfaatan pelayanan kesehatan VCT, dan pengobatan penyakit HVAIDS. Berdasarkan hasl uji regresi linier berganda dapat diketahui bahwa
pengetahuan tentang HIVAIDS memiliki pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Klinik VCT KPAD Balige.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang HIVAIDS sejak dini akan melakukan pencegahan agar tidak tertular dengan
melakukan kunjungan ke Klinik VCT dan secara rutin melakukan pemeriksaan diri.
Universitas Sumatera Utara
Tetapi responden dengan pengetahuan kurang dan sedang tentang penyakit HIVAIDS tidak memanfaatkan Klinik VCT karena tingkat pendidikan, pendapatan
dan juga umur yang masih remaja. Tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, dan juga umur remaja menjadi suatu dilema karena tingkat pendidikan rendah
tidak mempelajari sex education dalam pencegahan PMS. Pendapatan yang rendah tidak memungkinkan PSK untuk datang ke Klinik VCT karena mengingat biaya
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan juga biaya berobat tidak cukup uang. Usia remaja juga tidak banyak mengetahui sex education khususnya
HIVAIDS sehingga tidak memanfaatkan Klinik VCT KPAD Balige untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian kohort yang dilakukan Roura di Tanzania 1994 yang menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang HIVAIDS
memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan di Klinik VCT HIVAIDS. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andersen 2002 yang menyebutkan
bahwa ODHA yang mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih baik terhadap penyakit HIVAIDS akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan
di Klinik VCT. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutchinson
2006 yang menyimpulkan bahwa pengetahuan mengenai penularan penyakit menular seksual mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan di Klinik VCT
KPAD Balige. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Muller 2004 yang menyimpulkan bahwa pengetahuan mengenai penularan penyakit menular seksual
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap status kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Klinik VCT komite penanggulangan AIDS.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Berhane di Ethiopia 2004 yang menyimpulkan bahwa pengetahuan mengenai pengobatan penyakit menular seksual
berpengaruh terhadap pemanfaat Klinik VCT komite penanggulangan AIDS. Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kab. Toba Samosir dalam
meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya para PSK melalui kegiatan penyuluhan secara intensif mengenai penyakit menular seksual dan sex education
kepada para PSK. Upaya yang dilakukan Klinik VCT KPAD Balige agar membentuk suatu
kelompok komunitas ODHA Orang Dengan HIVAIDS dalam melaksanakan sosialisasi dan menjaring PSK lain yang belum memanfaatkan keberadaan Klinik
VCT serta memberikan informasi bahwa Klinik VCT tidak membebani pasien dengan biaya konseling, pengobatan maupun pemeriksaan test HIVAIDS.
Penyuluhan atau penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan PSK tentang HIVAIDS, dapat dilakukan secara langsung, yaitu dengan cara
mendatangi lokalisasi tempat beroperasinya PSK tersebut, atau seperti yang dinyatakan oleh WHO, yaitu dengan cara memanfaatkan media massa berupa
selebaran, pamflet, siaran interaktif melalui radio memberitakan mengenai penyakit menular seksual.
Menurut, Notoatmodjo 1993 tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu; a tahu, b memahami, c aplikasi, d analisis,
Universitas Sumatera Utara
e sistesis dan f evaluasi. Jadi dengan penyampaian informasi mengenai penyakit HIVAIDS yang berkesinambungan diharapkan dapat mengubah pola pikir PSK
menjadi : 1.
Tahu tentang keberadaan Klinik VCT KPAD Balige 2.
Memahami pentingnya pemeriksaan kesehatan terutama pemeriksaan penyakit menular seksual secara rutin
5.3. Keterbatasan Peneliti