PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BELIEF SISWA ANTARA SISWA YANG DIBERI PMR DENGAN PBM DI SD N 1 TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA PROVINSI ACEH.

(1)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH DAN BELIEF SISWA ANTARA SISWA YANG

DIBERI PMR DENGAN PBM DI SD N 1 TRIENGGADENG

KABUPATEN PIDIE JAYA

PROVINSI ACEH

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh:

MUHAMMAD ICHSAN NIM : 8146181018

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2016


(2)

i ABSTRAK

Muhammad Ichsan.8146181018. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Belief Siswa Antara Siswa Yang Diberi PMR Dengan PBM Di SD N 1 Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2016.

Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diajarkan dengan PMR dan PBM; (2) perbedaan rata-rata peningkatan belief (keyakinan) siswa antara siswa yang diajarkan dengan PMR dan PBM; (3) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa antara yang diajarkan dengan PMR dan PBM; (4) peningkatan belief (keyakinan) siswa antara siswa yang diajarkan dengan PMR dan PBM. Penelitian berbentuk Pre Experimental Design dengan desain penilitian Two Group Pretest-Posttest. Intrumen dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan pemecahan masalah dan angket belief siswa. Adapun analisis data menggunakan uji-t dan gain score. Dari hasil penelitian menunnjukkan : (1) terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah, siswa yang diajarkan dengan PMR lebih baik daripada dengan PBM, hal ini berdasarkan nilai thitung (=0,001) sehingga terdapat perbedaan karena sig (2-tailed) < 0,05 dan thitung bernilai positif; (2) terdapat perbedaan belief (keyakinan) siswa, siswa yang diajarkan dengan PMR lebih baik daripada dengan PBM, hal ini berdasarkan nilai thitung(=0,001) sehingga terdapat perbedaan karena sig (2-tailed) < 0,05 dan thitung bernilai positif; (3) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan PMR lebih tinggi dari PBM, hal ini berdasarkan gain score; (4) peningkatan belief (keyakinan) siswa yang diajarkan dengan PMR lebih tinggi dari PBM, hal ini berdasarkan gain score.

Kata Kunci: pecahan, pendekatan matematika realistik, kemampuan pemecahan masalah, belief siswa, pembelajaran berbasis masalah.


(3)

ii ABSTRACT

Muhammad Ichsan.8146181018.The differences in problem solving ability and “belief” between PMR and PBM Performance of SD N 1 TriengGadengKabPidie Jaya, Aceh Province. Graduate study of Unimed University 2016.

The aim of this study are to know: (1) the differences average enhancement value of students’ problem solving ability that was taught with PMR and PBM Performance. (2) The differences average enhancement ofstudent’s “belief” between PMR and PBM Performance. (3) The enhancement of students’ ability in problem solving between PMR and PBM Performance. (4) The enhancement of student’s “belief” between PMR and PBM Performance. The method that was used in this study is pre experimental design as pretest and posttestresearch designed. The instruments that were used in this study are problem solving test and observation sheet of student’s “belief”. The data analysis was used in this study are ttable and gain score. The result of this study showed that: (1) there was a difference in students’ problem solving ability. The students that were taught with PMR better than PBM Performance. It was proved fromttablevalue (=0.001) as Sig (2-tailed) <0.05 and ttable was positive. (2) There is a difference in students’ “belief”. Students that was taught with PMR better than PBM performance. It was proved fromttablevalue (=0.001) as Sig (2-tailed) <0.05 and ttable was positive. (3) The students’ problem solving ability that was taught with PMR is higher than PBM performance. It was proved in gain score. (4) The enhancement of student’s “belief” that was taught with PMR is higher than PBM performance. It was proved in gain score.

Key words: Fraction, realistic mathematics approach, student’s belief, students problem solving ability, students problem-based learning


(4)

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Belief Siswa Antara Siswa Yang Diberi PMR Dengan PBM Di SD N 1 Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh”. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Pendidikan pada Prodi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulisan tesis ini tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dihadapi, namun tesis ini dapat terselesaikan dengan usaha peneliti dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Unimed yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan perkuliahan. 2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. selaku Direktur PPs Unimed.

3. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Dasar, dan Bapak Dr. Daulat Saragi, M.Hum. selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Dasar. 4. Bapak Dr. Kms. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd dan Bapak Dr.Zulkifli

Matondang, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan ilmu, dan memotivasi dalam penyelesaian tesis.

5. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Dr. Edy Surya., M.Si., dan Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si. selaku dosen narasumber/penguji tesis yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan tesis ini.

6. Bapak/Ibu dosen Prodi Pendidikan Dasar yang telah memberikan ilmu, motivasi dan saran yang bermanfaat selama perkuliahan berlangsung.

7. Seluruh staff pegawai PPs Unimed, terkhusus kepada Abangda Hizrah Syahputra Harahap yang telah banyak memberikan saran, dan bantuan sejak peneliti melaksanakan perkuliahan perdana sampai pada penyusunan berkas. 8. Bapak Marhaban, S.Pd.M.Pd. selaku Kepala SD N 1 Trienggadeng, dan Ibu


(5)

2

9. Yang tercinta Ayahanda Alm Hanafi dan Ibunda Siti Maryam yang telah memberikan semangat dan bantuan secara riil maupun materiil, memberikan ilmu yang bermanfaat dunia akhirat, serta tidak hentinya memberikan doa untuk keberhasilan dan kebahagiaan peneliti.

