Riset dalam Perencanaan Strategis Industri Hospitaliti dan Pariwisata

dan menguji keputusan yang sudah diambil. Dalam hal ini, sekaligus dapat mengoptimalkan hubungan antara input dan output yang telah direncankan. Tabel 3-3 Klasifikasi metodologi riset dalam proses manajemen Tahapan proses manajemen Tingkatan aktivitas manajemen Strategis Manajerialtaktikal Operasional Analisis analysis Riset kebijakan Analisis situasi kegiatan organisasi Usulan rumusan kebijakan Riset manajerial Terkait dengan problem khusus terbatas pada lingkup informasi tambahan yang dibutuhkan manajemen Riset operasional Serangkaian teknik analisis kuantitatif maupun kualitatif dirancang untuk merumuskan dan menguji keputusan yang telah diambil. Mengoptimalkan hubungan antara input dengan output yang telah ditetapkan untuk kegiatan operasional Perencanaan planning Pelaksanaan executing Riset evaluasi Mengukur tingkat keberhasilan tujuan yang ingin dicapai Kaji tindak action research Pengumpulan data dan riset berkelanjutan dan memberikan umpan balik terhadap organisasi Pengawasan controlling diadaptasi dari Ritchie, 1994: 15

b. Riset dalam Perencanaan Strategis Industri Hospitaliti dan Pariwisata

Strategi adalah pola atau rencana aksi yang mengintegrasikan tujuan utama organisasi, kebijakan, dan serangkaian tindakan ke dalam suatu kesatuan secara terpadu. Dengan kata lain, strategi merupakan arahan dalam lingkup jangka panjang suatau organisasi, untuk menyesuaikan sumber daya ke dalam lingkungan yang terus berubah terutama pasar, kastemer atau klien, dan harapan stakholder. Sedangkan manajemen strategis merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan rumusan dan implementasi dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. 9 Dalam manajemen strategis, aspek perencanaan strategis merupakan proses awal sebagai rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan kejelasan arah dan tujuan suatu organisasi. Perencanaan strategis adalah suatu proses kontinyu untuk memperbaiki kinerja performance organisasiintansiperusahaan dengan mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan. Dalam proses perencanaan strategis ditentukan arah organisasi, kemana tujuannya, menilai kembali keadaan eksisting organisasi, dan mengembangkan pedekatan pelaksanaan kegiatan. Dengan konsisten memfokuskan perhatian pada visi dan tujuan yang lebih spesifik, perencanaan strategis menjadi alat untuk merespon atau tanggap terhadap perubahan lingkungan Dalam perencanaan tersebut dilakukan analisis masalah, identifikasi potensi pemecahan masalah, dan menyusun programproyek dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan strategis fokus pada pengembangan suatu visi yang luas dan strategi-strategi spesifik berdasarkan analisis komprehensif terhadap keadaansituasi meliputi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan serta lingkungan termasuk peluang-peluang dan kecen pariwisata, berbagai riset sangat diperlukan terutama dalam setiap tahapan perencanaan. Otoritas wilayah, seperti pemerintah daerah sangat berkepentingan dengan perencanaan pariwisata karena mereka bertanggung jawab atas pembangunan dan pengembangan wilayahnya. Perencanaan sebaiknya disusun dengan melibatkan kalangan industri dan masyarakat supaya dapat memahami kebutuhan dan keragaman industri, yang sangat esensial bagi dan pengembangan sektor ini. Dalam memahami industri, sangat diperlukan kebijakan yang bertujuan untuk:  Memperkuat dan menghargai peran penting industri hospitaliti dan pariwisata sebagai kekuatan sosial dan kekuatan ekonomi,  Mengembangkan dan menciptakan kesadaran masyarakat atas manfaat pengembangan industri hospitaliti dan pariwisata,  Memandu dan mendorong terciptanya pengembangan pariwisata berkelanjutan.  