23 tidak terlibat atau sebagai perangsang politik adalah sebagai faktor
yang sangat penting untuk mendorong aktifitas politik. Maka dengan tidak adanya perangsang politik yang sedemikian, hal itu membuat
atau mendorong kearah perasaan yang semakin besar bagi dorongan apati. Disini individu merasa bahwa kegiatan bidang politik diterima
sebagai yang bersifat pribadi sekali daripada sifat politiknya. Dan dalam hubungan ini, individu merasa bahwa kegiatan-kegiatan politik
tidak dirasakan secara langsung menyajikan kepuasan yang relatif kecil. Dengan demikian partisipasi politik diterima sebagai suatu hal
yang sama sekali tidak dapat dianggap sebagai suatu hal yang sama sekali tidak dapat dianggap sebagai suatu yang dapat memenuhi
kebutuhan pribadi dan kebutuhan material individu itu.
5.3. Motivasi untuk Melakukan Aktivitas Politik
Partisipasi politik merupakan bentuk tingkah laku, baik menyangkut aspek sosial maupun aspek politik. Tindakan-tindakan dan aktivitas politik baik
menyangkut aspek sosial maupun aspek politik. Tindakan-tindakan aktivitas politik tidak hanya menyangkut apa yang telah dilakukan saja, tetapi juga
menyangkut hal-hal yang mendorong individu untuk berpartisipasi. Menurut Max Weber, ada beberapa jenis motivasi seorang melakukan aktivitas politik
25
1. Motif yang rasional .
Motif ini merupakan motif yang mendorong tingkah laku untuk beraktivitas atas dasar pertimbangan logis dan rasional terdapat suatu kelompok.
Hal ini berarti tindakan seseorang dalam aktivitas politik telah didukung oleh penilaian-penilaian objektif terhadap suatu kelompok tertentu. Artinya, bukan
berarti motif ini terlepas dari unsur-unsur subjektif, tetapi seorang individu telah
25
Sudijono sastroadmojo, op.cit, hal. 83-84
24 dibekali cara-cara rasional, melalui pertimbangan-pertimbangan yang rasional dan
menentukan pilihan sikapnya atau dalam menilai organisasi sosial tertentu. 2. Motif yang efektual-emosional
Motif ini didasarkan atas kebencian tertentu yang melekat pada individu dalam menilai gagasan, organisasi atau individu lainnya. Dorongan ini pula
membentuk katidaksamaan terhadap suatu kelompok yang kemudian dalam bentuknya yang konkrit menjadi bentuk apatisme politik.
3. Motif yang tradisional Motif ini didasarkan atas penerimaan norma tingkah laku individu dalam
suatu kelompok sosial. Yang menyebabkan individu tersebut mau bergabung dengan partisipasi dalam kelompok sosial tersebut.
4. Motif rasional – bertujuan Motif ini didasarkan atas pertimbangan keuntungan pribadi. Bila aktifitas
tersebut tidak memberikan keuntungan apa-apa padanya, ia tidak akan ikut serta, demikian juga sebaliknya.
5.4. Pemilihan Kepala Daerah Langsung
David Easton, teoritisi politik pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem delalu memiliki
sekurangnya tiga sifat. Ketiga sifat tersebut adalah 1 terdiri dari banyak bagian- bagian, 2bagian-bagian itu saling berinteraksi dan tergantung, dan 3
25 mempunyai perbatasan yang memisahkan dari lingkungannya yang juga terdiri
dari sistem-sistem lain.
26
26
Ibid.,hal.200
Sebagai suatu sistem, sistem pilkada langsung mempunyai bagian-bagian yang merupakan sistem sekunder atau sub-sub sistem. Bagian-bagian tersebut
adalah electoral regulation, electoral process, dan electoral law enforment. Elecroral regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai pilkada
langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman penyelenggara, calon dan pemilih dalam menuaikan peran dan fungsi masing-masing. Electoral
process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pilkada yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang bersifat
legal maupun tehnikal. Electoral law enforcement yaitu penegakan hukum terhadap aturan-aturan pilkada baik politis, administratif atau pidana.
Atas dasar itu, sistem pilkada langsung merupakan sekumpulan unsur yang melakukan kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan proses untuk
memilih kepala daerah. Sebagai suatu sistem, sistem pilkada memiliki ciri-ciri antara lain bertujuan memilih kepala daerah, setiap komponen yang terlibat dan
kegiatan mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai kegiatan yang merupakan sub sistem, masing-masing kegiatan saling terikat dan tergantung
dalam suatu rangkaian utuh, memiliki mekanisme control, dan mempunyai kemampuan mengatur dan menyesuaikan diri.
26
6. Definisi konsep