10. Abang Mahyudin, Mahmudi, T Yulius, Zaini dan Kakak Yulinar, Marsa Fitri dan Rahma Yanti yang senantiasa menemani suka duka, memberikan bantuan, saran, motivasi, serta selalu mendoakan peneliti.

11. Teman-teman seperjuangan kelas A2 Reguler 2014 dan konsentrasi Matematika, khususnya teman-teman yang telah membantu penelitian yaitu, Sukardo Sitohang, Syahrol, Yudi Umara, Emha Fydian Akhadi, Linda Haryati Siregar, Yulinda, Mutia Sari, Rizki Nurjehan, Rinton Simamora, Maisarah, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

12. Sahabat tersayang Jailani M Yunus, Yusri Hasan, Mursalin, Musriadi, Abdul Halim, Masyhur, Suhaili Zulkifli, Subki Iqbal Zulkifli, Al Mahdi, Mirsal Abdullah, Isra Saputra, Faisal Nurdin, Zulwanis, Jam’an Ishak, Rahmad Husaini, Ainsyah, Yessy Jurnala dan Mayasari Finnur yang senantiasa menemani, membantu, memotivasi, memberikan doa serta dukungan kepada peneliti.

“Tiada Gading yang Tak Retak” kiranya pepatah tersebut dapat mengungkapkan bahwa penulisan tesis masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, peneliti harapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 20 Mei 2016 Penulis

MUHAMMAD ICHSAN NIM.8146181018


(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 12

1.3. Batasan Masalah ... 13

1.4. Rumusan Masalah ... 13

1.5. Tujuan Penelitian ... 14

1.6. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 16

2.1.1.Hakikat Kemampuan Pemecahan Masalah ... 16

2.1.2.Belief Siswa... 21

2.1.3.Model Pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik ... 28

2.1.4.Contoh PMR Untuk Mengetahui Kemampuan Pemecahan Masalah dan Belief Siswa ... 41

2.1.5.Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 43

2.1.6.Contoh PBM Untuk Mengetahui Kemampuan Pemecahan Masalah dan Belief Siswa ... 50

2.1.7.Teori Belajar Relevan ... 52


(7)

vi

2.3. Kerangka Konseptual ... 60

2.4. Hipotesis Penelitian ... 63

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 64

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 64

3.3. Variabel Penelitian ... 65

3.4. Definisi Operasional ... 66

3.5. Jenis dan Desain Penelitian ... 67

3.6. Prosedur Penelitian ... 68

3.7. Instrumen Pengumpulan Data ... 72

3.7.1.Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 72

3.7.2. Tes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 75

3.7.3. Hasil Uji Coba Instrumen ... 77

3.8. Teknik Analisis Data ... 81

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 81

3.8.2. Analisis Statistik Inferensial ... 81

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian... 86

4.1.1.Deskripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 87

4.1.2.Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 91

4.1.3.Deskripsi Pretes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 96

4.1.4.Deskripsi Postes Belief Siswa terhadap Matematika ... 101

4.2. Pembahasan... 108

4.2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 108

4.2.2. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 111

4.2.3. Belief Siswa Terhadap matematika ... 113


(8)

vii BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ... 116

5.2. Implikasi ... 117

5.3. Saran ... 118


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 : Pendapat Ahli tentang Macam-macam Keyakinan Matematik

Siswa ... 27

Tabel 2.2 : Sintaks PMR ... 37

Tabel 2.3 : Implementasi PMR dalam Kegiatan Belajar Mengajar... 40

Tabel 2.4 : Langkah-langkah PBM... 50

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... ... 64

Tabel 3.2 : Desain Penelitian... 67

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 72

Tabel 3.4 : Aspek Penilaian Belief Siswa ... 76

Tabel 3.5 : Skor Angket Beliefs Siswa ... 77

Tabel 3.6 : Hasil validitas ... 77

Tabel 3.7 : Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 78

Tabel 3.8 : Hasil Uji Daya Beda ... 78

Tabel 3.9 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (setelah uji Coba) ... 79

Tabel 3.10 : Kisi-kisi Angket Belief Siswa (setelah validasi) ... 80

Tabel 3.11 : Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis, Alat Uji dan Uji Statistik ... 84

Tabel 4.1 : Deskripsi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah... 87

Tabel 4.2 : Nilai Pretes Kelas PMR ... 87

Tabel 4.3 : Nilai Pretes Kelas PBM ... 88

Tabel 4.4 : Uji Normalitas Pretes Kemampuan Pemaecahan Masalah ... 89

Tabel 4.5 : Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 90

Tabel 4.6 : Uji Perbedaan Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 91

Tabel 4.7 : Deskripsi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 92

Tabel 4.8 : Nilai Postes Kelas PMR ... 92

Tabel 4.9 : Nilai Postes Kelas PBM ... 92


(10)

ix

Tabel 4.11 : Uji Homogenitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 95

Tabel 4.12 : Uji Perbedaan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 96

Tabel 4.13 : Deskripsi Pretes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 97