Menyediakan fasilitas dan infrastruktur dasar untuk mendorong pengembangan pariwisata,  Menjamin tersedianya fasilitas pelayanan yang memadai bagi wisatawan  Menjamin agar pengembangan industri hospitaliti dan pariwisata sejalan dengan karakteristik wilayah. Di Indonesia, perencanaan pariwisata dilakukan di tingkat nasional dan daerah. Dokumem perencanaan tingkat nasional dinamakan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional RIPPNAS dan di tingkat daerah lokal dinamakan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah RIPPDA, yang secara teoritis menggunakan RIPPNAS sebagai framework perencanaan. Selain itu, dalam Rencana Pengembangan Jangka Menengah RPJM tertuang arah dan pengembangan pariwisata yang dijabarkan dalam suatu Rencana Strategis Departemen atau Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata lima tahunan. 11 Perangkat Perencanaan Pariwisata Perangkat perencanaan pariwisata terdiri atas berbagai langkah dan variabel yang terlibat dalam perencanaan terdiri atas 1 analisis situasional, 2 perencanaan strategis, 3 pengembangan kapasitas, 4 implementasi dan 5 monitoring kinerja, sebagaimana pada gambar 3-2. Gambar 3–2 Struktur Perkakas Perencanaan Pariwisata Riset pariwisata berperan sangat penting pada setiap aspek dalam menyediakan informasi dan sumber-sumber data yang dianalisis. Pada setiap langkah diperlukan informasi yang tepat dan akurat, sehingga basis data dalam pengambilan keputusan sangat berperan penting. Kelima aspek perkakas perencanaan di atas dilakukan melalui langkah-langkah yang sekuensial yaitu: 1 menyusun kerangka acuan, 2 menilai lingkungan atau analisis situasional, 3 perencanaan strategis: menetapkan misitarget 12 4 memeriksamenilai misi, alternatif, dan strategi 5 memilih alternatif 6 menentukan strategi, 7 implementasi, 8 monitoringevaluasi dan 9 menyusun umpan balik. Alur langkah tersebut seperti berikut ini: Gambar 3–3 Sembilan Langkah dalam Perencanaan Pariwisata Menyusun Kerangka Acuan term of referenceTOR Kerangka acuan term of referenceTOR merupakan outline dari suatu kegiatan yang mendiskripsikan alur dan mekanisme penyelenggaraan suatu program riset dan menjadi salah satu data pendukung dalam pengalokasian anggaran. Dalam praktiknya, TOR tidak hanya sebagai syarat adiministratif yang harus dilampirkan dalam rencana kegiatan melainkan sebagai salah satu acuan perencana anggaran untuk menguji kelayakan pendanaan bagi kegiatan dimaksud. Di samping itu, TOR dapat juga digunakan oleh pimpinan atau pemegang proyek sebagai ala t untuk melakukan kontrol 13 t e r h a d a p p e l a k s a n a a n k e g i a t a n t e r s e b u t , d a n a c u a n b a g i pemeriksapengawas dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasannya. Esensi dari suatu TOR harus dapat memuat 5W dan 3H yaitu 1 :  What, mendeskripsikan dan menguraikan mengenai lingkup pekerjaan yang termasuk output apa yang akan dihasilkan. Dengan demikian tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut secara eksplisit sudah dijelaskan dalam TOR. Apa yang mau dicapai, apa yang akan dihasilkan dan target dari pelaksanaan kegiatan dalam TOR.  Why, menerangkan tentang latar belakang dan alasan perlunya kegiatan tersebut dilaksanakan dalam hubungannya dengan tugas pokok dan fungsi organisasi atau satuan kerja dalam lingkup yang terkait dengan tugas utamanya.  Who, menjelaskan tentang penanggungjawab kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan yang diusulkan.  