BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang farmasi, pemeriksaan mutu obat mutlak diperlukan agar obat dapat sampai pada reseptor dengan kadar yang tepat, sehingga memberikan
efek terapi yang dikehendaki. Susidarti dkk, 2008. Tuberkulosis TBC adalah penyakit infeksi yang tersebar sangat luas dan
merupakan penyebab utama kematian bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang berbagai bagian tubuh antara lain paru-paru, kulit, tulang, kelenjar getah bening, kelenjar tiroid dan saluran urogenital. Data global menunjukkan
bahwa sepertiga dari penduduk dunia pernah terkontaminasi oleh bakteri TBC, tetapi hanya 10 dari jumlah itu yang terinfeksi. Oekar dkk, 2007.
Salah satu jenis Obat anti tuberkulosis OAT yang digunakan untuk tujuan tersebut adalah aethambutoli. Untuk hal tersebut kadar aethambutoli dalam
tablet aethambutoli harus memenuhi syarat. OAT lain yang digunakan adalah paduan standar INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Para
Amino Acid PAS kemudian diganti dengan Pirazinamid. Uji kuantitatif untuk aethambutoli hydrochlorida etambutol hidroklorida
disebutkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV kadarnya secara titrasi bebas air dan spektrofotometri sinar tampak belum ada disebutkan. Menurut Roth, dkk
1991, untuk identifikasi aethambutoli dapat dilakukan melalui reaksi warna yaitu dengan CuSO
4
dan NaOH dalam suasana basa menghasilkan warna biru.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan reaksi kompleks yang terbentuk antara aethambutoli hydrochlorida etambutol hidroklorida dengan CuSO
4
1. Apakah warna yang terbentuk dari reaksi kompleks antara CuSO
dalam suasana basa akan dimanfaatkan dalam penetapan kadar aethambutoli hydrochlorida etambutol hidroklorida
secara spektrofotometri sinar tampak. Hasil yang diperoleh nantinya akan dibandingkan dengan hasil secara titrasi bebas air.
1.2 Perumusan Masalah
4
2. Apakah reaksi kompleks yang terbentuk antara CuSO
dengan Aethambutoli hydrochlorida etambutol hidroklorida dalam suasana basa
stabil dalam waktu yang lama?.
4
3. Apakah ada perbedaan hasil yang diperoleh dari penetapan kadar
Aethambutoli hydrochlorida etambutol hidroklorida dalam tablet aethambutoli secara spektrofotometri sinar tampak dan titrasi bebas air?
dengan Aethambutoli hydrochlorida etambutol hidroklorida dalam suasana basa
dapat diukur secara kuantitatif?.
4. Apakah kadar Aethambutoli hydrochlorida etambutol hidroklorida yang
diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV?
1.3 Hipotesis