Tabel 4.14 : Nilai Pretes Belief Kelas PMR ... 97

Tabel 4.15 : Nilai Pretes Belief Kelas PBM ... 97

Tabel 4.16 : Uji Normalitas Pretes Belief Siswa Terhadap Matematika... 98

Tabel 4.17 : Uji Homogenitas Pretes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 100

Tabel 4.18 : Uji Perbedaan Pretes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 101

Tabel 4.19 : Deskripsi Postes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 101

Tabel 4.20 : Nilai Postes Belief Kelas PMR... 102

Tabel 4.21 : Nilai Postes Belief Kelas PBM... 102

Tabel 4.22 : Uji Normalitas Postes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 103

Tabel 4.23 : Uji Homogenitas Postes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 104

Tabel 4.24 : Uji Perbedaan Postes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 105

Tabel 4.25 : Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 106


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 : Permasalahan Siswa A ... 4

Gambar 1.2 : Permasalahan Siswa B... 5

Gambar 2.1 : Aspek-aspek dalam Sistem Keyakinan Matematik Siswa... 24

Gambar 2.2 : Faktor-faktor Pembentuk Keyakinan Matematik Siswa ... 25

Gambar 2.3 : Proses Pembentukan Keyakinan Matematik Siswa ... 25

Gambar 2.4 : Model Skematis Proses Matematisasi Siswa ... 35

Gambar 2.5 : Pemetaan PMR, Kemampuan Pemecahan Masalah dan Belief .. 42

Gambar 2.6 : Pemetaan PBM, Kemampuan Pemecahan Masalah dan Belief .. 52

Gambar 3.1 : Prosedur Penelitian... 71

Gambar 4.1 : Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan masalah ... 89

Gambar 4.2 : Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 94

Gambar 4.3 : Normalitas Pretes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 99

Gambar 4.4 : Normalitas Postes Belief Siswa Terhadap Matematika ... 103

Gambar 4.5 : Kemampuan Pemecahan Masalah di Kelas PMR dan PBM ... 106


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1-a : RPP PBM ... 127

Lampiran 1-b : RPP PMR ... 139

Lampiran 2-a : Lembar Kerja Siswa (PBM) ... 151

Lampiran 2-b : Lembar Aktivitas Siswa (PMR) ... 164

Lampiran 3-a : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 179

Lampiran 3-b : Angket Belief Siswa Terhadap Matematika ... 186

Lampiran 4-a : Hasil Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah ... 189

Lampiran 4-b : Hasil Validasi Angket Belief Siswa ... 191

Lampiran 5-a : Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (Setelah Uji Coba) ... 192

Lampiran 5-b : Kunci Jawaban Kemampuan Pemecahan Masalah ... 197

Lampiran 5-c : Angket Belief Siswa (Setelah Uji Coba) ... 200


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting, sebab melalui pendidikan dapat dibentuk kepribadian anak. Pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menolong anak didik menjadi matang kedewasaannya (Purwanto, 2011:20).

Pendidikan memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan ini adalah suatu ketetapan yang ada pada Undang Undang Nomor 20 tahun 2003. Pendidikan bagi seorang anak dimulai dari pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Pembelajaran di Sekolah Dasar ( SD ) merupakan cikal bakal pendidikan formal yang harus dijalani seorang anak dalam pertumbuhannya. Dalam pelaksanaannya pendidkan di SD berdasarkan kurikulum SD/MI memuat delapan mata pelajaran, yang salah satu mata pelajarannya adalah matematika. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD memiliki tujuan agar siswa dapat memiliki kemampuan berpikir logis, analitis,


(14)

2

sistematis, kritis, dan kreatif, juga memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik.

Hasil studi TIMMS dan PISA menunjukkan bahwa kemampuan siswa khususnya dalam bidang matematika masih dibawah standar internasional. Hasil terbaru TIMSS 2011 menempatkan Indonesia di peringkat ke-38 dari 42 negara (HSRC & IEA, 2012) dan hasil terbaru PISA 2012 lebih memprihatinkan lagi, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara (OECD, 2013).

Padahal dalam penyajian pelajaran matematika, siswa diharapkan mampu memecahkan masalah dengan kemampuan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2006 tentang Standar Isi (Wijaya 2012: 16), yaitu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang pendekatan matematika, menyelesaikan pendekatan, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.


(15)

3

Berdasarkan lima tujuan yang telah dikemukakan, kemampuan pemecahan masalah memegang peranan penting, karena selain sebagai tuntutan pembelajaran matematika, kemampuan tersebut juga bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung oleh fakta bahwa poin utama penilaian pada studi internasional seperti Thrends International Mathematics Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment (PISA) adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Siswono (dalam Suci: 2011), menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespons atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Namun kenyataannya, pembelajaran matematika disekolah selama ini kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Ruseffendi (Firdaus, 2009) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain Ruseffendi juga mengemukakan bahwa suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika: pertama, persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya, terlepas daripada apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya.