When, menjelaskan rencana waktu pelaksanaan kegiatan,  Where, menerangkan tentang lokasi penyelenggaraan kegiatan, serta  How long, menjelaskan tentang waktu yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan,  How, menjabarkan tentang bagaimana kegiatan tersebut akan dilak Ada beberapa pendekatan dalam menganalisis situasional diantaranya pendekata 5F Five’s Forces, dan pendekatan VICE. Pendekatan 5F’s dalam analisis eksisting Ada lima faktor dalam analisis situasi yang mempengaruhi lingkungan industriinsitusi hospitaliti dan pariwisata yaitu faktor kompetisi, faktor politik, faktor sosiokultur, faktor ekonomi, dan teknologi seperti pada gambar berikut: Gambar 3–4 Analisis Situasi existing condition dalam perencanaan strategis Faktor kompetisi. Analisis kompetisi atau persaingan dapat diteliti dari aspek-aspek: 1 tumbuhnya kawasan daerah tujuan wisata baru, menjadi ancaman bagi daerah yang ada, 2 wisatawan atau pengunjung sebagai pembeli produk-produk wisata, memiliki pengaruh kuat terhadap produk wisata dari kawasan yang dirancang, 3 alternatif produk wisata yang dapat menggantikan produk yang dikembangkan, misalnya alternatif untuk wisata air, selain laut ada danau dan sekarang banyak dibangun waterfront. 4 perusahaan-perusahaan pemasok juga harus menjadi perhatian. Untuk sebuah hotel misalnya, baik agen maupun biro perjalanan wisata merupakan industri pemasok yang harus masuk ke dalam perencanaan. 15 Untuk berkunjung ke satu daerah tujuan wisata, peranan pemasok ini sangat penting. 5 persaingan dengan sesama daerah tujuan yang ada saat ini juga merupakan variabel penting. Bagaimana kekuatan dan kelemahan daerah tujuan wisata pesaing dengang yang sedang dikembangkan. Faktor politik. Dalam perencanaan pariwisata, analisis tentang stabilitas politik dalam lima sampai 10 tahun berikutnya harus menjadi pertimbangan. Karena hal tersebut dapat menentukan parameter bisnis seperti perpajakan, aspek hukum dan perundang-undangan, perijinan. Fungsi-fungsi pemanfaatan sumber daya alam dan kebijakan pembangunan juga akan mempengaruhi konsentrasi bagi pengembangan daerah tujuan wisata. Faktor sosio-kultur. Tata nilai, kepercayaan, sikap, opini, dan gaya hidup yang dianut masyarakat dalam kawasan pengembangan, dipengaruhi pula oleh kultural, komposisi demografi, ekologi, agama, pendidikan dan etnik. Meningkatnya peran wanita dalam berbagai jenis pekerjaan atau berkurangnya isu-isu jender, harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan strategis. Dalam kaitan ini, riset dengan tema sosial dan kulturan sangat penting baik pada kawasan pengembangan maupun target pasar yang akan dibidik dengan pola pengembangan tersebut. Faktor ekonomi. Pertimbangan faktor ekonomi baik di daerah pengembangan kawasan maupun faktor ekonomi global sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan strategis. Aspek pola konsumsi sangat dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan suatu tempat, tingkat pengahasilan yang dibelanjakan disposable income serta kecenderungan masyarakat dalam membelanjakan pendapatannya. Oleh karena itu, dalam menyususun perencanaan strategis, pemerintah daerah atau otoritas lokal harus membagi segmen dan target pasar. Di tingkat lokal, dampak ekonomi dari pengembangan kawasan, juga perlu dipertimbangkan. Seberapa besar manfaat ekonomi secara langsung, tidak langsung dan ikutan bagi masyarakat. 