(16)

4

Pada sebuah masalah, kemampuan pemecahan masalah merupakan sebuah ketrampilan yang harus dimiliki setiap siswa. Siswa yang memliki kemampuan pemecahan masalah akan dengan mudah menyelesaikan soal mengenai pecahan. Tetapi siswa tersebut menjadi kesulitan dalam menjawab bagaimana menjumlahkan pecahan yang berpenyebut sama. Hal tersebut terjadi karena siswa bukan hanya menjumlahkan pembilangnya saja tapi juga menjumlahkan penyebutnya juga.

Observasi awal dilakukan SD N 1 Trienggadeng, dalam observasi awal dilakukan dengan menyebarkan tiga buah soal mengenai pecahan pada siswa Kelas V di SD N 1 Trienggadeng Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil observasi awal disajikan pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Permasalahan Siswa A

Pada Gambar 1.1 kesalahan yang dilakukan siswa adalah ikut menjumlahkan penyebut. Padahal, jika penyebutnya sudah sama pecahan tersebut bisa langsung dijumlahkan pembilang tanpa menjumlahkan penyebut. Permasalahan juga terjadi pada nomor soal berikutnya namun pada siswa yang berbeda sebagaimana disajikan pada gambar 1.2.

Kesalahan yang dilakukan siswa saat

menjumlahkan soal pecahan yang berpenyebut sama.


(17)

5

Gambar 1.2 Permasalahan Siswa B

Pada Gambar 1.2 kesalahan yang dilakukan siswa yaitu siswa menjumlahkan tanpa terlebih dahulu menyamakan penyebutnya. Berdasarkan hasil observasi, maka dapat simpulkan bahwa siswa A mengalami kesalahan dalam menjumlahkan pecahan, siswa B mengalami kesalahan karena tidak mengetahui bagaimana menjumlahkan pecahan yang tidak sama penyebut. Permasalahan yang terjadi pada kedua siswa tersebut dikarenakan kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah.

Adam dan Hamm (Wijaya, 2012:5) menyebutkan empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika, yaitu: 1) Matematika sebagai suatu cara untuk berfikir, 2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan (pattern and relationship), 3) Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool), 4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi.

Begitu pentingnya peranan matematika, seharusnya membuat matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang menyenangkan dan digemari oleh siswa. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mata pelajaran matematika masih merupakan pelajaran yang dianggap sulit, membosankan dan sering

Kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan


(18)

6

menimbulkan masalah dalam belajar. Kondisi ini mengakibatkan mata pelajaran matematika tidak disenangi, tidak diperdulikan dan bahkan diabaikan. Hal ini tentunya menimbulkan kesenjangan yang cukup besar antara apa yang diharapkan dari belajar matematika dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Di satu sisi matematika mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan daya nalar, berpikir logis, sistematis dan kreatif. Di sisi lain banyak siswa yang tidak menyenangi mata pelajaran matematika.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam rangka membangun pemahaman siswa yang nantinya diharapkan bermuara pada peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan matematika. Upaya-upaya yang dimaksud di antaranya penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar atau bahan ajar atau buku referensi lainnya, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan lainnya baik melalui pelatihan, seminar dan kegiatan pendidikan, serta peningkatan

kualifikasi pendidikan mereka. Namun demikian, semua usaha tersebut

nampaknya belum membuahkan hasil yang optimal. Berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan, terlebih lagi pendidikan matematika yang secara otomatis menyentuh prestasi belajar matematika siswa mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah sampai kepada perguruan tinggi masih belum meningkat secara signifikan. Padahal menurut Hudoyo (dalam Rembe, 2014:3) hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap mata pelajaran matematika setelah menempuh proses pembelajaran yang terlihat pada nilai yang diperoleh siswa dari tes hasil belajarnya.


(19)

7

Upaya meningkatkan prestasi belajar matematika rupanya harus dilakukan dengan kerja keras serta harus menghadapi berbagai hambatan, antara lain: 1) pelajaran matematika masih menjadi mata pelajaran yang “menakutkan” bagi siswa, sehingga siswa atau masyarakat umum beranggapan bahwa mata pelajaran matematika itu adalah mata pelajaran yang hanya berkutat pada angka-angka saja; 2) sering terdengar nada-nada miring yang tersebar di masyarakat terkait dengan diberikannya pelajaran matematika di sekolah, di mana mereka beranggapan bahwa mata pelajaran matematika tidak ada manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Disebutkan bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik bagi para siswa SD sampai SMA serta bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Sikap antipati ini disebabkan karena siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit dan hanya merupakan ilmu murni yang kerjanya bergulat dengan angka-angka saja.

Dalam proses pembelajaran matematika selama ini, guru menerapkan strategi klasikal dengan metode ceramah menjadi pilihan utama sebagai metode pembelajaran. Pola pembelajaran atau urutan sajian materi dalam pembelajaran matematika yang biasa dilakukan selama ini adalah (1) pembelajaran diawali penjelasan singkat materi oleh guru, siswa diajarkan teori, defenisi, teorema yang harus dihafal, (2) pemberian contoh soal dan (3) diakhiri dengan latihan soal. Dalam latihan soal, siswa selalu diarahkan untuk menjawab “benar” untuk setiap jawaban benar, kemampuan berpikir siswa lebih ditekankan tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pola


(20)

8

pembelajaran konvensional seperti di atas dilakukan secara monoton dari waktu ke waktu.

Dalam pembelajaran ini konsep yang diterima siswa hampir semuanya berasal dari “apa kata guru”. Konsekuensinya, bila siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, maka siswa cenderung membuat kesalahan. Pengetahuan yang dimiliki siswa hanya bersifat prosedural yaitu siswa cenderung menghafal contoh-contoh yang diberikan oleh guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif siswa. Siswa akan menemui hambatan jika diberikan soal yang tidak bisa diselesaikan dengan rumus secara langsung, tetapi melalui penerapan beberapa rumus atau konsep. Boleh dibilang siswa memiliki “senjata canggih” tetapi tidak mengetahui cara menggunakannya. Oleh karenanya dari keadaan yang dialami oleh para siswa tersebut, akan berimbas menjadi ketidak percayaan mereka kepada pelajaran matematika. Keyakinan (belief) siswa terhadap matematika mempengaruhi bagaimana ia “menyambut” pelajaran matematikanya. Keyakinan yang salah, seperti menganggap matematika sebagai pelajaran yang sangat sulit, sangat abstrak, penuh rumus, dan hanya bisa “dikuasai” oleh anak-anak jenius, menjadikan banyak siswa yang cemas berlebihan menghadapi pelajaran dan ulangan/ujian matematikanya. Padahal kecemasan yang berlebihan tentulah berdampak negatif terhadap hasil ujian/ulangan yang diperoleh. Terkait Belief terhadap matematika, Schoenfeld (Widjajanti, 2009:3) mendefinisikannya sebagai “an individual’s understanding and feelings that shape the ways that the individual conceptualizes and engages in mathematical behavior”.


(21)

9

Belajar erat kaitannya dengan pembelajaran. Belajar merupakan suatu tujuan sedangkan pembelajaran adalah sarana atau cara untuk mencapai tujuan( Seels & Richey, dalam Afriliana, 2014). Pembelajaran menurut Kemp (Rusman, 2012:132) adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Oleh karenanya dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran untuk membangkitkan semangat peserta didik agar aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran adalah dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Pendekatan Matematika Realistik (PMR) adalah padanan Realistic Mathematics Education (RME), sebuah pendekatan khusus bagi

pembelajaran matematika yang dikembangkan di Frudenthal di Belanda.

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Soviawati (2011: 81) pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu

Penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) diduga dapat memberikan sumbangan alternatif pemecahan masalah pembelajaran matematika,


(22)

10

khususnya dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Di SD, penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dalam pembelajaran matematika dimungkinkan karena topik-topik matematika yang diajarkan di SD umumnya sebagian besar masih dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, menurut Piaget walaupun siswa SD sudah berada pada tahap operasional formal, namun perubahan dari tahap operasional konkrit ke tahap operasional formal tidak berlangsung secara mendadak tetapi secara bertahap, sehingga siswa SD yaitu pada usia 7-13 tahun proses berpikirnya belum sepenuhnya bersifat abstrak, sehingga masih membutuhkan benda-benda nyata dalam pembelajarannya.

Selain Pendekatan Matematika Realistik, agar suatu pembelajaran terlihat aktif bisa juga digunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu solusi untuk mengatasi pembelajaran yang menjenuhkan dan membosankan, dimana pada pembelajaran ini sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Margetson (Rusman, 2012: 23) pembelajaran berbasis masalah (PBM) membantu untuk meningkatkan perkembangan ketrampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Trianto (2011: 90) mengemukakan Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, kemampuan memecahkan masalah, dan keterampilan menerapkan


(23)

11

konsep. Dengan demikian PBM menghendaki agar siswa aktif untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

Berdasarkan model pembelajaran tersebut, maka Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan alternatif model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berperan aktif. Hal tersebut sejalan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu yang membahas mengenai model pembelajaran PMR dan PBM. Dari hasil penelitian Soviawati (2011) yang berjudul Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Untuk meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa di Tingkat Sekolah Dasar, berpendapat “dengan menggunakan PMR, siswa lebih mudah menguasai konsep dan materi pelajaran dan tidak cepat lupa dengan apa yang telah diperolehnya tersebut”. Hasil penelitian lainnya, Afriliana (2014) Pengembangan Bahan Ajar Bentuk Komik dan Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD N 060843 Kec Medan Barat mengatakan “hasil belajar siswa dengan bahan ajar yang dikembangkan dengan Pendekatan Matematika Realistik mengalami peningkatan yang sangat baik dan penerapan bahan ajar yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik sangat efektif”.

Astika, dkk (2013) Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir, mengatakan “terdapat perbedaan, keterampilan berpikir kritis antara siswa yang belajar mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran ekspositori dan ini berarti pembelajaran berbasis masalah


(24)

12

mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran”. Sari, S.

dkk (2014) Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014, “Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan PBM lebih tinggi daripada siswa yang diajar secara konvensional dan PBM memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa terutama dalam hal mengecek kembali dan menarik kesimpulan”.

Beberapa hasil penelitian di atas membuktikan bahwa model pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah dapat mempengaruhi berbagai kemampuan matematis siswa. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mencoba melakukan penelitian berjudul “PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN

BELIEF SISWA ANTARA SISWA YANG DIBERI PMR DENGAN PBM

DI SD N 1 TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA PROVINSI ACEH”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berpijak pada latar belakang yang diuraikan di atas, maka terkait dengan pembelajaran matematika siswa dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana pembelajaran matematika siswa SD 1 Trienggadeng.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar matematika siswa.