16 Faktor teknologi. Teknologi yang berkembang sangat cepat menuntut inovasi terus menerus dalam organisasi, oleh karena itu pertimbangan yang terkait dengan teknologi menjadi keharusan dalam perencanaan strategis. Pendekatan VICE Dengan pendekatan ini, secara spesifik, analisis situasi lingkungan pariwisata harus mencakup aspek wisatawan Visitor, industri Industry, masyarakat Community, dan lingkungan Environment atau dengan akronim VICE yang didukung oleh sumber data baik data primer maupun sekunder. Keterhubungan VICE seperti pada Gambar 3-5. Gambar 3–5 VICE sebagai Kunci Keberhasilan Perencanaan Srategis Pariwisata Berdasarkan faktor-faktor di atas, keberhasilan rencana strategis harus dapat mengidentifikasi empat aspek yaitu:  Menyambut, melibatkan dan memuaskan Visitor wisatawan,  Mencapai keuntungan dan kemakmuran bagi Industry, 17  Mengikutsertakan dan memberikan manfaat bagi Community masyarakat,  Melindungi dan mempertahankan Environment lingkungan lokal. Analisis situasional terhadap VICE harus berbasiskan pada penilaian keempat aspek tersebut yang mana informasinya dihasilkan serangkaian riset dengan berbagai metodologi Gambar 3-6. Gambar 3–6 Analisis situasi mengacu pada variabel VICE Visitor. Riset yang terkait dengan wisatawan meliputi usaha untuk memperoleh serangkaian data berkala time series yang mencakup jumlah, karakteristik geo-demografi wisatawan, untuk diketahui kecenderungan atau trend wisatawan dan perilaku mereka dalam membeli produk-produk wisata termasuk kepuasan mereka. Industry. Audit terhadap sektor industri hospitaliti dan pariwisata dilakukan melalui riset untuk inventarisasi jenis, ukuran dan jumlah industri yang ada, dan trend di masa depan. Di samping itu, status kepemilikan usaha, dayaguna dan kinerja juga perlu diteliti. 18 Community. Untuk memperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi masyarakat termasuk pemerintahanya, perlu dilakukan berbagai riset sosial dan kebijakan publik. Riset yang terkait dengan populasi penduduk, status sosial ekonomi, kebudayaan, persepsinya terhadap pariwisata sangat penting diketahui guna menciptakan iklim kondusif dalam mengembangkan pariwisata. Aspek lain yang perlu diketahui dalam menganalisis masyarakat adalah trend mengenai jumlah dan aspek-aspek domografi dari masyarakat tersebut. Environment. Hasil riset dalam menganalisis lingkungan meliputi ketersediaan infrastruktur untuk menunjang aksesibilitas dan berbagai kemudahan bagi kegiatan pariwisata. Tentunya kapasiti dan kualiti sarana- prasarana yang ada dan kebutuhan untuk beberapa tahun ke depan perlu dikaji secara mendalam. Di samping itu, aspek kebijakan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sampai otoritas terkecil perlu diteliti tingkat dukungan dan keselarasannya. Hasil analisis situational. Pengkajian yang mendalam dari keempat aspek VICE harus mengidentfikasi dan menetapkan isu-isu kunci, hambatan, peluang dan kesempatan, kinerjadaya guna serta dinamika berbagai aspek yang dianalisis. Menetapkan misi dan target Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai. Pada fase perencanaan, misi harus ditetapkan secara jelas dan terukur agar dapat membawa organisasi kepada suatu fokus dan mampu menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya. Misi h a r u s harus dilaksa mendatang. Sebagai unsur dari perencanaan strategis, misi harus dibangun bersama antara otoritas lokal, industri dan masyarakat setempat, agar hasil dari pengembangan pariwisata dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Target atau goal, merupakan sasaran yang harus dicapai dan terukur secara kuantitatif. Dalam perencanaan pariwisata, penetapan target mestinya didasarkan atas trend yang dihasilkan pada saat analisis situasi. Penetapan target dilakukan agar kinerja yang diharapkan dapat tercapai secara efektif. Walaupun target ditetapkan berdasarkan riset, keberhasilan target sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor 1 penerimaan acceptance, 2 komitmen commitment , 3 kejelasan specifity , 4 umpan balik feedback, 5 partisipasi participation, dan 6 tantangan challenger. Memilih alternatif dan menentukan strategi Pada tahap perencanaan strategis, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lokal lainnya, perlu melibatkan pihak-pihak terkait terutama kalanganpelaku industri hospitaliti dan pariwisata, dan masyarakat. Karena pihak-pihak tersebut akan menjalankan kebijakan dan berinteraksi langsung sebagai subjek dalam pengembangan industri. Terlebih dalam perencanaan infrastruktur, jangan sampai membangun yang tidak sesui dengan kebutuhan pengembangan. 