(25)

13

4. Rendahnya belief siswa terhadap matematika.

5. Guru belum pernah menerapkan model Pendekatan Matematika Realistik.

6. Guru belum pernah menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah.

1.3. Batasan Masalah

Idealnya semua masalah yang diidentifikasi harus dikaji agar diperoleh peningkatan prestasi belajar matematika yang optimal. Mengingat kompleknya permasalahan seperti yang telah diungkapkan pada identifikasi masalah di atas serta terbatasnya dana, waktu, alat, dan kemampuan maka pengkajian pada penelitian ini hanya terbatas pada prestasi belajar matematika, sebagai akibat dari pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika dan Belief yang dimiliki siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diajarkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dengan siswa yang diajarkan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah?

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata peningkatan Belief (keyakinan) siswa terhadap matematika yang diajarkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dengan siswa yang diajarkan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah?


(26)

14

3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah setelah diajarkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah?

4. Bagaimanakah peningkatan Belief (keyakinan) siswa terhadap matematika setelah diajarkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah?

1.5. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu yang akan dicari solusinya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diajarkan dengan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah.

2. Untuk menganalisis perbedaan rata-rata peningkatan belief siswa terhadap matematika setelah diajarkan dengan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah.

3. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap matematika setelah diajarkan dengan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah.

4. Untuk menganalisis peningkatan belief siswa terhadap matematika setelah diajarkan dengan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah.


(27)

15

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru

Penelitian ini akan memberikan pengalaman yang bermanfaat dalam merancang Pendekatan Matematika Realistik (PMR) serta Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan memfasilitasi pembelajaran. Dari pengalaman tersebut diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran, LKS dan sumber belajar sejenis pada pokok bahasan yang lain dan dapat mengimplementasikannya dalam kelas.

2. Bagi siswa

Penelitian ini akan sangat bermanfaat karena secara tidak langsung mereka terbantu dalam diajar konsep-konsep matematika yang sangat memberi peluang bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar mereka secara optimal. Hal ini disebabkan karena Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) memberikan kesempatan yang luas untuk mengeluarkan ide-idenya dan materi yang dipelajari dirancang sehingga siswa menjadi lebih tertarik belajar matematika.

3. Untuk Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan strategi pembelajaran yang mengaitkan materi ajar dengan hasil yang diharapkan. Hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang rinci tentang keunggulan dan kelemahan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah yang teruji secara eksperimen.


(28)

117

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Model pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) memberikan pengaruh terhadap

kemampuan pemecahan masalah dan belief siswa terhadap matematika.

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian seperti yang

telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapan simpulan

sebagai berikut:

1) Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang

diberi pendekatan PMR dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan

PBM. Siswa yang diberi PMR memiliki kemampuan pemecahan masalah

yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan PBM.

2) Terdapat perbedaan belief antara siswa yang diberi PMR dengan siswa

yang diberi pendekatan PBM. Siswa yang diberi PMR memiliki belief siswa

terhadap matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

diberi pendekatan PBM.

3) Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi

PMR lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan PBM.

Berdasarkan prinsip-prinsip kedua model pembelajaran, kegiatan siswa di

kelas PMR mengutamakan objek-objek nyata yang dikemas dalam bentuk

masalah kontekstual melalui gambar dua dimensi yang terdapat pada LAS


(29)

118

sehingga siswa di kelas PMR lebih memahami untuk mengklasifikasikan

objek-objek yang terdapat pada konsep dan menghubungkannya dengan

benda nyata atau kontekstual. Kegiatan di kelas PBM mengutamakan

kemampuan siswa memecahkan masalah serta membangun pengetahuannya

sendiri melalui aktivitas belajar.

4) Peningkatan belief siswa yang diberi PMR lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa yang diberi pendekatan PBM. Berdasarkan sintaks kedua

model pembelajaran belief siswa di kelas PMR akan lebih baik karena siswa

aktif dengan kegiatan menganilisis objek-objek nyata, sehingga siswa akan

merasa senang, termotivasi, dan percaya diri ketika proses pembelajaran

berlangsung. Belief siswa di PBM justru rendah karena beberapa siswa

merasa takut, bingung dan khawatir dalam menyelesaikan masalah, bahkan

siswa merasa malu atau tidak percaya diri apabila salah memberikan

pendapat ketika berdiskusi.

5.2. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas menyatakan bahwa

pengaruh model pembelajaran PMR lebih baik dibandingkan dengan PBM

terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dan pengaruh model

pembelajaran PMR lebih baik dibandingkan dengan PBM terhadap belief siswa.

Siswa yang diajar dengan PMR memiliki kemampuan pemecahan masalah yang

lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan PBM pada materi pecahan di

SD N 1 Trienggadeng. Siswa yang diajar dengan PMR mengalami belief yang

lebih tinggi kepada pembelajaran matematika pada materi pecahan yang di


(30)

119

Kegiatan pembelajaran PMR menitikberatkan pada mengutamakan

objek-objek nyata yang dikemas dalam bentuk masalah kontekstual. Masalah

kontekstual yang diangkat sebagai topik awal pembelajaran, adalah masalah

sederhana yang dikenali oleh siswa dan ada disekitarnya. Kegiatan pembelajaran

PBM menitiberatkan pada kemampuan siswa memecahkan masalah. PBM

melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah

sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan

masalah. Hal tersebut sesuai dengan perhitungan gain score kemampuan

pemecahan masalah siswa di SD 1 Trienggadeng.

Sesuai dengan karakteristiknya, kegiatan pembelajaran PMR pada materi

pecahan di SD 1 Trienggadeng menggunakan alat peraga yang dapat dieksplor

dan diinvestigasi oleh siswa. Kegiatan pembelajaran PBM menggunakan masalah

kontesktual berbentuk cerita.

5.3. SARAN

Berdasarkan temuan penelitian dan simpulan di atas, maka terdapat

beberapa saran yang perlu mendapat perhatian.Saran-saran tersebut yaitu:

1. Pada penerapan model PMR, sebaiknya guru ataupun peneliti lainnya

menggunakan alat peraga yang mendukung, bukan hanya masalah kontekstual

dalam bentuk cerita atau gambar. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah

siswa mendapatkan informasi karena siswa lebih memahami hal yang konkret


(31)

120

2. Pada penerapan model PBM, sebaiknya guru ataupun peneliti lainnya

menambahkan kegiatan pembelajaran yaitu menghubungkan konsep dengan

kegunaannya dalam kehidupan, sehingga siswa tidak hanya memahami secara

teori tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pada penerapan pembelajaran kemampuan pemecahan masalah merupakan

kemampuan yang paling dasar dalam matematika, sebaiknya guru ataupun

peneliti lainnya merancang kegiatan belajar bermakna bagi siswa sehingga

dapat memahami konsep dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Belief siswa terhadap matematika merupakan masalah umum yang dialami

siswa. Afektif matematika seperti belief siswa membutuhkan perhatian karena

berhubungan dengan keberhasilan pembelajaran, terutama pada kurikulum

yang menerapkan penelitian kognitif dan afektif. Sebaiknya guru ataupun

peneliti lainnya merancang kegiatan belajar yang menyenangkan dan

menggunakan alat peraga yang mudah digunakan siswa sehingga tingkat belief

siswa terhadap matematika akan bertambah.

5. Bagi peneliti lainnya yang akan meneliti model PMR, sebaiknya diterapkan

oleh guru yang kreatif, guru yang mampu memberikan beragam cara

penyelesaian soal dan juga guru yang mampu mengatur waktu pelaksanaan

pembelajaran. Sedangkan peneliti lainnya yang akan meneliti model

pembelajaran PBM, sebaiknya diterapkan pada sampel ataupun sekolah


(32)

121

6. Bagi peneliti lainnya yang akan meneliti sebaiknya kondisikan terlebih dahulu

tingkat pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam memahami suatu

masalah.

7. Apabila peneliti lain melakukan penelitian dengan model dan instrumen yang

sama namun sampel penelitiannya berbeda, maka kecenderungan hasilnya


(1)

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi guru

Penelitian ini akan memberikan pengalaman yang bermanfaat dalam merancang Pendekatan Matematika Realistik (PMR) serta Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan memfasilitasi pembelajaran. Dari pengalaman tersebut diharapkan guru dapat mengembangkan model pembelajaran, LKS dan sumber belajar sejenis pada pokok bahasan yang lain dan dapat mengimplementasikannya dalam kelas.

2. Bagi siswa

Penelitian ini akan sangat bermanfaat karena secara tidak langsung mereka terbantu dalam diajar konsep-konsep matematika yang sangat memberi peluang bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar mereka secara optimal. Hal ini disebabkan karena Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) memberikan kesempatan yang luas untuk mengeluarkan ide-idenya dan materi yang dipelajari dirancang sehingga siswa menjadi lebih tertarik belajar matematika.

3. Untuk Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan strategi pembelajaran yang mengaitkan materi ajar dengan hasil yang diharapkan. Hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang rinci tentang keunggulan dan kelemahan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Berbasis Masalah yang teruji secara eksperimen.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Model pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) memberikan pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah dan belief siswa terhadap matematika. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapan simpulan sebagai berikut:

1) Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diberi pendekatan PMR dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan PBM. Siswa yang diberi PMR memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan PBM. 2) Terdapat perbedaan belief antara siswa yang diberi PMR dengan siswa

yang diberi pendekatan PBM. Siswa yang diberi PMR memiliki belief siswa terhadap matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan PBM.

3) Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diberi

PMR lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan PBM. Berdasarkan prinsip-prinsip kedua model pembelajaran, kegiatan siswa di kelas PMR mengutamakan objek-objek nyata yang dikemas dalam bentuk masalah kontekstual melalui gambar dua dimensi yang terdapat pada LAS


(3)

sehingga siswa di kelas PMR lebih memahami untuk mengklasifikasikan objek-objek yang terdapat pada konsep dan menghubungkannya dengan benda nyata atau kontekstual. Kegiatan di kelas PBM mengutamakan kemampuan siswa memecahkan masalah serta membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.