20 Gambar 3–7 Perencanaan strategis strategic planning framework Strategi yang dipilih harus ditentukan dari berbagai alternatif yang paling mungkin untuk diimplementasikan. Untuk menentukan keunggulan bersaing, dalam perencanaan pariwisata perlu meneliti berbagai variabel yang bisa saja sudah dikaji pada saat analisis situasi. Horner dan Swarbrooke 1996, p. 405 membagi dua pertimbangan dalam memilih strategi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Aspek pertimbangan tersebut seperti disajikan pada gambar berikut: 21 Gambar 3–8 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi keunggulan kompetitif Horner, S., and J. Swarbrooke, 1996, p.405 Delapan aspek internal yang perlu diperhatikan dalam memilih strategi dan enam aspek eksternal. Implementasi Pada tahap impelentasi, partnership akan sangat berperan agar terjadi persaingan bisnis yang sehat, dan terjadi pembagian segmen bisnis yang proporsional dalam menyediakan kebutuhan para wisatawan. Bentuk- bentuk koperasi sangat tepat untuk mendukung implementasi perencanaan tersebut. Di samping itu, dalam pelaksanaannya harus menggunakan rancangan penilaian yang telah ditetapkan, dan dilakukan evaluasi berjalan on going evaluation agar setiap penyimpangan dapat diantisipasi dan diperbaiki, dalam hal ini termasuk pembiayaan dan anggaran. Monitoring evaluasi dan umpan balik Terakhir, monitoring kinerja apakah tujuan yang ditetapkan sudah dapat tercapai atau tidak, kemudian bagaimana tingkat ketercapaiannya. 22 Selain mengontrol kegiatan, juga dapat digunakan untuk menilai efektifitas dari perenanaan pariwisata yang ditetapkan. Perencanaan pariwisata pada tingkat lokal Secara umum, kerangka strategis perencanaan hospitaliti dan pariwisata ada tingkat lokal disusun dalam rangka menyusun visi dan tujuan pengembangan pariwisata daerah. Oleh karena itu langkah-langkah dalam perencanaan pariwisata dapat diterapkan. Input-input yang terdiri atas kondisi dan situasi industri hospitaliti dan pariwisata, penduduk lokal dan potensi wisata setempat merupakan fokus interest dalam perencanaannya. Secara rinci kerangka perencanaan pariwisata seperti pada gambar 3-9 di bawah, yang menunjukkan bagaimana strategi sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah. Gambar 3–9 Kerangka Umum Perencanaan Pariwisata 23 Riset yang dilakukan dalam rangka perencanaan tersebut harus mampu memberikan informasi mengenai:  Permintaan wisatawan atau pengunjung,  Ketersediaan infrastruktur baik sarana maupun prasarana umum,  Daya dukung sumber daya alam dengan memperhatikan kapasisitas tampung dalam rangka kelestarian sumber daya alam dan pariwisata,  Tingkat kepuasan wisatawan atau pengunjung lainnya,  Inventarisasi industri hospitaliti dan pariwisata, terutama jenis, jumlah, kapasitas, dan ukuran serta tingkat persaingan usahanya,  Dampak ekonomi pengembangan industri hospitaliti dan pariwisata bagi kesejahteraan masyarakat, termasuk pajak, retribusi, penyerapan tenaga kerja, dan dampak pengganda multiplier effect,  Dukungan masyarakat, terutama masyarakat pariwisata termasuk masyarakat adat, atau etnik yang berada dalam lingkup kawasan perencanaan. Selain itu, identifikasi dampak bagi masyarakat dalam proses perencanaan harus memberikan upaya untuk:  Menstimulir terjadinya diskusi yang berkaitan dengan kebutuhan dan priori

c. Pengambilan Keputusan Berbasis Riset