4) Peningkatan belief siswa yang diberi PMR lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi pendekatan PBM. Berdasarkan sintaks kedua model pembelajaran belief siswa di kelas PMR akan lebih baik karena siswa aktif dengan kegiatan menganilisis objek-objek nyata, sehingga siswa akan merasa senang, termotivasi, dan percaya diri ketika proses pembelajaran berlangsung. Belief siswa di PBM justru rendah karena beberapa siswa merasa takut, bingung dan khawatir dalam menyelesaikan masalah, bahkan siswa merasa malu atau tidak percaya diri apabila salah memberikan pendapat ketika berdiskusi.

5.2. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas menyatakan bahwa pengaruh model pembelajaran PMR lebih baik dibandingkan dengan PBM terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dan pengaruh model pembelajaran PMR lebih baik dibandingkan dengan PBM terhadap belief siswa. Siswa yang diajar dengan PMR memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik dibandingkan siswa yang diajar dengan PBM pada materi pecahan di SD N 1 Trienggadeng. Siswa yang diajar dengan PMR mengalami belief yang lebih tinggi kepada pembelajaran matematika pada materi pecahan yang di ajarkan, sedangkan lebih rendah belief siswa yang diajar dengan PBM.


(4)

Kegiatan pembelajaran PMR menitikberatkan pada mengutamakan objek-objek nyata yang dikemas dalam bentuk masalah kontekstual. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topik awal pembelajaran, adalah masalah sederhana yang dikenali oleh siswa dan ada disekitarnya. Kegiatan pembelajaran PBM menitiberatkan pada kemampuan siswa memecahkan masalah. PBM melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Hal tersebut sesuai dengan perhitungan gain score kemampuan pemecahan masalah siswa di SD 1 Trienggadeng.

Sesuai dengan karakteristiknya, kegiatan pembelajaran PMR pada materi pecahan di SD 1 Trienggadeng menggunakan alat peraga yang dapat dieksplor dan diinvestigasi oleh siswa. Kegiatan pembelajaran PBM menggunakan masalah kontesktual berbentuk cerita.

5.3. SARAN

Berdasarkan temuan penelitian dan simpulan di atas, maka terdapat beberapa saran yang perlu mendapat perhatian.Saran-saran tersebut yaitu:

1. Pada penerapan model PMR, sebaiknya guru ataupun peneliti lainnya

menggunakan alat peraga yang mendukung, bukan hanya masalah kontekstual dalam bentuk cerita atau gambar. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah siswa mendapatkan informasi karena siswa lebih memahami hal yang konkret daripada yang abstrak.


(5)

2. Pada penerapan model PBM, sebaiknya guru ataupun peneliti lainnya menambahkan kegiatan pembelajaran yaitu menghubungkan konsep dengan kegunaannya dalam kehidupan, sehingga siswa tidak hanya memahami secara teori tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pada penerapan pembelajaran kemampuan pemecahan masalah merupakan

kemampuan yang paling dasar dalam matematika, sebaiknya guru ataupun peneliti lainnya merancang kegiatan belajar bermakna bagi siswa sehingga dapat memahami konsep dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Belief siswa terhadap matematika merupakan masalah umum yang dialami siswa. Afektif matematika seperti belief siswa membutuhkan perhatian karena berhubungan dengan keberhasilan pembelajaran, terutama pada kurikulum yang menerapkan penelitian kognitif dan afektif. Sebaiknya guru ataupun peneliti lainnya merancang kegiatan belajar yang menyenangkan dan menggunakan alat peraga yang mudah digunakan siswa sehingga tingkat belief siswa terhadap matematika akan bertambah.

5. Bagi peneliti lainnya yang akan meneliti model PMR, sebaiknya diterapkan oleh guru yang kreatif, guru yang mampu memberikan beragam cara penyelesaian soal dan juga guru yang mampu mengatur waktu pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan peneliti lainnya yang akan meneliti model pembelajaran PBM, sebaiknya diterapkan pada sampel ataupun sekolah penelitian yang mempunyai fasilitas dan media yang lengkap.


(6)

6. Bagi peneliti lainnya yang akan meneliti sebaiknya kondisikan terlebih dahulu tingkat pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam memahami suatu masalah.

7. Apabila peneliti lain melakukan penelitian dengan model dan instrumen yang sama namun sampel penelitiannya berbeda, maka kecenderungan hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian ini.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SIKAP POSITIF TERHADA MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN PBM DAN PMR.

1 4 34

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEBIASAAN BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIBERI PBM DENGAN PENEMUAN TERBIMBING DI SMP SABILINA TEMBUNG.

0 3 42

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PROBLEM BASED LEARNING DENGAN SISWA YANG DIBERI DISCOVERY LEARNING PADA MTS AL JAM’IYATUL WASHLIYAH TEMBUNG.

1 8 26

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN PAIKEM.

0 3 58

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SIKAP POSITIF SISWA SMA ANTARA YANG DIBERI PENDEKATAN PBM BERBANTUAN CABRI 3D DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 2 38

PERBEDAAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN PENGAJARAN LANGSUNG.

0 1 43

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN METAKOGNISI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI.

4 15 40

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 5 59

ANALISIS PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

0 2 48

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENGAJARAN LANGSUNG.

0 1 28